Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konten anomali jadi tren.
Dalam konten-konten anomali digambarkan penggabungan antara benda mati dengan hewan maupun benda mati dengan manusia.
Konten seperti Tung tung sahur atau ballerina capuccina inilah yang sering dikonsumsi anak-anak.
Hal ini jadi perhatian bagi dosen psikolog dari Universitas Airlangga (Unair) Dr Nur Ainy Fardana Nawangsari.
Ia mengatakan, konten seperti itu memiliki dampak negatif bagi perkembangan anak-anak.
“Konsumsi konten digital yang tidak bermakna dan berkualitas rendah dapat berdampak pada perkembangan anak,” kata dia dikutip di Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Menurut dia, konten anomali dapat mengganggu proses pemahaman dan cara memahami realita.
Konsumsi konten ini menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berpikir realistis dengan situasi sekitar.
“Anak memiliki tahapan berimajinasi, tetapi mereka harus mulai belajar hal-hal yang bersifat konkret untuk mengenali dunia nyata sekitarnya. Jika mereka mendapatkan konten yang tidak mendidik, tentu saja akan mengganggu proses pemahaman dan proses kognisinya,” ungkap Neny.
Secara psikologis juga mengganggu.
Konsumsi konten anomali juga dapat menyebabkan gangguan serius pada anak dimana bisa mengalami kecanduan karena terlalu sering terpapar konten anomali.
Akibatnya, anak mengalami kondisi susah fokus dan daya ingatnya terganggu yang mengakibatkan gangguan tidur, mata lelah, dan nyeri leher.
Kondisi kecanduan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak karena berkurangnya interaksi nyata.
“Orang tua harus bijak, batasi screen time anak. Dampingi dan pilihkan konten berkualitas dan berikan pemahaman terhadap anak mengenai konten yang baik,” jelas Neny.
Alasan Mengapa Anak Tertarik pada Konten Anomali
Neny menyebut masa kanak-kanak merupakan tahapan pengembangan imajinasi.
Mereka suka karena sepadan dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan kemampuan imajinasi, kemampuan visual, dan rasa ingin tahu.
Berbeda dengan kartun, konten anomali sangat sering muncul di media sosial, sehingga anak dapat mengkonsumsinya secara intens.