Harga Minyak Mentah Terbang 7 Persen Imbas Eskalasi Konflik Israel-Iran
kumparanBISNIS June 15, 2025 03:40 PM
Harga minyak mentah melonjak pada perdagangan Jumat (13/6), 7 persen lebih tinggi karena Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara, memicu kekhawatiran investor bahwa perang ini dapat mengganggu ekspor minyak dari Timur Tengah.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada USD 74,23 per barel, naik 7,02 persen, setelah sebelumnya melonjak lebih dari 13 persen ke level tertinggi intraday di USD 78,50, level tertinggi sejak 27 Januari.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 72,98 per barel, naik 7,62 persen. Selama sesi tersebut, WTI melonjak lebih dari 14 persen ke level tertinggi sejak 21 Januari di USD 77,62.
Kedua acuan harga mengalami pergerakan intraday terbesar sejak 2022 ketika perang Rusia ke Ukraina memanas dan menyebabkan lonjakan harga energi.
Israel mengatakan telah menargetkan fasilitas nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan komandan militer pada Jumat, sebagai awal dari operasi jangka panjang untuk mencegah pemerintah Iran membangun senjata atom. Iran telah berjanji akan memberikan tanggapan yang keras.
Tak lama setelah perdagangan berakhir pada Jumat, rudal Iran menghantam gedung-gedung di Tel Aviv, Israel, menurut beberapa laporan media. Ledakan juga terdengar di Israel selatan.
Perbesar
Rudal serangan Iran yang diluncurkan ke Yerusalem di Israel, Sabtu (14/6/2025). Foto: Ammar Awad/Reuters
Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran mengatakan fasilitas penyulingan dan penyimpanan minyak tidak rusak dan terus beroperasi.
Iran, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bpd), dan mengekspor lebih dari 2 juta bpd minyak dan bahan bakar. Anggota OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, akan memproduksi lebih banyak minyak guna mengimbangi gangguan setara dengan produksi Iran, menurut analis dan pengamat OPEC.
Perkembangan terakhir juga memicu kekhawatiran tentang gangguan pada Selat Hormuz, jalur pelayaran penting. Sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati selat ini, atau sekitar 18 hingga 19 juta barel per hari (bpd) minyak, kondensat, dan bahan bakar.
“Tindakan Israel sejauh ini menghindari infrastruktur energi Iran, termasuk Pulau Kharg, terminal yang bertanggung jawab atas sekitar 90 persen ekspor minyak mentah Iran,” kata kepala penelitian komoditas qSociete Generale, Ben Hoff.
Iran dapat membayar harga mahal atas pemblokiran Selat Hormuz, kata para analis pada Jumat. Ekonomi Iran sangat bergantung pada jalur bebas barang dan kapal melalui jalur laut tersebut, karena ekspor minyaknya sepenuhnya berbasis laut.
"Terakhir, menutup Selat Hormuz akan menjadi kontraproduktif bagi hubungan Iran dengan satu-satunya pelanggan minyaknya, China," kata analis JP Morgan.
Pengelola dana meningkatkan posisi net long minyak mentah AS dan opsi mereka dalam minggu hingga 10 Juni, kata Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).
Kelompok spekulator meningkatkan posisi gabungan berjangka dan opsi di New York dan London sebanyak 15.157 kontrak menjadi 121.911 selama periode tersebut.
Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak dan gas alam AS turun untuk minggu ketujuh berturut-turut dengan jumlah total turun 35 rig atau 6 persen di bawah waktu yang sama tahun lalu.
Jumlah rig minyak turun tiga menjadi 439 minggu ini, terendah sejak Oktober 2021, sementara rig gas turun satu menjadi 113. Di pasar lain, saham anjlok dan terjadi pelarian ke aset-aset aman seperti emas, dolar AS, dan franc Swiss.