Jonatan Giraldez Tinggalkan Washington Spirit, Resmi Gabung ke OL Lyonnes
kumparanBOLANITA June 05, 2025 07:00 PM
Mantan pelatih Barcelona Femeni, Jonatan Giraldez, akan melatih tim sepak bola wanita OL Lyonnes per Juli 2025 nanti. Ini mengakhiri perjalanan Giraldez di Washington Spirit, tak sampai setahun dari sejak ia pindah dari Barcelona.
Giráldez dikenal sebagai pelatih termuda yang pernah menjuarai Liga Champions Wanita Eropa saat masih membesut FC Barcelona. Ia pindah ke Amerika pada musim panas 2024 untuk menangani Washington Spirit. Spirit, juga OL Lyonnes, sama-sama dimiliki oleh Michele Kang.
Sejak 2024, Kang membentuk Kynisca Sports International, perusahaan yang menaungi tiga klub miliknya: OL Lyonnes, Washington Spirit, dan London City Lionesses. Kang menyebut bahwa tiap klub akan saling berbagi sumber daya dan riset. Ia berjanji tidak akan ada satu klub yang dikorbankan demi klubnya yang lain.
“Kami tidak akan mengorbankan satu tim demi tim lain. Target kami adalah menjadikan semua tim juara di liga masing-masing,” katanya, dikutip dari Forbes.
Giráldez akan menyelesaikan tugasnya di Spirit hingga 18 Juli, sebelum resmi pindah ke Lyon untuk memulai musim baru di Liga Prancis. Ia dikontrak hingga Juni 2028. Washington Spirit telah menunjuk asisten pelatih Adrián González sebagai pengganti.
Michele Kang mengatakan, “Kualitas kepemimpinan, taktik, dan komitmen Giráldez terhadap pengembangan pemain akan membawa klub ke level yang lebih tinggi.” Ia juga menyiratkan bahwa faktor keluarga—Giráldez akan segera menyambut anak keduanya—menjadi salah satu alasan kepindahan pelatih 32 tahun itu ke Eropa.
“Saya merasa terhormat bisa bergabung dengan OL Lyonnes,” kata Giráldez. “Klub ini punya sejarah besar, ambisi tinggi, dan skuad yang bertalenta. Saya siap membawa klub ini ke babak baru yang lebih sukses.”
Perbesar
Michele Kang. Foto: REUTERS
Bukti Buruk Kepemilikan Multi-klub?
Meski begitu, banyak yang meragukan bahwa kepindahan Giraldez ke Lyonnes ini punya makna baik buat sepak bola wanita. Ini hanya menguatkan lagi kecurigaan orang-orang terhadap praktik lancung yang bisa muncul dari kepemilikan multi-klub.
Kepemilikan multi-klub bisa menimbulkan konflik kepentingan, terutama jika klub-klub tersebut bertemu di kompetisi yang sama. Pemilik bisa saja memprioritaskan satu klub dibanding klub lain. Hal ini membuat integritas kompetisi dipertanyakan.
Selain itu, pemain sering hanya dijadikan alat tukar antarklub dalam jaringan satu kepemilikan, bukan untuk dikembangkan secara serius. Mereka bisa dipinjamkan tanpa tujuan jelas dan kesempatannya bermain jadi terbatas. Klub juga bisa melakukan kegiatan transfer yang tidak masuk akal, menjadi cara mudah untuk melakukan pencucian uang.
Multi-club ownership juga bisa menciptakan ketimpangan kompetisi. Klub dalam jaringan bisa jadi terlalu kuat karena akses sumber daya agregat yang besar, sementara klub lain kesulitan bersaing.
Kang sendiri sudah pernah berkomentar bahwa ia tidak akan mengirimkan pemainnya dari satu klub ke klubnya yang lain, demi memperkuat salah satu klub saja. Tapi, meski ini pelatih, bukankah pada dasarnya itu hal yang sama, Ms. Kang?