Pertamina Mau Genjot Produksi LPG hingga 2,6 Juta MT untuk Tekan Impor
kumparanBISNIS June 15, 2025 05:00 PM
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menjelaskan langkah Pertamina untuk mengurangi impor LPG. Salah satunya adalah dengan meningkatkan produksi LPG dalam negeri.
Saat ini, Simon mengungkap produksi nasional LPG adalah 1,6 juta metric ton (MT). Peningkatan produksi akan dilakukan dengan menambah 1 juta MT LPG lagi.
“1 juta metric ton lagi, sehingga kurang lebih kalau kita maksimalkan bisa dapat sekitar 2,6 juta MT sehingga dapat mengurangi porsi impor LPG kita,” kata Simon dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja PT Pertamina (Persero) di Grha Pertamina, Jakarta Pusat pada Jumat (13/6).
Selain itu, Simon juga mendorong penggunaan Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi dari LPG. Untuk kebutuhan, saat ini kebutuhan LPG secara nasional mencapai 8 juta MT.
Selain itu, optimalisasi jaringan gas (jargas), menurut Simon, juga bisa menjadi langkah untuk mengurangi impor LPG. Meski begitu, masih terdapat hambatan yakni keberadaan wilayah yang sulit terjangkau.
“Terutama memang kalau menjangkau wilayah-wilayah lain yang berupa wilayah-wilayah kepulauan, dengan demikian kita perlu memikirkan alternatif atau solusi lainnya.
"Selain itu, tadi sudah disampaikan juga untuk jaringan gas,” kata Simon.
Sementara itu untuk wilayah Jawa dan Sumatera, Simon yakin penambahan jargas dapat menghadirkan energi alternatif bagi kebutuhan rumah tangga. Ke depan, Pertamina menargetkan 200 ribu jargas terbangun. Sementara implementasi pada tahun ini masih di bawah itu, yakni di angka 60 ribu jargas.
“Dengan demikian ini adalah pekerjaan rumah juga bagi kami. Tentunya dengan dukungan dari pemerintah kami akan terus meningkatkan agar supaya infrastruktur gas ini bisa semakin maksimal dan bisa menjadi alternatif sumber energi yang lebih murah bagi masyarakat,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengeklaim Indonesia bakal surplus gas pada tahun 2026. Bahlil mengatakan, Indonesia memiliki banyak produksi gas alam. Namun, pasokannya belum seimbang di setiap daerah karena infrastruktur gas yang belum tersambung.
Contohnya, antara Jawa Timur dan Jawa Barat. Pipa gas yang seharusnya menyambungkan kedua daerah hingga kini belum rampung dibangun, yaitu Pipa Transmisi Gas Cirebon Semarang (Cisem) yang konstruksinya baru memasuki tahap kedua.
Bahlil menyebut Indonesia harus mengimpor sekitar 6-7 juta ton. Ini karena produksi LPG di dalam negeri hanya sekitar 1 juta ton, namun konsumsinya bisa mencapai 8 juta ton, dengan total subsidi yang digelontorkan Rp 83 triliun per tahun.