Mati Massal Ikan di Malimali Banjar Jadi Perhatian, Akibat Kekurangan Oksigen karena Air Surut
Budi Arif Rahman Hakim June 15, 2025 10:31 PM


BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Dinas Perikanan Kabupaten Banjar menindaklanjuti terulangnya peristiwa mati massal ikan di Keramba Jala Apung (KJA) milik pembudidaya apung atau petani ikan di Desa Malimali Kabupaten Banjar 

Menurut Dinas Perikanan, dari hasil pengecekan timnya, penyebab ikan mati di Desa Malimali karena kekurangan oksigen di dalam air yang disebabkan surutnya aliran air sungai di musim kemarau. 

Dari laporan yang diterima pada Jumat (13/6/2025), ada sekitar 1,5 ton ikan yang mati. Namun, kini hingga Minggu (15/6/2025), ikan sudah diangkat dan dikubur serta debit air sudah ada kenaikan meski satu hingga dua meter.
 
Kabid Perikanan Budi Daya dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Bandi Chairullah membeberkan, hasil sampel air imbas ribuan ikan yang mati massal. 

“Berdasarkan hasil pengambilan sampel di beberapa titik, oksigen terlarut di perairan budi daya tersebut  kurang dari 3 miligram per liter, bahkan ada yang hanya di angka 0,9 mg/L dan 1,7 mg/L. Itu artinya menandakan kritis,” ujar Bandi sapaannya. 

Sementara, lanjut Bandi, ikan-ikan air tawar di KJA tersebut memerlukan kondisi oksigen yang cukup agar bisa hidup. 

"Kondisi saat itu, di lapangan terjadi karena penurunan debit air kurang lebih dua meter. Sehingga arus sungai kurang dari 20 meter per second. Sehingga berdampak ke oksigen terlarut," urai Bandi. 

Adapun untuk PH atau tingkat keasaman air di sungai tersebut masih normal. 

Dari pantauan BPost, Minggu (15/6/2025) ribuan ikan yang mati di Sungai Desa Malimali sudah dikubur dan dibersihkan oleh warga. 

Adapun debit air sudah ada peningkatan debit meski sekitar satu meter. 

Adapun salah satu pembudidaya ikan air tawar KJA di RT 01 Desa Malimali, Zainal Yusran, membenarkan jika beberapa hari yang lalu terjadi ikan mati massal di sungai. 

"Namun sudah diatasi. Kebetulan ikan di jala apung punya saya tidak terlalu terdampak, meski juga ada yang mati, namun tak banyak," kata Zainal Yusran. 

Sehingga ikan di kerambanya tidak banyak yang mati dikarenakan tidak banyak ikan yang di KJA. 

"Saya punya dua keramba masing-masing ikan nila, satu keramba kami isi sekitar 5.000 ikan saja tidak lebih dan di kemarau ini kami semgaja tidak menebar anakan. Ikuti arahan dinas saja, dan alhamdulillah tidak banyak yang ikan mati," jelas Zainal Yusran. 

Sebelumnya, pada Kamis (12/6/2025), Kepala Desa (Kades) Malimali, Akhmad Baswan, mengatakan, tidak sedikit warga yang memiliki keramba mengalami kerugian besar karena sebagain besar ikan budi daya mati.

Baswan mengungkapkan, tiap satu keramba bisa berisi mencapai 10 ribu sampai 20 ribu bibit ikan air tawar. 

“Yang banyak di Malimali ikan nila. Ada juga yang bawal tapi tak sebanyak di Sungaiarpat,” ujarnya.

Lanjut Baswan, akibat dari matinya ikan-ikan budi daya tersebut menyebabkan warga yang memiliki keramba mengalami kerugian mencapai puluhan juta.

“Setiap jala (keramba) mungkin sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta an. Karena satu ton sekitar Rp 30 juta kalau panen,” katanya. 

Baswan mengatakan, kejadian matinya ikan keramba warga tersebut bukan kali pertama terjadi. Tetapi hampir setiap tahun ketik memasuki musim kemarau.

Kades Malimali mengatakan, pihaknya menduga matinya ikan di keramba milik warga tersebut selain pengaruh perubahan cuaca, juga disebabkan kondisi air sungai dan ikan kekurangan oksigen.

Dia menduga  pengaruhnya karena memang sungainya dangkal dan airnya gak jalan. “Sehingga air sungai surut dan warna kecoklatan, jadi kekurangan oksigen,” sebutnya. (lis) 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.