TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Ratusan rudal dan drone yang membawa bahan peledak diluncurkan Iran ke Israel di malam hari pada Jumat (13/6/2025) lalu.
Menurut Jerussalem Post, rudal dan drone itu diluncurkan dari Iran dan sebagian dari Irak yang berjarak hingga 1.700 kilometer.
Media Iran Mehrnews, mengutip "sumber terpercaya," mengatakan rudal Emad, Ghadr, dan Kheibar Shekan diluncurkan dalam serangan yang menargetkan kota Haifa dan Tel Aviv di Israel.
Langit-langit Israel seperti menyala di malam hari dari kilatan cahaya rudal.
Bahkan di Jordania, sejumlah video memperlihatkan warga di negara itu menonton rudal-rudal Iran di langit melintasi wilayah mereka.
Seperti diketahui, Jordania dan Irak dua negara yang letaknya di tengah antara Iran dan Israel jika ditarik garis lurus.
Namun Israel tidak tinggal diam.
Sejurus kemudian sistem pertahanan udara Israel mencegat rudal-rudal Iran itu di udara.
Dari ratusan rudal itu, beberapa diantaranya menembus wilayah Israel menyebabkan ledakan besar.
Korban sementara di pihak Israel hingga Senin (16//2025) mencapai 16 orang tewas dan ratusan diantaranya luka.
Meski media Iran Tasnim mengklaim jumlah tewas di pihak Israel mencapai 200-an orang.
Diduga masih banyak korban tewas di dalam reruntuhan gedung yang hancur oleh rudal Iran.
Mengapa Iran Luncurkan Rudal di Malam Hari?
Serangan rudal berulang yang diluncurkan dari Iran pada tengah malam atau dini hari bukanlah suatu kebetulan
Jerussalem Post menilai hal itu mencerminkan doktrin militer dan teknologi yang disengaja yang dirancang untuk mengaburkan, mengejutkan, dan menimbulkan rasa takut.
Meskipun malam hari menawarkan penyembunyian yang jelas, pilihan untuk menyerang di balik kegelapan berakar pada lebih dari sekadar visibilitas.
Ini adalah kombinasi dari kendala teknis, kebutuhan operasional, dan perang psikologis.
Rudal, tidak seperti pesawat terbang, tidak dapat mengandalkan oksigen atmosfer untuk penggerak.
Sebaliknya, rudal harus membawa bahan bakar dan oksidator—komponen yang diperlukan untuk pembakaran—di dalam sistemnya.
Hal ini karena rudal balistik mencapai ketinggian di mana oksigen sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
Persyaratan mendasar ini membagi rudal menjadi dua kategori yakni rudal yang menggunakan bahan bakar cair dan rudal yang menggunakan bahan bakar padat, yang masing-masing memiliki implikasi strategisnya.
Bahan bakar cair: kuat namun rentan
Rudal jarak jauh Iran, termasuk seri Shahab, biasanya menggunakan bahan bakar cair.
Rudal ini memerlukan proses pengisian bahan bakar yang rumit sebelum diluncurkan, yang melibatkan dua tangki terpisah—satu untuk bahan bakar dan satu untuk oksidator.
Operasi ini sensitif terhadap waktu, berbahaya, dan memerlukan infrastruktur peluncuran stasioner dan kru darat.
Hal ini menjadikan tahap pengisian bahan bakar sebagai jendela rudal yang paling rentan, terutama di bawah pengawasan satelit dan pesawat pengintai musuh.
Untuk mengurangi risiko deteksi dan serangan, Iran sering melakukan operasi pengisian bahan bakar pada malam hari, ketika jarak pandang rendah dan peluang deteksi udara turun secara signifikan.
Bahan bakar padat: seluler dan siap pakai
Sebaliknya, rudal jarak pendek dan menengah seperti Fateh-110 dan Zolfaghar biasanya menggunakan bahan bakar padat.
Sistem ini sudah diisi dengan campuran bahan bakar dan oksidator dalam bentuk padat, yang disimpan di dalam badan rudal.
Rudal ini siap diluncurkan, tidak memerlukan pengisian bahan bakar di lokasi, dan dapat ditembakkan dari platform bergerak, sehingga ideal untuk serangan mendadak dan peperangan terdesentralisasi.
Namun, setelah dinyalakan, rudal berbahan bakar padat tidak dapat dimatikan atau dibatasi. Peluncurannya tidak dapat diubah—sebuah pengorbanan operasional untuk mobilitas dan kecepatan.
Mengapa rudal harus membawa oksigennya sendiri
Pertanyaan tentang mengapa rudal memerlukan oksidator di dalamnya sering muncul.
Tidak seperti mesin jet, yang mengambil oksigen dari atmosfer, mesin rudal harus beroperasi di lingkungan yang oksigennya tidak mencukupi atau sama sekali tidak ada.
Rudal balistik dapat terbang puluhan—bahkan ratusan—kilometer ke angkasa, jauh melampaui ketinggian yang dapat dihirup.
Untuk memastikan daya dorong yang berkelanjutan, rudal harus membawa semua yang dibutuhkan untuk pembakaran sejak awal.
Dibentuk oleh teknologi dan taktik
Penggunaan berulang peluncuran rudal pada malam hari oleh Iran bukanlah keputusan acak.
Hal ini memperhitungkan realitas teknis, peluang strategis, dan dinamika psikologis perang.
Dengan memanfaatkan rudal berbahan bakar padat dan cair, platform peluncuran bergerak, dan penyembunyian alami malam hari, Iran telah membangun sistem yang mengutamakan kemampuan bertahan hidup, kejutan, dan dampak psikologis.
Dalam pertempuran yang sedang berlangsung untuk pencegahan dan pertahanan, waktu peluncuran sama pentingnya dengan rudal itu sendiri.