TIMESINDONESIA, BONTANG – Rencana pembangunan pabrik soda ash di Bontang yang akan dimulai pada 2026 terus menarik perhatian. Di balik potensi ekonominya yang besar, sejumlah pihak mulai menyoroti dampak lingkungan yang bisa ditimbulkan dari proyek industri kimia dasar ini.
Analis Kebijakan Ahli Madya di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Bontang (DPMPTSP Bontang), Karel menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai aspek pendukung, termasuk kawasan industri yang sesuai zonasi.
"Potensi berkembangnya ada enam industri turunan yakni makanan, tekstil, kaca, kosmetik, deterjen, dan farmasi," jelas karel pada Senin (9/6/2025).
Hal ini menarik perhatian pengamat menilai pentingnya pengawasan lingkungan yang ketat.“Pengembangan industri berbasis soda ash sangat menjanjikan secara ekonomi, tapi perlu dikawal dari sisi dampak limbah dan konsumsi air,” kata seorang pengamat lingkungan lokal yang enggan disebut namanya.
Diketahui, soda ash atau natrium karbonat merupakan bahan kimia penting yang banyak digunakan, namun proses produksinya memiliki jejak karbon dan risiko limbah cair yang signifikan.
Pemerintah Kota menyatakan akan mempercepat perizinan bagi investor yang masuk, selama sesuai dengan zonasi. Selain itu Pemkot Bontang juga memastikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan secara komprehensif.(*)