Pengamat: Sistem Keselamatan ADAS Juga Butuh Perawatan Khusus
kumparanOTO June 15, 2025 05:20 PM
Fitur Advanced Driver Assistance System (ADAS) kian berkembang dalam industri otomotif. Namun, efektivitas fitur keselamatan ini masih dipertanyakan, terutama saat digunakan di kondisi jalanan Indonesia yang tidak sepenuhnya terstandardisasi.
Pengamat Otomotif sekaligus Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menilai bahwa kemampuan fitur ADAS bekerja secara maksimal sangat bergantung pada sejumlah faktor eksternal, mulai dari kualitas sensor hingga kondisi lingkungan dan infrastruktur jalan.
"Fitur ADAS bisa beroperasi secara sempurna hanya ketika kondisi lingkungan mendukung, seperti cuaca cerah, tidak hujan lebat, serta kondisi pencahayaan yang cukup. Sensor-sensor seperti radar jarak jauh, LIDAR ultrasonik, semuanya memiliki batas kerja tertentu yang ditentukan oleh spesifikasi kendaraan untuk mendeteksi lingkungan sekitar," ujar Yannes kepada kumparan, Senin (9/6/2025).
Perbesar
Dosen, Peneliti, dan Pengamat Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ia menambahkan bahwa infrastruktur jalan juga memegang peranan penting. Marka jalan yang jelas, rambu yang terlihat, dan permukaan jalan yang rata menjadi syarat mutlak agar sistem ADAS bisa membaca situasi dengan akurat.
"ADAS berfungsi ideal bila infrastruktur jalan memiliki marka jelas, rambu terlihat, hingga permukaan rata. Fitur keselamatan ini dapat bekerja dengan lebih baik di lingkungan dengan pengemudi yang mematuhi aturan lalu lintas. Perilaku tidak terduga, misalnya, pengereman mendadak atau perubahan jalur tanpa sinyal dapat mengurangi efektivitas sistem," lanjutnya.
Lebih jauh, Yannes mengungkap bahwa masih banyak pengguna maupun Agen Pemegang Merek (APM) yang belum memahami bahwa ADAS memerlukan perawatan khusus agar tetap berfungsi optimal.
"Fitur ADAS ini, juga menuntut adanya pemeliharaan dan kalibrasi sistem secara berkala. Misalnya sensor dan kamera harus dipastikan selalu bersih dari kotoran, debu, atau air. Software-nya juga harus diperbarui secara berkala untuk memperbaiki bug atau meningkatkan akurasi deteksi," katanya.
Perbesar
Ilustrasi ADAS. Foto: CC7/Shutterstock
Menurut Yannes, penggunaan ADAS di jalanan Indonesia yang cenderung kompleks dan tidak terstandar, seperti di kawasan urban dengan lalu lintas yang semrawut, masih memerlukan pengawasan aktif dari pengemudi.
“Jadi, untuk lingkungan jalan yang lebih kompleks dan tidak terstandardisasi mengikuti ISO, seperti jalan perkotaan di banyak tempat di Indonesia yang banyak sudut kota dengan lalu lintas chaotic, orang berseliweran tidak terpola,” ungkapnya
“Atau saat terjadi kondisi cuaca buruk seperti hujan lebat, kabut padat, banjir, hingga gelap gulita, kinerja ADAS masih terbatas,” tukasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa tidak semua ADAS diciptakan setara. Spesifikasi sistem bisa berbeda tergantung pada produsen dan kelas harga kendaraan. Oleh karena itu, edukasi tentang batasan dan cara kerja ADAS seharusnya menjadi bagian dari product knowledge yang diberikan APM kepada konsumen.