Google Bikin Model AI Baru Buat Ramal Datangnya Badai Siklon Tropis
kumparanTECH June 16, 2025 11:41 AM
Google dilaporkan tengah mengembangkan model AI baru untuk meramalkan potensi terjadinya badai siklon tropis. Raksasa teknologi ini menggandeng Pusat Badai Nasional AS (NHC) untuk menguji model AI tersebut.
Model AI besutan Google DeepMind dan Google Research ini disajikan dalam situs web bernama Weather Lab. Model berbasis AI atau kecerdasan buatan baru ini memperkirakan badai saat mencapai kekuatan tertentu.
Model AI bisa menghasilkan 50 skenario yang mencakup potensi lintasan badai, ukuran dan intensitas badai hingga 15 hari sebelum terjadi. NHC bekerja sama dengan Google untuk mengevaluasi efektivitas model tersebut.
Model AI ini bertujuan untuk memperkuat prakiraan badai yang dikeluarkan NHC agar masyarakat dapat memperoleh peringatan yang lebih akurat. Prediksi ini berguna agar warga yang areanya punya potensi kena lintasan badai punya waktu untuk mengevakuasi diri.
"Kami berharap data ini dapat membantu meningkatkan prakiraan NHC dan memberikan peringatan dini dan lebih akurat untuk bahaya yang terkait dengan siklon tropis," tulis Google dalam laporannya.
Situs web interaktif Weather Lab memungkinkan orang melihat bagaimana model AI dibandingkan dengan model berbasis fisika ECMWF. Namun, Google menekankan bahwa situs web-nya saat ini baru bersifat alat penelitian alias masih dalam proses pengembangan sebelum bisa diandalkan publik.
Model deteksi siklon tropis Google ini dilatih berdasarkan data dari arsip ERA5 Eropa, yang mencakup ratusan juta pengamatan yang dikumpulkan oleh badan cuaca di seluruh dunia yang dikombinasikan dengan prediksi dari model cuaca tradisional.
Perusahaan tersebut juga menggunakan ERA5 untuk melatih model prediksi cuaca AI sebelumnya, GenCast. Model tersebut mengungguli salah satu model berbasis fisika terkemuka ECMWF sebanyak 97,2 persen, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada bulan Desember 2024.
Perusahaan itu mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan Cooperative Institute for Research in the Atmosphere di Colorado State University dan peneliti lain di Inggris dan Jepang untuk meningkatkan model cuaca AI-nya, menurut laporan The Verge.
Model AI ini diposisikan sebagai instrumen pembantu teknik pengamatan cuaca yang sudah ada yakni pengamatan secara langsung dan sifatnya bukan untuk menggantikan cara lama.
Penyesuaian terhadap perubahan iklim juga akan bergantung pada kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data baru tentang peristiwa cuaca yang semakin ekstrem dan tidak menentu.