Transformasi Timnas Indonesia di bawah Patrick Kluivert
Albertus Dio Sukma June 07, 2025 09:20 PM

Pemilihan Pemain. Peran Alex Pastoor, Denny Landzaat dan Taktik Pragmatis.

Timnas Indonesia mengalami era baru yang cukup menjanjikan sejak kedatangan pelatih kepala asal Belanda, Patrick Kluivert, bersama dua asistennya, Alex Pastoor dan Denny Landzaat. Ketiganya membawa angin segar dalam meningkatkan performa Timnas, terutama melalui pemilihan pemain yang tepat dan penerapan taktik pragmatis yang efektif. Kolaborasi ini telah menciptakan fondasi kuat untuk mengejar ambisi lolos ke Piala Dunia 2026.
Kepemimpinan Patrick Kluivert: Menyatukan Talenta Diaspora dan Lokal
Patrick Kluivert, legenda sepak bola Belanda yang pernah bersinar bersama Ajax, Barcelona, dan Timnas Oranje, diangkat sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia pada Januari 2025. Meskipun rekam jejak kepelatihannya di level klub seperti Adana Demirspor dan Timnas Curacao sempat dipertanyakan, Kluivert membuktikan kemampuan kepemimpinannya dalam menyatukan pemain keturunan Belanda dan talenta lokal. Dengan koneksi emosional dan kulturalnya, Kluivert mampu membangun chemistry di ruang ganti, memastikan para pemain diaspora seperti Thom Haye, Jay Idzes, dan Mees Hilgers menghormati visinya.
Kluivert, yang dikenal sebagai figur karismatik, berperan besar dalam pengambilan keputusan akhir terkait komposisi tim. Ia juga aktif melobi pemain keturunan untuk bermain ke Timnas Indonesia, seperti Ole Romeny, Joey Pelupessy dan Dean James untuk memperkuat skuad. Pendekatannya yang inklusif memungkinkan Timnas Indonesia memiliki keseimbangan antara pengalaman internasional dan semangat lokal, yang menjadi kunci peningkatan performa tim.
Alex Pastoor: Otak Taktikal di Balik Strategi Pragmatis
Alex Pastoor, asisten pelatih berusia 58 tahun, dianggap sebagai "Profesor Taktik" dalam tim kepelatihan. Dengan pengalaman melatih klub-klub Belanda seperti Excelsior, Sparta Rotterdam, dan Almere City—yang semuanya berhasil dipromosikan ke Eredivisie—Pastoor membawa keahlian analisis dan strategi yang mendalam. Ia dikenal dengan pendekatan counter-pressing yang agresif, fokus mengunci bola di satu sisi lapangan, dan memanfaatkan serangan balik cepat untuk mengeksploitasi kelemahan lawan.
Pastoor kerap menggunakan formasi fleksibel, seperti 3-4-1-2 atau tiga bek, yang berbeda dari kecenderungan Kluivert pada formasi empat bek seperti 4-2-3-1 atau 4-3-3. Pendekatan pragmatis Pastoor terlihat dari adaptasinya terhadap lawan, memastikan tim bermain dengan intensitas tinggi dan disiplin taktis. Misalnya, dalam analisis pertandingan melawan Arab Saudi, Pastoor mempelajari kelemahan lawan dan merancang strategi untuk memanfaatkan kecepatan pemain sayap Indonesia.
Selain taktik, Pastoor juga fokus pada pengembangan pemain muda, seperti Beckham Putra yang dianggap sebagai investasi jangka panjang untuk sepak bola Indonesia. Dedikasinya dalam mempelajari konteks sepak bola Indonesia, termasuk strategi era Shin Tae-yong, menunjukkan pendekatan yang holistik dan adaptif.
Denny Landzaat: Jembatan Budaya dan Pengembangan Talenta
Denny Landzaat, mantan gelandang Timnas Belanda dengan 38 caps, membawa dimensi unik ke dalam tim kepelatihan. Dengan darah keturunan Maluku dan kemampuan berbahasa Indonesia, Landzaat menjadi jembatan penting antara pelatih asing dan pemain lokal. Pengalamannya sebagai asisten pelatih di klub seperti Feyenoord, Lech Poznan, dan Ferencvaros, serta pemahamannya tentang budaya Indonesia, memungkinkan komunikasi yang efektif dengan skuad.
Landzaat berfokus pada pengembangan para pemain, khususnya gelandang seperti Thom Haye, Joey Pelupessy dan Ricky Kambuaya. Ia menurunkan ilmu teknis dan taktis dari pengalamannya bermain di bawah Louis van Gaal di AZ Alkmaar, membantu pemain Indonesia meningkatkan visi permainan dan ketahanan fisik. Kehadirannya juga memperkuat kohesi tim, memastikan pemain lokal dan diaspora bekerja sebagai satu kesatuan.
Pemilihan Pemain: Kombinasi Talenta dan Strategi
Salah satu kunci keberhasilan trio pelatih ini adalah pendekatan cermat dalam pemilihan pemain. Kluivert, dengan koneksi luas di Belanda, berhasil menarik minat pemain keturunan berkualitas tinggi untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Sementara itu, Pastoor dan Landzaat memainkan peran penting dalam mengevaluasi performa pemain melalui analisis pertandingan dan data. Mereka memastikan bahwa pemain yang dipilih sesuai dengan taktik yang akan diterapkan, seperti kecepatan dan stamina untuk mendukung gaya counter-pressing Pastoor.
Contoh nyata adalah penempatan pemain seperti Yacob Sayuri di sisi sayap untuk mendukung transisi cepat dari bertahan ke menyerang, lalu di jantung pertahanan tetap mempertahankan trio Rizky Ridho, Jay Idzes dan Justin Hubner yang mana memberanikan diri mencadangkan pemain termahal Timnas Indonesia yakni Mees Hilgers. Pemilihan pemain muda seperti Beckham Putra juga menunjukkan visi jangka panjang untuk membangun tim yang kompetitif di masa depan. Tak lupa juga mempercayai pemain di liga lokal seperti Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri serta Stefano Lilipaly.
Taktik Pragmatis: Keseimbangan Antara Serangan dan Pertahanan
Taktik pragmatis yang diterapkan oleh Kluivert dan Pastoor mengedepankan fleksibilitas dan efisiensi. Berbeda dengan pendekatan reaktif Shin Tae-yong, tim kepelatihan baru ini cenderung lebih proaktif dalam menyerang, terutama melalui serangan balik yang cepat. Formasi 3-4-1-2 atau 3-4-3 yang sering digunakan Pastoor memungkinkan tim untuk tetap solid di lini belakang sambil memanfaatkan kreativitas gelandang serang untuk mendukung penyerang.
Pastoor juga menekankan pentingnya keseimbangan antara serangan dan pertahanan. Jika ingat dalam benak penonton, laga melawan Australia pada Maret 2025 lalu, meskipun Indonesia kalah 1-5, Pastoor dan Landzaat terlihat aktif memberikan instruksi untuk menyesuaikan posisi pemain guna mengatasi tekanan lawan. Pendekatan ini menunjukkan fokus pada hasil akhir, seperti yang diungkapkan Pastoor dalam wawancara bahwa ia "selalu berfokus pada hasil akhir."
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun performa Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan, tantangan tetap ada. Kritik dari media Belanda menyebut Kluivert sebagai pelatih yang pasif di pinggir lapangan, dengan Pastoor dan Landzaat dianggap sebagai "otak" di balik strategi tim. Polemik ini berpotensi mengganggu otoritas Kluivert, tetapi kolaborasi erat ketiganya telah membuktikan bahwa kekuatan tim pelatih ini terletak pada sinergi.
Dengan dukungan dari dua asisten pelatih lokal yang belum diumumkan secara resmi, serta tambahan staf seperti Jacoba untuk kebugaran dan Kluitenberg untuk analisis video, Timnas Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk bersaing di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kolaborasi antara Patrick Kluivert, Alex Pastoor, dan Denny Landzaat telah membawa perubahan positif bagi Timnas Indonesia. Polesan Trio Belanda diatas meneruskan kepingan pelatih sebelumnya yang hilang. Pemilihan pemain yang cerdas, dikombinasikan dengan taktik pragmatis yang fleksibel dan fokus pada hasil, menjadi kunci peningkatan performa tim. Dengan kepemimpinan Kluivert, keahlian taktis Pastoor, dan jembatan budaya dari Landzaat, Skuad Garuda memiliki peluang besar untuk mewujudkan mimpi lolos ke Piala Dunia 2026, sekaligus membangun fondasi kuat untuk masa depan sepak bola Indonesia.

Photo by: @MikeVerweij
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.