Catatan Menteri PPPA Usai Haji 2025: Tambah Petugas-Pembimbing Perempuan
kumparanNEWS June 12, 2025 05:20 PM
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, memberikan catatannya terkait pelaksanaan dan pelayanan haji musim 2025.
Arifatul yang juga menjadi Amirul Hajj ini mengapresiasi dedikasi para petugas haji yang telah bekerja keras memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah di Tanah Suci.
Meski begitu, Arifatul menekankan pentingnya penguatan layanan agar lebih inklusif, terutama bagi jemaah perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas yang jumlahnya meningkat.
“Tahun ini, sekitar 55 hingga 60 persen jemaah kita adalah perempuan. Maka, komposisi petugas, khususnya petugas perempuan, harus disesuaikan agar bisa memberikan pelayanan yang optimal,” jelas Arifatul di Jeddah.
Arifatul juga menyoroti minimnya jumlah pembimbing ibadah perempuan. Menurutnya, perempuan memiliki kebutuhan bimbingan ibadah yang berbeda dengan laki-laki. Ia menilai ada hal-hal yang lebih nyaman bila dikonsultasikan kepada pembimbing perempuan.
Perbesar
Petugas membantu jemaah haji lanjut usai yang ikut safari wukuf. Foto: Moh Fajri/kumparan
Fasilitas Ramah Perempuan
Arifatul mengingatkan perlunya peningkatan fasilitas yang ramah perempuan. Salah satu contohnya adalah ketersediaan toilet.
“Durasi penggunaan toilet bagi perempuan lebih lama. Maka, sebaiknya jumlah fasilitas toilet untuk perempuan diperbanyak dibandingkan laki-laki. Ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan layanan,” ungkap Arifatul.
Selain itu, Arifatul mendorong agar ke depan lebih banyak petugas haji yang memahami bahasa daerah. Ia mengatakan banyak jemaah haji berasal dari daerah yang mungkin belum pernah keluar kampung atau naik pesawat.
“Kehadiran petugas dari daerah yang sama, yang paham bahasa dan budaya lokal, akan sangat membantu secara psikologis,” kata Arifatul.
Lebih lanjut, Arifatul menegaskan pentingnya pelatihan berkala bagi seluruh petugas agar benar-benar memahami peran dan tanggung jawabnya.
Arifatul juga mengusulkan agar pendamping bagi jemaah yang membutuhkan bantuan penuh menandatangani pakta integritas, agar tidak meninggalkan jemaah yang didampingi.
“Petugas haji kita jumlahnya terbatas. Mereka membantu, tetapi tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran keluarga. Maka, kerja sama semua pihak sangat penting,” tegas Arifatul.
Arifatul memastikan komitmennya untuk terus mengawal penguatan penyelenggaraan haji yang lebih ramah perempuan dan inklusif.
“Ini menjadi aspirasi kami bersama. Saya berharap ke depan akan ada diskusi khusus antar kementerian, antara Indonesia dan Saudi, untuk mendorong layanan haji yang makin adil dan berkeadilan bagi semua,” tutur Arifatul.