Ciri-ciri Makanan yang Berpotensi Mengandung Minyak Babi
kumparanFOOD June 08, 2025 02:40 PM
Akhir-akhir ini, ramai diperbincangkan soal restoran yang ternyata menggunakan minyak babi dalam makanannya. Minyak babi atau yang dikenal dengan nama lain “lard” memang kerap digunakan dalam berbagai masakan atau produk olahan, terutama karena dapat memberikan tekstur lebih lembut, rasa lebih gurih, dan daya tahan lebih lama.
Namun, bagi konsumen Muslim, hal ini tentu menjadi perhatian serius. Dalam ajaran Islam, mengonsumsi babi dalam bentuk apa pun, termasuk makanan yang diolah dengan minyak babi sangat diharamkan.
Lalu, bagaimana cara mengenali makanan yang mungkin menggunakan minyak babi? Apalagi, makanan dengan minyak babi sering kali tidak terasa berbeda secara rasa, karena sifatnya yang cenderung netral.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa ciri makanan yang berpotensi mengandung minyak babi.
Tekstur yang Sangat Renyah dan Flaky
Perbesar
Ilustrasi makanan daging babi. Foto: Shutterstock
Minyak babi sering digunakan dalam pembuatan kue kering seperti kulit pai, biskuit, hingga cookies karena mampu menghasilkan tekstur adonan yang lembut dan flaky. Dilansir Food Network, menggoreng dengan minyak babi juga dapat menghasilkan makanan dengan tekstur yang sangat renyah namun tetap gurih.
Oleh karena itu, minyak babi kerap dipakai dalam berbagai jenis makanan seperti tumisan, roti, atau kue, untuk memberikan hasil akhir yang garing di luar namun lembut di dalam.
Stabilitas Minyak Tinggi dan Lebih Tahan Panas
Perbesar
Ilustrasi minyak babi. Foto: Viktor Kovtun/Shutterstock
Dikutip dari Dr. Berg, minyak babi memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan minyak nabati. Artinya, minyak ini menghasilkan lebih sedikit oksidasi saat dipanaskan dan memiliki titik asap yang lebih tinggi. Hal inilah yang membuatnya cocok digunakan untuk memasak, memanggang, hingga menggoreng.
Penggunaan minyak babi juga kerap menghasilkan makanan yang lebih renyah dan tidak mudah gosong.
Tertulis dengan Istilah Tertentu
Minyak babi tidak selalu ditulis secara eksplisit sebagai “lard” di label komposisi produk makanan. Bisa jadi, bahan tersebut muncul dengan istilah lain yang lebih umum, seperti shortening, protein hewani, lemak hewani, atau gelatin. Padahal, istilah-istilah ini bisa saja merujuk pada turunan babi, terutama jika tidak dijelaskan secara spesifik sumbernya.
Karena itu, sangat penting untuk lebih teliti membaca label makanan, terutama pada produk impor atau yang belum bersertifikat halal. Sebagai langkah aman, pilihlah produk yang sudah memiliki sertifikasi halal resmi agar lebih terjamin soal kandungan atau proses produksinya.
Dengan mengenali ciri-ciri makanan yang berpotensi mengandung minyak babi, kita bisa lebih waspada dalam memilih makanan sehari-hari. Selalu periksa label, perhatikan komposisi, dan utamakan produk bersertifikat halal untuk menjaga kehalalan konsumsi kita.