TRIBUNNEWS.COM - Naskah khutbah Jumat 13 Juni 2025 di bulan Dzulhijjah 1446 H.
Khutbah Jumat 13 Juni 2025 dalam artikel ini membahas tentang Haji mabrur membangun masyarakat makmur.
Isi khutbah Jumat 13 Juni 2025 bertepatan dengan musim kepulangan jemaah haji 2025 ke tanah air.
Dalam naskah khutbah Jumat hari ini, 13 Juni 2025 mengajak jemaah merenungkan inspirasi dari seseorang yang telah melaksanakan ibadah Haji 2025.
Melalui khutbah Jumat 13 Juni 2025 ini, khotib dapat menerangkan bagaimana ibadah Haji bisa memberi manfaat sosial, bukan hanya individual.
Teks Khutbah Jumat 13 Juni 2025 dalam artikel ini cocok dibawakan pada Sholat Jumat hari ini, Jumat (13/6/2025).
Selengkapnya simak contoh khutbah Jumat 13 Juni 2025 berikut ini, melansir dari laman resmi Pondok Pesantren Lirboyo.
Marilah kita panjatkan puji kepada Allah yang telah mewajibkan ibadah haji kepada mereka yang mampu, dan menjanjikan surga bagi mereka yang memperoleh haji yang mabrur. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya yang terakhir, pembawa risalah dan cahaya kebenaran. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jadikanlah momentum Dzulhijjah ini sebagai jalan meningkatkan keimanan dan penghambaan kita.
Tema khutbah kita hari ini adalah: “Haji Mabrur, Masyarakat Makmur”
Ibadah haji adalah rukun Islam kelima.. Rasulullah ﷺ bersabda:
Dalam haji ada sesuatu yang harus kita sangat dambakan. Yakni pulang haji dalam keadaan mabrur. Kendati balasan darinya sangatlah besar. Dalam satu hadis, Rasulullah bersabda:
“Haji yang mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari & Muslim)
Haji mabrur bukan sekadar ritual yang sah secara hukum. Ia adalah ibadah yang mampu mengubah pribadi seseorang—dari keras menjadi lembut, dari kikir menjadi dermawan, dari lalai menjadi sadar, dari mementingkan diri menjadi peduli sesama.
Dalam QS. Al-Baqarah: 197, Allah berfirman:
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (kata-kata kotor), fusuq (maksiat), dan jidal (berbantah-bantahan) dalam masa mengerjakan haji”
Ini bukan hanya aturan saat berhaji. Ini adalah pendidikan karakter yang harus terus dibawa ke kehidupan sehari-hari. Maka siapa yang pulang dari haji, hendaknya membawa pulang ruh kesucian dan semangat perbaikan diri.
Mudah-mudahan saudara-saudara kita di sekitar khususnya umumnya masyarakat muslim se-dunia ritual ibadah hajinya betul-betul Allah beri pahala yang berlipat ganda dan Allah jadikan haji yang mabrur. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Mari kita bersama-sama merenungkan inspirasi dari Tanah Suci. Di Mekkah dan Madinah, kita menyaksikan bagaimana umat Islam dari berbagai bangsa dan warna kulit berkumpul dalam satu barisan shalat, satu pakaian ihram, dan satu tujuan: mengabdi dan bersimpuh kepada Allah.
Dari sanalah kita belajar arti persatuan, disiplin, dan kesucian hati. Kita sama-sama doakan supaya selepas haji, seseorang yang telah melaksanakan haji menjadi pribadi yang jujur, bersih, disiplin waktu, dan peduli pada tetangganya. Itulah haji yang memberi manfaat sosial, bukan hanya individual.
Inilah ruh haji yang membangun masyarakat yang makmur: makmur lahir dengan keadilan, makmur batin dengan ketakwaan.
Kita selaku masyarakat yang memang belum Allah takdirkan beribadah haji seperti saudara kita, patutlah untuk meminta doa maghfirah kepada yang pulang dari haji. Dan sangat patut pula bagi kita untuk mencontoh dan meneladani beberapa sifat yang Allah ajarkan kepada orang yang melaksanakan haji berupa tidak berkata kotor, saling bermusuhan dan menghindari sifat jelek lainnya. Juga kita tanamkan rasa sosial kita antar sesama untuk saling menebar kasih sayang dan cinta. Supaya kita bisa membangun masyarakat yang makmur dengan sentuhan cinta kasih yang kita berikan.
(Muhammad Alvian Fakka)