TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Demi menjaga kondusivitas lingkungan dan mencegah kenakalan remaja di malam hari, SMAN 5 Tasikmalaya mengambil langkah konkret dengan membentuk Satgas Jam Malam SMAN 5.
Satuan tugas ini melibatkan seluruh elemen pendidikan: mulai dari kepala sekolah, tenaga pendidik, hingga para orang tua siswa yang tergabung dalam Paguyuban Orang Tua Murid (POM). Upaya kolaboratif ini menjadi bentuk nyata penguatan pendidikan karakter di luar jam belajar.
Pembentukan Satgas Jam Malam ini merespons langsung Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 51/PA.03/Disdik.
Surat tersebut menegaskan larangan bagi pelajar untuk berada di luar rumah pada pukul 21.00 hingga 04.00 WIB, kecuali dalam kondisi tertentu seperti keperluan pendidikan, kegiatan keagamaan, atau kebutuhan ekonomi mendesak — itupun wajib didampingi orang tua.
Instruksi ini dipertegas lagi melalui surat edaran dari Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XII Jawa Barat, yang mengimbau seluruh SMA/SMK di bawah naungannya untuk aktif menjaga perilaku siswa, terutama di malam hari.
Instruksi serupa juga datang dari Wali Kota Tasikmalaya, yang terus menekan potensi kenakalan remaja sebagai bagian dari program pembangunan sosial di wilayah perkotaan.
Plt. Kepala SMAN 5 Tasikmalaya, ME Suhartono, menjelaskan bahwa pembentukan Satgas Jam Malam merupakan langkah preventif yang menandakan peran sekolah tidak hanya dalam pengajaran, tetapi juga pembinaan karakter siswa secara menyeluruh.
"Kami membentuk Satgas Jam Malam SMAN 5 yang anggotanya adalah seluruh komponen sekolah, termasuk kepala sekolah, para guru, serta seluruh orang tua murid," Suhartono dalam acara sosialisasi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 2025 di ruang rapat SMAN 5 Tasikmalaya, Kamis (5/6/2025).
Masing-masing memonitor di wilayahnya sendiri, khususnya lokasi-lokasi yang kerap menjadi tempat nongkrong anak-anak pada malam hari," imbuhnya.
Suhartono juga menegaskan bahwa sekolah sudah menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Polsek Tawang, Koramil, dan pihak Kecamatan untuk pelaksanaan patroli gabungan. Namun demikian, keterlibatan pihak sekolah tetap berorientasi pada edukasi dan pendekatan humanis.
"Ketika ada ajakan dari aparat untuk turun ke lapangan memberikan edukasi dan penyuluhan, kami siap. Namun, untuk tindakan pembubaran kerumunan tetap dilakukan oleh aparat. Tugas kami adalah memberikan pemahaman kenapa anak-anak harus pulang dan tidak berada di luar rumah tanpa tujuan jelas," tambahnya.
Tidak hanya secara eksternal, sekolah juga aktif menyampaikan edukasi kepada para siswa melalui pendekatan digital dan dialog langsung di lingkungan sekolah. Materi ini disisipkan ke dalam kurikulum pembinaan dan kegiatan ekstra-kurikuler.
"Kami sudah menyampaikan kepada para siswa bahwa kegiatan jam malam ini bukan untuk membatasi kebebasan mereka, melainkan untuk menjaga mereka agar siap kembali belajar di esok paginya. Pendidikan karakter itu harus dibangun tidak hanya di kelas tapi juga di luar jam sekolah," tegas Suhartono.
Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari para orang tua. Ketua Paguyuban Orang Tua Murid SMAN 5 Tasikmalaya, Yani Mulyani (53), menyebut langkah ini sangat tepat dalam upaya mencegah kenakalan remaja.
"Saya sangat setuju sekali konsep yang digagas oleh KDM (Kang Dedi Mulyadi). Dengan adanya Satgas malam dari sekolah, ini akan meminimalisir kenakalan remaja. Kita sebagai orang tua jadi merasa lebih aman dan terbantu," ujar Yani kepada TIMES Indonesia.
Yani juga mengingatkan bahwa SMAN 5 Tasikmalaya adalah salah satu sekolah unggulan dan favorit di kota ini, yang citranya harus terus dijaga oleh seluruh pihak. Terlebih, posisi sekolah yang berada di pusat kota menjadikannya rentan terhadap sorotan publik dan media.
"Dengan citra sebagai sekolah unggulan di Tasikmalaya, tentu kami tidak ingin ada citra negatif dari para siswanya di luar jam sekolah. Satgas ini bisa jadi model untuk sekolah lain," tandasnya.
Kebijakan pembentukan Satgas Jam Malam SMAN 5 menurut Yani bukan hanya langkah pengawasan, tetapi juga bagian dari transformasi peran sekolah sebagai agen perubahan sosial. Sekolah kini tidak hanya menjadi tempat belajar formal, tetapi juga wadah pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan tanggung jawab sosial.
"Giat satgas ini menjadi sinergi antara pihak sekolah, orang tua, dan aparat keamanan, dan upaya ini menjadi praktik baik yang bisa direplikasi di sekolah-sekolah lain di Kota Tasikmalaya, kan SMAN 5 merupakan sekolah pavorit yang ada di Kota Tasikmalaya harus memberikan contoh kepada yang lain,"tandasnya.
Dengan meningkatnya tantangan sosial dan digitalisasi, pengawasan ekstra di luar jam sekolah kini menjadi hal yang tak terelakkan. Keberadaan Satgas Jam Malam menjadi penopang dalam upaya ini, menjaga remaja agar tetap berada dalam lingkungan positif dan produktif.
Satgas Jam Malam bukan hanya soal patroli malam, tetapi juga pendekatan personal yang dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mendampingi anak-anak memahami pentingnya tanggung jawab dan pengelolaan waktu. Semua dilakukan melalui pendekatan yang humanis dan edukatif.
"SMAN 5 Tasikmalaya harus menunjukkan komitmennya untuk membangun generasi muda yang disiplin, berkarakter, dan bertanggung jawab. Sebuah wujud nyata dari "Sekolah sebagai Rumah Kedua" yang benar-benar hadir dalam kehidupan siswa, bahkan di luar jam pelajaran."pungkasnya. (*)