TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Tengah yang juga Ketua DPP PDIP, Ganjar Pranowo, mengaku berdebat dengan rekan separtainya sekaligus eks Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, soal foto karya putra Proklamator Kemerdekaan sekaligus Presiden Pertama RI Ir Soekarno, Guntur Soekarnoputra alias Mas To.
Foto tersebut bagian sejumlah foto karya Guntur yang dipamerkan dalam pameran bertajuk "Gelegar Foto Nusantara 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan", di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sejak 7 sampai 13 Juni 2025.
Ganjar yang kembali mengunjungi pameran foto karya Guntur di Galeri Nasional Indonesia pada Jumat (13/6/2025), menceritakan penyebab kejadian perdebatan tersebut.
Saat pembukaan pameran pada 7 Juni 2025 itu, ia menjadi salah satu pengunjung yang pulang paling terakhir.
"Saya putar sama istri dan beberapa teman, karena pada awalnya semua orang datang dari rumah. Kami mengambil sisi untuk menikmati foto. Pertama dengan Ahok. Kami berdebat, saling sok tahu padahal enggak ngerti," kata Ganjar di lokasi.
Ganjar tak menjelaskan foto apa yang diperdebatkan dirinya dengan Ahok. Namun, dia menyebut salah satu foto yang menyita perhatiannya yakni foto Bung Karno dan Bung Hatta duduk berjauhan dan tanpa senyum.
"Ini foto apa maksudnya? Kita cari, di belakang atau di bawahnya itu tidak ada cerita di balik foto itu. Yang ada adalah judul yang diberikan di samping," kata dia.
Ganjar menyebut Guntur merupakan fotografer yang demokratis. Guntur membiarkan penikmat karyanya berimajinasi sendiri untuk mengartikan pesan dari foto-foto karyanya.
"Aku berdebat kan sama Ahok. Itu foto Bung Karno sama Bung Hatta, kok enggak ada yang senyum ya? Duduknya kok agak jauhan, apakah sedang marah? Karena tidak ada cerita. Interpretasinya macam-macam dan diskusinya semakin menarik," kata Ganjar.
Setelah itu, ia mencari tahu perihal cerita di balik foto tersebut.
Hasilnya, didapati bahwa foto tersebut ternyata adalah momen saat Bung Karno dan Bung Hatta menghadiri pernikahan Rachmawati Soekarnoputri.
Saat itu, Bung Karno sudah tidak menjabat dan hanya diizinkan keluar dari Wisma Yaso untuk menikahkan anaknya. Bung Hatta juga hadir dalam momen tersebut.
"Itu foto ketika Bung Karno tidak lagi menjabat. Itu foto ketika Bung Karno diizinkan meninggalkan Wisma Yaso untuk menikahkan anaknya, dan Bung Hatta datang. Dwitunggal, yang bersama memproklamasikan republik, yang berdebat, yang bisa setuju, yang bisa tidak setuju, tetapi dalam konteks hubungan kekerabatan selalu bisa hadir bersama," kata Ganjar.
Ganjar menilai karya Guntur menggambarkan lebih dari sekadar momen sejarah.
"Maka, semua yang melihat itu rasanya menjadi diajak untuk berpikir, apa di balik foto-foto itu. Ini menunjukkan sang fotografer peduli pada banyak hal. Dia cerita politik dan kemanusiaan," ujarnya.
Pameran foto karya Mohammad Guntur Soekarnoputra berlangsung dari 7 hingga 13 Juni 2025 di Galeri Nasional Indonesia.
Guntur alias Mas To, putra sulung Bung Karno, menyebut pameran ratusan foto bernilai sejarah ini digelar dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno.
“Karena 1 Juni adalah lahirnya Pancasila, 6 Juni hari lahir Bung Karno, 21 Juni hari wafatnya Bung Karno,” kata Guntur pada pembukaan, Sabtu (7/6/2025).
Pameran ini juga menjadi bentuk penggalangan dana bagi insan fotografi dan profesi lain yang terdampak secara fisik dan ekonomi. “Kita bantu tanpa prosedur birokrasi yang njelimet,” ujar Guntur.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut pameran ini bukti perjalanan panjang Guntur di dunia fotografi sejak tahun 1956. Ia mengaku akan mengoleksi salah satu karya, meski belum menyebutkan yang mana.
“Pameran ini memperlihatkan perjalanan memotret sejarah, figur ternama, hingga masyarakat biasa,” kata Fadli.
Tercatat, sebanyak 550 foto karya Guntur dipamerkan, merekam momen selama 69 tahun hidupnya.
Pameran ini tidak hanya jadi pengingat sejarah, tetapi juga ruang refleksi tentang makna kemanusiaan dalam bingkai fotografi.