Kursi Prioritas Penuh, Bagaimana Cara Minta Duduk Tanpa Canggung di KRL?
Aditya Aji Nugraha June 16, 2025 05:20 PM
Pagi itu di Stasiun Universitas Indonesia, seperti biasa, penumpang KRL Jabodetabek memenuhi gerbong kereta jurusan Jakarta Kota. Semua kursi terisi. Berdiri pun susah. Seorang ibu hamil kepayahan masuk ke dalam gerbong. Jangankan melihat barisan kursi prioritas, mencari lokasi kosong untuk berdiri pun sulit. Tali pegangan sering kali di luar jangkauan. Terbayang, bukan, tingginya risiko bepergian dengan KRL bagi ibu dan bayinya?
Setiap harinya, lebih dari satu juta orang memadati KRL Jabodetabek. PT KAI Commuter mencatat rata-rata volume harian menembus 1 juta penumpang selama bulan April dan Mei 2025. Di tengah padatnya arus manusia itu, kursi prioritas—yang disediakan untuk lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, dan orang dengan kondisi medis—tak selalu kosong ketika dibutuhkan.
Jumlah kursi prioritas di tiap gerbong memang terbatas. Ketika penumpang prioritas naik di stasiun-stasiun berikutnya, sering kali mereka mendapati kursi sudah penuh. Tak jarang pula, saat kursi prioritas habis, mereka terpaksa melirik kursi biasa, berharap ada yang rela memberikan tempat duduknya.
Namun, di sinilah tantangan muncul. Bagi sebagian penumpang prioritas, meminta kursi kepada orang yang sudah duduk di kursi umum menimbulkan perasaan sungkan. Apalagi jika penumpang tersebut tampak lelap atau sibuk dengan gawainya. Budaya ketimuran yang menjunjung sopan santun sering membuat orang segan berbicara langsung, khawatir dianggap kasar atau menyinggung perasaan.
Meski demikian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar tetap sopan dan tidak canggung. Cara pertama, menyampaikan permintaan secara langsung dengan kalimat sederhana dan empatik. Misalnya, “Permisi, Kak, saya sedang hamil, bolehkah saya duduk?” atau “Maaf, Mas, kaki saya sedang sakit, boleh pinjam tempat duduk sebentar?” Biasanya, dengan nada tenang, penumpang akan memahami dan segera memberikan tempat duduknya.
Jika tetap merasa sungkan, meminta bantuan penumpang lain di sekitar bisa menjadi alternatif yang efektif. Ada pula situasi di mana petugas kereta yang berjaga bisa dimintai tolong untuk membantu menyampaikan permintaan.
Fenomena penumpang yang berpura-pura tidur atau terlalu asyik bermain ponsel memang kerap ditemui. Namun, kunci utamanya tetap keberanian menyampaikan kebutuhan dengan sopan. Kalimat sederhana seperti “Maaf, boleh pinjam tempat duduknya sebentar?” sering kali justru memudahkan orang lain memahami kebutuhan kita tanpa merasa disudutkan.
Bagaimana dengan Anda? Jika berada dalam situasi serupa, bagaimana cara paling nyaman yang bisa Anda lakukan untuk meminta kursi? Silakan bagikan pengalaman dan saran di kolom komentar!
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.