TRIBUN-MEDAN.com - Rismon Sianipar menghadiri sidang gugatan ijazah Jokowi di PN Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/6/2025).
Sidang ini beragendakan pembacaan putusan sela.
Diketahui sidang ini atas gugatan Muhammad Taufiq, teman seangkatan Jokowi di SMAN 6 Solo tahun 1980.
Pihak tergugat yakni Jokowi, KPU, SMAN 6 Solo, dan UGM.
Ahli digital forensik, Rismon mengatakan, kedatangannya ke PN Solo bukan untuk memberi kesaksian langsung dalam sidang, melainkan sebagai bentuk dukungan terhadap penggugat.
"Perihal apa yang sedang berlangsung di sini. Saya diundang bukan hadir di ruang sidang, cuma memberi support kepada Pak Taufik," ujar Rismon Sianipar di PN Solo, Kamis (12/6/2025).
Ia menyatakan harapan agar majelis hakim memberikan kesempatan bagi timnya untuk memaparkan kajian ilmiah terkait keaslian ijazah Presiden Jokowi.
"Sehingga hakim di PN Solo memberikan kesempatan kepada kami untuk membuktikan kajian kami secara ilmiah. Dan bisa dibantah dari pihak Pak Jokowi dengan cara ilmiah juga," katanya.
Penggugat Siapkan Deretan Saksi Ahli
Penggugat, Muhammad Taufiq, menegaskan bahwa kehadiran Rismon mencerminkan semangat membuka ruang pembuktian berbasis keahlian dalam perkara ini.
"Kita ingin di Solo dimulai peradilan intelektual. Jadi ketika kita menggugat, kita hadirkan orang yang expert di bidangnya," kata Taufiq.
Ia menyebut kekhawatirannya jika sidang diberhentikan lebih awal hanya berdasarkan eksepsi tanpa proses pembuktian.
"Jangan sampai yang kita takutkan, tidak pernah ada pembuktian tentang ijazah, tiba-tiba berhenti dikabulkannya eksepsi. Ini kan berbahaya," lanjutnya.
Taufiq mengungkapkan rencana untuk menghadirkan beberapa saksi ahli, termasuk Rismon Sianipar sebagai ahli forensik digital, Roy Suryo sebagai ahli telematika, dan Dr. Tifa untuk aspek akademik.
Penyidikan "Beliau secara gentleman mengatakan akan membantu saya memberikan keterangan ahli, diadu dengan ahlinya para tergugat," ujarnya. "Ahli yang mau kita ajukan, pertama telematika Pak Roy Suryo, digital forensik Bang Rismon, dan dr. Tifa," jelas Taufiq.
Seniman Sujiwo Tejo Skakmat Rismon Sianipar dan Roy Suryo
Seniman Sujiwo Tejo membuat Rismon Sianipar dan Roy Suryo terdiam soal analisisnya terkait ijazah Jokowi.
Menurut Sujiwo Tejo, ijazah Jokowi asli atau palsu tak perlu dipermasalahkan. Menurut Sujiwo, Jokowi sudah bekerja dengan baik.
"Bagi pemimpin ijazah gak penting. Pemimpin tidak perlu universitas. Karena universitas itu miniatur dari universe. Untuk apa kita mempermasalahkan ijazah pak Jokowi, kalau pak Jokowi sudah bisa bekerja,"ujar Sujiow dalam diksusi Lawyers Club.
Sujiwo juga mencotohkan Presiden ke 2 Soeharto. Katanya Soeharto tak pernah mengerti soal ekonomi dan keuangan.
Soeharto selalu mencatat setiap menterinya memberikan tanggapan.
Namun selang berapa lama, semua berubah, para menteri yang mencatat semua yang dikatakan Soeharto terkait ekonomi dan keuangan.
Menurut Sujiwo, pemimpin itu yang paling dibutuhkan yakni ketika mengambil keputusan.
Susno Duadji Tertawakan Rismon Sianipar
Mantan Kabareskrim Polri Komjen Pol (Purn) Susno Duadji menertawakan ahli Digital Forensik Rismon Sianipar saat membincangkan polemik kasus ijazah Jokowi dalam sebuah diskusi.
Hal itu lantaran Rismon blunder membahas topik lain alih-alih mengulik isu ijazah Jokowi.
Padahal sebelumnya Susno Duadji telah mengurai pendapatnya terkait pengumuman dari Bareskrim Polri soal keaslian ijazah Jokowi.
Dalam program televisi Rakyat Bersuara, Susno Duadji menyebut bahwa Laboratorium Forensik Polri bisa dipercaya secara penuh.
Sebab Puslabfor Polti punya peralatan yang canggih hingga laboran yang mumpuni di bidang forensik.
"Percayalah bahwa laboratorium kriminal dulu, sekarang namanya Labfor Polri, bahwa Labfor itu terbaik di seluruh Indonesia dan sangat komplit dan sudah dipraktikan untuk apa saja ada," ungkap Susno Duadji dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube inewstv, Rabu (28/5/2025).
Terkait dengan pernyataan Bareskrim Polri yang menyebut ijazah Jokowi adalah asli, Susno mengurai pendapatnya.
"Ijazah Pak Jokowi dengan yang dibandingkan tidak akan identik, ya pengertian identik itu sama. Yang namanya identik itu 100 persen sama, jadi pasti tidak identik. Maka yang dipersoalkan di sini sebenarnya identik atau tidak, sah atau tidak pak Jokowi memegang ijazah itu," ujar Susno Duadji.
Dalam penjelasannya itu, Susno mengurai mekanisme yang harusnya dilakukan oleh Puslabfor dan Bareskrim Polri.
Hal itu dilakukan guna mengetahui keaslian dan kesahan ijazah Jokowi.
"Pak Jokowi sah tidak dia memegang ijazah yang di tangan dia, kita telusuri prosesnya. Pak Jokowi terdaftar atau tidak di UGM Fakultas Kehutanan. Kita teliti apakah pak Jokowi kuliah betul di UGM atau tidak, dilihat dari buku induknya, termasuk bayaran, termasuk skripsi, dia tamat atau tidak ada foto ijazahnya. Saya bicara dari segi proses," pungkas Susno.
"Kemudian baru ditanyakan ke UGM, betul enggak punya mahasiswa kuliah atau tidak. Tentang skripsi, ditanyakan aja kepada mereka. Nanti dibandingkan antara alat bukti yang didapat dari pelapor, keterangan saksi, sah atau tidak bukti yang dipegang," sambungnya.
Meyakini kebenaran dari hasil analisa Puslabfor, Susno Duadji mengungkap alasannya.
Susno menyebut laboran di Puslabfor adalah ahli yang merupakan lulusan dari luar negeri.
"Mereka (anggota Puslabfor) kualitasnya saya yakin, rata-rata mereka alumni dari Amerika, dari Eropa dan bukan polisi kayak saya di Akademi Kepolisian. Mereka memang kemahirannya itu. Kalau urusan laboran enggak boleh (diintervensi)," kata Susno Duadji.
Respons Rismon Sianipar
Atas penjelasan yang disampaikan Susno Duadji, Ahli Digital Forensik Rismon Sianipar memberikan tanggapan.
Rismon mengkritik Puslabfor yang menurutnya tak sesuai dengan perkataan Susno Duadji.
Rismon tampak kecewa dengan kinerja Labfor dalam kasus Jessica Wongso.
"Alat boleh, tools boleh pakai segala macam standar internasional. Tapi pak, fakta berbicara lain. Terkait dengan salah satu laboratorium forensik Mabes Polri, bisa dibaca di direktori keputusan terkait Jessica Wongso. Laboratorium toksikologi pimpinannya atau siapa Doktor Nursamran Subandi, memodelkan penguraian sianida pakai parabola terbuka jika diekstrapolasi T-nya malah konsentrat sianida di gelas seperti pabrik, apakah begitu produk (Labfor)?" ungkap Rismon bersemangat.
Mendengar kritikan yang diurai Rismon soal Labfor, Susno Duadji tampak heran.
Sebab bidangnya bukan kepada hal teknis di Labfor.
Susno pun terkejut karena Rismon tiba-tiba membelokkan bahasan dari semula kasus ijazah Jokowi menjadi kasus Jessica Wongso.
"Itu saya serap ya, tapi saya tidak akan berdebat tentang sesuatu pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan sangat teknis, mudah-mudahan ini didengar oleh Mabes Polri. Karena kalau berdebat dengan saya (fokus ke) masalah penyidikan, saya 35 tahun di penyidikan. Tapi kalau berdebat di toksikologi bukan ranahnya," ungkap Susno Duadji.
"Maaf ya pak ya, pak jenderal," imbuh Rismon.
Ditegur Susno, Rismon justru kembali melanjutkan bahasannya soal kasus Jessica Wongso.
Susno pun langsung tertawa dan meminta Rismon kembali membahas kasus ijazah Jokowi sesuai tema diskusi.
"Yang kedua yang paling fatal. Doktor Nursamran Subandi di keputusan Jessica Wongso," ujar Rismon.
"Tapi kita belum masuk ke (kasus) Jessica Wongso ini," timpal Susno Duadji sembari tertawa.
"Bahkan laboratorium toksikologi salah menghitung waktu mundur," kata Rismon gelagapan.
"Kita kembali ke ijazah saja. Yang jelas, laboran ini, mas Roy saja mengakui ini sudah diakui taraf internasional. Kasian audien di seluruh Indonesia berapa puluh juta nunggu masalah ini loh," pungkas Susno Duadji.
Menjawab kritikan Rismon soal Labfor, Susno Duadji bijak.
Kata Susno, kesalahan pada individu yang berada di Labfor jangan disamaratakan dengan satu instansi.
Lagipula diungkap Susno, pasti ada saja orang yang bermasalah di tiap instansi.
"Soal orang, di mana-mana itu ada masalah. Jangankan orang laboratorium, selevel menteri aja bermasalah. Elit politik pun bermasalah. Bahkan teman-temannya pak Roy profesor pun banyak yang ditangkap, bahkan rektor pun ditangkap. Jadi kalau kita bicara manusianya enggak selesai nanti," ungkap Susno Duadji.
"Tapi apa yang disampaikan Rismon tadi oke itu masukan. Karena polisi Indonesia itu milik beliau juga," sambungnya.
(*/tribun-medan.com)