TRIBUNNEWS.COM – Setelah lulus kuliah, mahasiswa umumnya menghadapi dua pilihan: melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau langsung bekerja.
Bagi yang memilih untuk langsung bekerja, lulusan dari jurusan-jurusan berikut mungkin akan mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan.
Mengutip visualcapitalist.com, berdasarkan data dari Federal Reserve Bank of New York per Mei 2025, berikut adalah daftar jurusan kuliah yang paling sulit mendapatkan pekerjaan di Amerika Serikat.
Di posisi teratas ada jurusan antropologi, yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi di antara 20 bidang yang dianalisis, yakni 9,4 persen.
Jurusan seni rupa dan sosiologi menyusul dengan tingkat pengangguran masing-masing sebesar 7,0 dan 6,7 persen.
Gelar-gelar ini biasanya menghasilkan pendapatan di pertengahan karier (usia 35-45 tahun) sekitar USD 70.000 (setara Rp1,13 miliar) per tahun, menempatkannya di kategori pendapatan bawah.
Menariknya, beberapa jurusan dengan bayaran tinggi juga memiliki tingkat pengangguran yang relatif tinggi.
Contohnya, lulusan teknik komputer memperoleh rata-rata USD 122.000 (sekitar Rp1,98 miliar) per tahun di pertengahan karier, namun menghadapi tingkat pengangguran sebesar 7,5 persen.
Begitu pula dengan jurusan fisika (USD 100.000 atau Rp1,62 miliar) dan ilmu komputer (USD 115.000 atau Rp1,86 miliar), yang juga menunjukkan tingkat pengangguran di atas rata-rata, masing-masing sebesar 7,8 dan 6,1 persen.
Daftar Jurusan dengan Tingkat Pengangguran Tinggi:
Tingkat pengangguran: 9,4 persen
Pendapatan tahunan: USD 70.000 (Rp1,13 miliar)
Tingkat pengangguran: 7,8 persen
Pendapatan tahunan: USD 100.000 (Rp1,62 miliar)
Tingkat pengangguran: 7,5 persen
Pendapatan tahunan: USD 122.000 (Rp1,98 miliar)
Tingkat pengangguran: 7,2 persen
Pendapatan tahunan: USD 75.000 (Rp1,22 miliar)
Tingkat pengangguran: 7,0 persen
Pendapatan tahunan: USD 70.000 (Rp1,13 miliar)
Tingkat pengangguran: 6,7 persen
Pendapatan tahunan: USD 70.000 (Rp1,13 miliar)
Tingkat pengangguran: 6,1 persen
Pendapatan tahunan: USD 115.000 (Rp1,86 miliar)
Tingkat pengangguran: 6,1 persen
Pendapatan tahunan: USD 90.000 (Rp1,46 miliar)
Tingkat pengangguran: 5,6 persen
Pendapatan tahunan: USD 100.000 (Rp1,62 miliar)
Tingkat pengangguran: 5,5 persen
Pendapatan tahunan: USD 75.000 (Rp1,22 miliar)
Mengutip Newsweek, studi terbaru dari UTS Online menunjukkan jurusan kuliah terbaik untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus, yaitu:
Teknik industri menempati posisi pertama dengan tingkat pengangguran terendah, hanya 0,2 persen.
Selain itu, hanya 16 persen lulusan yang menyatakan menyesali pilihan jurusan mereka.
“Jurusan dengan tingkat pengangguran rendah seperti teknik industri, jasa konstruksi, dan teknisi medis biasanya memiliki jalur karier yang jelas dan permintaan tinggi terhadap keahlian khusus,” ujar konsultan SDM, Bryan Driscoll, kepada Newsweek.
“Permintaan ini didorong oleh pentingnya peran mereka dalam infrastruktur dan layanan kesehatan—dua sektor yang terus tumbuh dan berinovasi.”
Jasa konstruksi dan teknisi medis berada di posisi kedua, dengan tingkat pengangguran masing-masing sebesar 0,4 persen.
Sementara itu, jurusan ilmu sosial umum memiliki tingkat pengangguran 0,6%, menempatkannya di posisi ketiga.
Meski demikian, sebanyak 29 persen lulusan menyesali pilihan jurusan tersebut.
Masih mengutip Newsweek, gelar-gelar yang paling sering disesali berasal dari bidang seni dan humaniora.
Jurusan sejarah seni mencatat tingkat pengangguran tertinggi sebesar 8 persen, dengan 25 persen lulusan menyatakan menyesal memilih jurusan tersebut.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketatnya persaingan di industri seni serta kebutuhan akan gelar lanjutan untuk mencapai posisi atas.
Jurusan seni liberal dan seni rupa masing-masing memiliki tingkat pengangguran 7,9%, dengan persentase ketidakpuasan lulusan yang hampir sama.
Jurusan sejarah mencatat tingkat pengangguran 7,5 persen, dan 29 persen lulusannya menyesal telah memilih jurusan ini.
Namun angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan 42 persen lulusan Bahasa Inggris di AS yang menyesali pilihan gelar mereka.
Meski begitu, secara keseluruhan, pendidikan tinggi tetap meningkatkan peluang kerja dan pendapatan.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, lulusan sarjana memperoleh penghasilan 80 persen lebih tinggi dibandingkan lulusan sekolah menengah.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)