TIMESINDONESIA, MALANG – Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah kunjungan wisata Bromo dari pintu masuk Jemplang desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang sangat besar, namun jangan sampai dalam melayani wisatawan sopir-sopir paguyuban jip BTS Trans 4X4 bau apek apalagi sampai tidak mandi.
"Meskipun panjengan melayani wisatawan yang hendak ke Bromo itu jam 11.00 atau jam 12.00 malam, jangan sampai baunya apek, apalagi sampai tidak mandi. Mandi dan wangi itu wajib, biar wisatawan senang," kata Kadisparta dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, S.Sos, M.Si saat "membekali" ratusan sopir jip BTS Trans 4X4, Kamis (12/6/2025) siang.
Pembekalan Purwoto itu disampaikan dalam acara Sosialisasi Keselamatan Wisata Bromo Jalur Malang di Omah Semar Wringinanom Poncokusumo.
Sosialisasi itu berlangsung hingga sore hari. Karena bukan hanya Purwoto saja yang memberikan masukan, sejumlah nara sumber juga didatang diantaranya dari Satlantas Polres Malang, Dinas Perhubungan, BPJS Ketenagakerjaan, Jasa Raharja dan PMI.
Purwoto sangat berharap hal-hal itu seperti tidak terjadi. "Membuat suasana nyaman, sejuk, indah, wangi, bersih itu adalah bagian dari tugas kita sebagai sopir wisata. Ingat kita adalah sopir bukan sembarang sopir, tapi kita sopir wisata," ujarnya.
Kalau perlu, lanjut Purwoto, misalnya ada hiasan yang pantas dan cakep untuk mobil, pasang saja. "Pokoknya yang penting menarik perhatian wisatawan," tambahnya.
Jumlah Wisatawan Bromo dari jalur Malang ini paling banyak dibanding dari Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang. Tapi angka kecelakaan masih tinggi.(FOTO : Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Karena, kata Purwoto kemudian, wisatawan itu pertama-tama pasti akan mencari jip yang bagus. Entah itu bagus karena bentuknya, atau warnanya. Itu adalah bagian dari keindahan yang menarik perhatian.
"Kita harus berlomba-lomba membuat jip wisata kita itu jip yang asyik, indah dan keren. Karena salah satu yang hendak dilakukan wisatawan pergi ke Bromo, itu adalah berfoto atau selfi dengan jip. Kalau jip yang ditumpangi itu rembes atau kotor, pasti mereka akan memilih mencari jip yang lebih baik untuk dijadikan "teman" berfoto atau selfi," katanya.
Purwoto mengingatkan hal itu karena usaha ini adalah bersaing dalam memberi pelayanan terbaik. "Selain itu sopir juga harus ramah. Kalau tidak bisa senyum ramah, ya harus dipaksa untuk bisa. Juga meskipun ada persoalan di rumah dengan istri dan anak, sopir jip wisata harus tetap sabar dan ramah tadi. Pantang hukumnya sopir wisata itu mulutnya menyonyo," katanya lagi yang kemudian disambut tawa para sopir jip.
Terakhir yang diharapkan Purwoto adalah bagaimana caranya bisa muncul kenangan bagi wisatawan. Karena kalau wisatawan senang, pasti akan minta nomer telepon dan kalau kembali pasti akan dihubungi lagi. "Kan anda sendiri yang menikmati berkah itu," tutur Purwoto.
"Kita harus melayani wisatawan dengan baik dan benar, hingga wisatawan itu merasa aman, nyaman, happy, gembira, terlayani, puas, dan bisa mengenang dengan baik. Begitu juga panjenengan sebagai pembawa wisatawan juga merasakan hal yang sama. Itu harus kita lakukan, embuh yok opo carane yang namanya sapta pesona itu terwujud, dan tertib," katanya.
"Pengertian tertib itu bermacam-macam. Ketika semua hal yang ideal itu ada pada diri kita, baik kita sebagai sopirnya maupun kendaraan yang kita bawa, maka tertib yang benar-benar tertib itu akan terwujud," ujarnya.
Kecelakaan Paling Tinggi
Meskipun jumlah kunjungan wisatawan ke Bromo melalui pintu Kabupaten Malang tinggi, angka kecelakaannya juga paling tinggi dibanding pintu daerah lain.
Paguyuban BTS Trans 4X4 ini juga disarankan membuat SOP (Standar Operasi Prosedur) untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan.
Paguyuban sopir jip BTS Trans 4X4 memiliki 700 anggota. Sekitar 100 an diantaranya, siang hingga sore tadi mengikuti sosialisasi yang diprakarsai Disparta Kabupaten Malang itu.
Memang angka kecelakaan yang tinggi itu bukan semuanya menimpa anggota jip BTS Trans 4X4, namun yang ikut andil besar juga kecelakaan sepeda motor.
Motor yang sering terjungkal di kawasan Taman Nasional BTS (Bromo Tengger Semeru) dari arah Malang itu kebanyakan matic. Sehingga kini jalur menuju banyak rambu yang mengingatkan pembawa motor matic harus hati-hati karena tanjakan dan turunannya yang ekstrim.
"Sebagai sesama pengguna jalan disitu, kami juga tidak mau hal itu semakin banyak menimpa diantara kami karena jumlah kami juga banyak ada 700 anggota," kata Ketua Paguyuban BTS Trans 4X4 yang juga sesepuhnya, Juli.A.
Paguyuban BTS Trans 4X4 sendiri disampaikan Juli sudah tertib. "Sejauh ini paguyubannya sudah tertib, pak," kata Juli.
Namun anggota Satlantas Polres Malang, Aiptu Jeni W, yang tampil sebagai bara sumber mengatakan, bahwa masih banyak tertib-tertib lain yang harus dilakukan dan dibenahi bagi para sopir jip itu.
"Dibanding Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang, jalur kita tercatat paling banyak terjadi kecelakaan," tegas Jeni.
Ada empat faktor yang menyebabkannya, yakni faktor manusia (human error). "Jumlahnya 80% karena human error," tandas Jeni.
Senada dengan Purwoto, Jenipun meminta para sopir jip BTS Trans 4X4 harus mengedepankan perilaku yang sabar, senyum. Meskipun mungkin ada masalah ia sarankan harus tetap tampil senang. "Karena yang anda bawa itu wisatawan," kata Jeni lagi.
Ia lantas mencontohkan dalam kecelakaan beberapa waktu lalu, sampai sekarang kendaraannya masih belum bisa diambil, karena yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan surat-surat kendaraan itu. Begitu SIM dan sebagainya.
"Ini penting agar apa yang kita lakukan dan kerjakan sebagai seorang sopir wisatawan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan pula mempekerjakan sopir-sopir yang masih belum memiliki jam terbang tinggi di kawasan itu," tambah Jeni.
"Memang kunjungan wisata Bromo dari pintu masuk Jemplang desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang ini sangat besar, namun jangan sampai dalam melayani wisatawan sopir-sopir paguyuban jip BTS Trans 4X4 juga opo onone. Sekali lagi harus tertib dan bisa dipertanggungjawabkan," tambahnya lagi. (*)