Konten Dewasa dan Judol Bertaburan di WhatsApp, Bahaya Mengintai Anak!
Salman Mardira  June 09, 2025 03:58 PM

Konten pornografi dan judi online (judol) makin masif di fitur aplikasi saluran WhatsApp atau WhatsApp Channel. Konten dan link tersebut bebas diakses oleh siapa saja penggunanya, termasuk anak di bawah umur.

WhatsApp (WA) saat ini menjadi aplikasi perpesanan paling banyak digunakan di dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Global Digital Insight, WA memiliki 181,57 pengguna aktif di Indonesia. Bukan hanya orang dewasa, platform ini juga banyak digunakan anak usia sekolah.

Rahmi, seorang warga mengatakan anaknya yang masih duduk di kelas II SMP sudah menggunakan WA untuk berinteraksi dengan temannya. “Terkadang mereka ngobrol dengan gurunya pakai WA,” ujarnya, Senin (9/6/2025).\

Tetapi keresahan muncul karena saat ini saluran WhatsApp banyak memunculkan grup dengan tema beragam. Konten hingga link-link mengarah ke pornografi hingga judi online berseliweran di WA, bisa diakses siapa saja. 

 

Konten-konten itu memang bukan disediakan langsung oleh WhatsApp, tetapi kemudahan diberikan yang diberikan penyedia aplikasi membuat pengguna memanfaatkan hal itu untuk kepentingan tertentu, termasuk menyajikan konten negatif.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono mengaku sudah banyak mendengar mendengar keresahan masyarakat, terutama para orang tua terkait bertebarannya konten dan link-link yang mengarah ke pornografi maupun judol di saluran WA.

Menurutnya, keberadaan WA saat ini sangat dekat dengan masyarakat, termasuk anak-anak. Artinya, anak-anak pun bisa bebas mengakses konten-konten dewasa hingga judol yang dapat berdampak buruk terhadap tumbuh kembangnya. 

“Mengganggu fokus dia untuk belajar, dewasa belum waktunya, dan itu bisa memengaruhi anak untuk melakukan hal yang serupa dengan apa yang dia tonton,” kata Aris kepada Beritasatu.com.

Selain itu, adanya link-link judol di saluran WhatsApp juga bisa mendorong anak untuk ikut-ikutan bermain, sehingga bisa berdampak pada kerugian materiel dan mental, mengingat judi itu memiliki sifat adiksi.

“Konten-konten judi online tentu itu ada kecanduan. Kalau hal adiksi ini mengarah ke anak, maka akan mempengaruhi fase tumbuh kembangnya, tentunya fase belajar. Harusnya anak mendapatkan pengetahuan-pengetahuan positif, tetapi karena terpapar hal negatif akhirnya dia bisa tidak konsentrasi dalam belajar dan sebagainya,” ujar Aris.

Aris mengatakan KPAI sudah bolak-balik melaporkan ke Kemenkomdigi agar konten dewasa maupun likn-link judol di media sosial, terutama saluran WhatsApp yang bisa diakses oleh anak-anak segera diblokir.

Dia juga meminta penyedia layanan WhatsApp lebih proaktif mengawasi dan membatasi konten-konten negatif yang beredar dalam saluran maupun perpesanan aplikasi, terutama yang berpotensi berdampak buruk kepada anak dan remaja. 

“Mestinya pihak WA punya cara bagaimana mengendalikan konten-konten yang membahayakan anak melalui saluran itu, mereka bisa mendeteksi itu,” tukas Aris Leksono.

Aris mengimbau kepada orang tua untuk lebih memperhatikan dan mengawasi ketat anak-anaknya dalam mengakses media sosial, termasuk WhatsApp. Jika ditemukan ada histori yang mengarah kepada pornografi maupun judi online, maka sang anak harus segera dibina.

Masyarakat juga diminta melaporkan secara resmi jika menemukan konten-konten negatif yang berbahaya untuk perkembangan anak di media sosial. Kalau ada laporan, KPAI bisa memanggil penyedia aplikasi untuk dimintai keterangan. 

Sebelumnya, anggota Komisi I DPR Sarifah Ainun Jariyah meminta pemerintah serius menindaklanjut terkait masihnya konten pornografi hingga judol di WhatsApp dan Instagram.

“Saya rasa konten pornografi di medsos ini harus ditindaklanjuti karena banyak juga yang komentar anak-anak di bawah umur. Ini harus jadi perhatian khusus,” ujarnya.

Dia mengusulkan Komisi I DPR memanggil langsung pihak Meta untuk mempertanyakan terkaitnya maraknya konten pornografi dan judi online di Instagram maupun WhatsApp, serta meminta mereka membatasi konten itu agar tidak bisa diakses oleh anak-anak.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.