Saat Saham Tesla Tergerus Imbas Perseteruan Trump-Elon Musk
kumparanBISNIS June 07, 2025 10:40 AM
Dulu terlihat akur, sekarang saling serang, hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump yang dulu sempat mesra, kini berubah jadi konflik terbuka. Dan kali ini, imbasnya langsung terasa ke bisnis, khususnya Tesla.
Awal mula keributan ini muncul karena Musk menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak yang didorong oleh Trump. RUU itu mencabut insentif pajak untuk pembelian mobil listrik, dan hal ini jelas jadi masalah besar untuk Tesla. Musk menanggapi, lalu Trump membalas dengan tudingan bahwa Musk kesal karena kehilangan manfaat pajak.
Pasar saham langsung bereaksi. Menurut Reuters, saham Tesla anjlok 14 persen pada hari Kamis waktu setempat. Dalam sehari, nilai pasar Tesla menyusut sekitar USD 150 miliar. Investor pun mulai khawatir soal masa depan bisnis Musk.
"Politik Elon terus merugikan saham. Pertama, ia memihak Trump, yang membuat banyak calon pembeli Demokrat kecewa. Sekarang ia berbalik melawan pemerintahan Trump," kata pemegang saham Tesla Dennis Dick, kepala strategi di Stock Trader Network.
Masalah ini tidak cuma berdampak pada harga saham. Konflik dengan Trump bisa membawa dampak lebih luas ke lini bisnis Tesla, termasuk rencana besar Musk soal robotaxi alias mobil tanpa sopir.
Tesla sedang mencoba mewujudkan robotaxi yang bisa jalan sendiri tanpa setir dan pedal. Tapi, untuk bisa diproduksi secara massal, mobil ini harus melewati izin dari Departemen Transportasi AS. Dan saat ini, lembaga itu juga sedang menyelidiki sistem “Full Self-Driving” Tesla, menyusul beberapa kecelakaan fatal.
"Setiap manfaat yang dianggap akan diperolehnya kini berubah menjadi negatif," kata Ross Gerber, CEO investor Tesla Gerber Kawasaki Wealth and Investment Management.
Ia bilang konflik ini bisa memperbesar tekanan terhadap Tesla, bahkan bisa memicu lebih banyak penyelidikan dari pemerintah.
Sejak penjualan mobil listrik mulai menurun, Musk memang mengarahkan fokus Tesla ke kendaraan otonom. Dalam laporan keuangan tahun lalu, dia bilang bahwa investor "harus menjual saham Tesla mereka" jika tidak percaya perusahaan akan bisa mengatasi tantangan teknologi mobil tanpa sopir.
Analis dari Wedbush menilai bahwa peluang dari teknologi AI dan kendaraan otonom bisa memberikan nilai pasar sebesar USD 1 triliun untuk Tesla.
Masalah regulasi juga jadi tantangan. Musk sudah lama mendorong agar ada satu sistem izin federal untuk kendaraan otonom, biar nggak ribet dengan aturan berbeda-beda di tiap negara bagian. Tapi ini pun belum tentu mulus jalannya.
Seth Goldstein, analis dari Morningstar, bilang bahwa ke depan bisa saja ada aturan yang mewajibkan mobil otonom pakai sensor lidar, sementara Tesla hanya pakai kamera.
"Dengan Presiden Trump, berada di pihak yang buruk selalu menimbulkan risiko bahwa Anda akan mendapatkan pembalasan pribadi," kata Goldstein.
Tapi, ia juga menambahkan bahwa kemungkinan itu kecil karena dorongan regulasi sudah lama datang dari banyak pihak.
Sementara itu, Trump menegaskan posisinya. Di platform Truth Social miliknya, dia menulis: "cara termudah untuk menghemat uang dalam anggaran, miliaran dan miliaran dolar, adalah dengan menghentikan subsidi dan kontrak pemerintah Elon."
Akibat dari drama ini, kekayaan Elon Musk juga ikut turun. Menurut Forbes, setelah saham Tesla anjlok, kekayaan bersih Musk menyusut sekitar USD 27 miliar dan sekarang berada di angka USD 388 miliar.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.