Garuda Indonesia Buka Suara soal Volatilitas Harga Saham
kumparanBISNIS June 07, 2025 10:00 AM
Perusahaan maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) merespons harga saham yang mengalami volatile sejak pekan lalu.
Pada pekan lalu harga saham emiten dengan kode GIAA ini sempat melonjak signifikan ke level 60 per lembar saham pada 26 Mei 2025 dari sebelumnya di level Rp 36 per lembar saham pada 16 Mei 2025.
Bursa Efek Indonesia menanyakan Garuda Indonesia mengenai adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, mengatakan sampai saat ini perseroan tak mengetahui adanya informasi atau fakta material lain yang belum disampaikan kepada publik, yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan atau keputusan investasi pemodal. Termasuk rencana suntikan modal dari Danantara.
Menurutnya, secara prinsip, kebijakan dan strategi atas setiap aksi korporasi sepenuhnya merupakan kewenangan Pemegang Saham serta para pemangku kepentingan terkait.
“Perseroan secara berkala melakukan koordinasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sambil tetap berfokus untuk memastikan Perseroan berjalan on the track sesuai dengan strategi kinerja Perseroan,” jelas Wamildan mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (3/6).
Lebih lanjut, disampaikan bahwa Perseroan akan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya di bidang Pasar Modal.
Bursa turut menanyakan ihwal aktivitas dari pemegang saham tertentu yang mempengaruhi harga efek perseroan serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan kepada publik.
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia dan pesawat Citilink. Foto: aiyoshi597/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia dan pesawat Citilink. Foto: aiyoshi597/Shutterstock
Namun, Wamildan menepis kabar tersebut, menurutnya tidak ada informasi material yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup maskapai pelat merah itu.
“Merujuk kepada pergerakan Daftar Pemegang Saham terbaru periode April 2025 sebagaimana yang telah diterima oleh Perseroan dari Biro Administrasi Efek, dapat kami sampaikan bahwa tak terdapat aktivitas pemegang saham yang dapat berakibat berubahnya kepemilikan,” ucap Wamildan.
Sebelumnya, dikutip dari Bloomberg, Garuda Indonesia tengah berunding dengan perusahaan sovereign wealth fund Indonesia, Danantara, terkait suntikan modal, di saat maskapai penerbangan nasional itu tengah berupaya memperbaiki keuangannya.
Pembicaraan tersebut masih dalam tahap awal dan dapat berubah, dan rincian mengenai jumlah dana yang ditransfer masih sedang digodok, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan identitasnya karena mereka tidak berwenang berbicara kepada publik.
Garuda, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, kembali mengalami kerugian bersih tahun lalu setelah dua tahun meraup laba berkat maraknya sektor perjalanan pasca COVID-19. Perusahaan mengangkat direktur utama baru pada November dan telah menjalankan misi untuk memperbaiki neraca keuangannya serta memperluas jaringan internasionalnya.
Setidaknya 15 jetnya tidak beroperasi karena kesulitan membayar biaya perawatan, menurut sumber lain yang mengetahui masalah ini awal bulan ini. Beberapa pemasok juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena kekhawatiran atas situasi keuangan Garuda, kata salah satu sumber tersebut.
Hingga Desember, Garuda memiliki utang sekitar USD 1,4 miliar lebih banyak dari asetnya, kekurangan modal yang menurut beberapa analis perlu ditutup sebelum Garuda dapat berfungsi normal lagi sebagai perusahaan dan memperoleh pendanaan eksternal tambahan.
Restrukturisasi utang terkini maskapai itu berakhir pada Desember 2022, menyusul rencana yang disetujui pengadilan dan diratifikasi pada Juni tahun itu, yang memungkinkan maskapai itu merestrukturisasi kewajiban sekitar USD 9,6 miliar.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.