Pentas Kethoprak Anak Hadirkan Semangat SD Kristen Satya Wacana dan FBS UKSW Lestarikan Budaya Jawa
M Zainal Arifin June 12, 2025 03:30 PM

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Kali pertama di Salatiga, sejumlah siswa SD Kristen Satya Wacana mempersembahkan pertunjukkan Kethoprak Anak bertajuk “Dewi Bulan” di Balairung UKSW, pada Kamis (5/6/2025). 

Pertunjukan kesenian daerah ini merupakan hasil kerja sama Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) antara Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UKSW dengan SD Kristen Satya Wacana. 

Diperankan siswa siswi pilihan dari kelas satu hingga enam, kolaborasi ini merupakan upaya bersama dalam merawat kesenian daerah melalui pentas kreasi anak. 

Adapun kegiatan yang berlangsung meriah ini, tak hanya dihadiri oleh para wali murid, namun diramaikan pula oleh kedatangan siswa SD Kauman Kidul dan SMP Kristen Satya Wacana. 

Dalam sambutannya, Dekan FBS Drs. Agastya Rama Listya M.S.M., Ph.D., menyampaikan keterlibatan FBS dalam kegiatan ini merupakan wujud upaya turut mendorong semangat toleransi melalui pertunjukan kesenian daerah.

Hal ini sejalan dengan tema PkM, memupuk multikulturalisme dalam balutan kesenian jawa.

Kendati Kethoprak merupakan kesenian tradisional jawa, ia menambahkan bahwa pertunjukan ini tak hanya menggunakan bahasa Jawa, namun juga bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

“Bukan cuma satu bahasa saja yakni bahasa Jawa, tetapi juga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris."

"Kegiatan ini tak lain sebagai upaya menggali kekayaan kesenian yang ada di tempat kita,” tambahnya.

Di samping itu, Direktur Sekolah Laboratorium Kristen Satya Wacana Dra. Emy Wuryani, M.Hum., berharap penyelenggaraan kegiatan ini mampu kembangkan daya kreasi anak serta tumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian.

“Semoga pertunjukan kethoprak ini dapat mengembangkan kemampuan kreasi anak serta lebih mencintai seni tradisional,” ujarnya.

Tingginya Semangat Anak-anak

Seusai pentas, Kepala Sekolah SD Kristen Satya Wacana sekaligus Sutradara “Dewi Bulan” Amrih Gunarto, S.Sn., M.Pd., sampaikan apresiasi kepada anak-anak yang sukses mempersembahkan penampilan.

“Mereka luar biasa, hanya berlatih selama satu bulan setengah, terbukti mampu memerankan karakter dengan baik."

"Dalam prosesnya pun, dengan pengarahan sedikit saja mereka sudah dapat menangkap apa yang dimaksud."

"Sementara tantangannya adalah pendalaman karakter, bagaimana menunjukkan sifat kebijaksanaan dan kelicikan."

"Dan itu betul-betul butuh pendampingan,“ terangnya.

Ia berharap agar pertunjukan ini dapat mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.

“Secara nilai universal pesan dari cerita ini ialah kebaikan selalu mengalahkan kejahatan."

"Kalau untuk anak-anak merupakan upaya menanamkan sikap dan nilai moral dalam aktivitas sehari-hari,” ujarnya.

Sebagai kepala sekolah, beliau merasa bangga dengan tingginya semangat kesenian anak-anak.

Pertunjukan Kethoprak yang umumnya dilakoni oleh orang dewasa, nyatanya mampu diperankan oleh para siswa dengan sangat baik.

Hal ini menunjukkan potensi besar untuk berkreasi, merawat, sekaligus menjaga dunia seni peran tradisional. 

Melalui kegiatan ini pula, UKSW sekaligus menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, yakni mendorong mutu pendidikan.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.

Salam Satu Hati UKSW! (Laili S/***)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.