Warga Keluhkan Listrik Sering Padam, PLN Kraksaan Probolinggo Jelaskan Penyebab dan Tantangan di Lapangan
GH News June 08, 2025 12:03 AM

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Keluhan warga terkait listrik sering padam di sejumlah wilayah Kabupaten Probolinggo terus mencuat. Warga mengaku aktivitas sehari-hari sangat terganggu, terutama di wilayah-wilayah pegunungan seperti Kecamatan Tiris dan Krucil Kabupaten Probolinggo yang kerap mengalami pemadaman cukup lama.

“Listrik sering mati, kadang sampai berjam-jam. Wifi mati, internet tidak bisa diakses, semua pekerjaan jadi terganggu,” keluh Saiful, warga Kecamatan Tiris, Jum'at (7/6/25).

Hal senada disampaikan Romlah, warga Kecamatan Krucil. Ia mengaku kerepotan jika listrik padam, apalagi saat sedang memasak. “Kalau sedang masak nasi pakai rice cooker terus mati lampu, ya terpaksa pakai kompor. Semua aktivitas yang pakai listrik langsung terhenti,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Manager PLN ULP Kraksaan Hans Tua Sinaga menjelaskan bahwa gangguan jaringan di wilayah pegunungan memang masih menjadi tantangan tersendiri. Salah satu penyebab utama padamnya listrik adalah pohon tumbang yang menimpa jaringan, terutama pohon-pohon produktif yang tumbuh dekat kabel listrik.

“Daerah seperti Tiris dan Krucil memang memerlukan dukungan dari warga. Banyak pohon sengon, jati, durian, dan lainnya yang posisinya sangat dekat dengan jaringan listrik. Kami kesulitan melakukan pemangkasan karena pohon-pohon itu milik warga, dan harus ada izin,” jelas Hans.

Ia mencontohkan kejadian di wilayah Tembelang, di mana gangguan pohon menyebabkan kerusakan cukup parah. “Trafo rusak, tiang patah, pin isolator pecah, dan warga harus padam semalaman. Ini bukan hanya soal pelayanan, tapi juga soal keselamatan jaringan,” katanya.

PLN Kraksaan, lanjut Hans, sudah berupaya menjalin koordinasi dengan para camat di wilayah pegunungan. “Kami sudah bertemu Camat Krucil dan Tiris untuk membahas hal ini. Harapan kami, ada pengertian dari warga agar mengizinkan kami melakukan pengamanan jaringan, termasuk pemangkasan pohon,” ucapnya.

Di balik pelayanan listrik yang terus diupayakan agar tetap stabil, ada perjuangan besar para petugas di lapangan. Ramli, salah satu petugas pemeliharaan jaringan listrik PLN Kraksaan, mengungkapkan risiko besar yang dihadapi timnya.

“Kalau hujan deras, kami harus tunggu reda dulu. Kalau langsung naik ke tiang atau pegang kabel saat kondisi basah, risikonya tersambar petir atau terkena setrum. Nyawa taruhannya,” ungkap Ramli.

Ramli beserta tim lainnya, bertugas melakukan pemangkasan pohon dan perbaikan jaringan pasca gangguan. Ia mengaku medan yang sulit dan minimnya jumlah personel membuat pekerjaan semakin menantang. “Kadang harus menyusuri hutan untuk cari titik gangguan. Kalau ada pohon tumbang atau ranting patah yang menimpa kabel, kami harus cepat tangani. Tapi medan dan jarak tempuh bisa sangat jauh,” jelasnya.

Koordinator Yantek PLN Kraksaan, Riza, menjelaskan bahwa petugas teknis bekerja dalam tiga shift: pagi (08.00–16.00 WIB), sore (16.00–23.00 WIB), dan malam (23.00–08.00 WIB). Namun, untuk wilayah selatan, hanya ada dua orang petugas aktif di lapangan.

“Layanan kami memang 24 jam, tapi dengan personel terbatas, kami butuh kerja sama masyarakat. Kalau warga segera melapor dan memberi tahu lokasi gangguan, penanganan bisa lebih cepat,” ujarnya.

Riza menyarankan masyarakat memanfaatkan aplikasi PLN Mobile atau menghubungi nomor 0335-123 untuk pelaporan cepat. Ia menegaskan bahwa tim PLN selalu siap merespon, tapi faktor keselamatan dan akses tetap jadi kendala utama.

“Kalau hujan atau angin besar, kami tidak bisa langsung naik tiang atau potong pohon. Tapi kami selalu siap. Begitu kondisi memungkinkan, kami langsung turun ke lapangan,” tandasnya.

PLN Kraksaan berharap masyarakat bisa memahami tantangan di lapangan dan memberikan dukungan, khususnya terkait izin pemangkasan pohon yang berpotensi membahayakan jaringan. “Kami ingin memberikan pelayanan terbaik. Tapi untuk itu, kami butuh sinergi dari masyarakat,” pungkas Hans.(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.