SURYA.CO.ID, MOJOKERTO- Emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar dalam kenaikan Indeks Fluktuasi Harga (IFH) di Kabupaten Mojokerto.
Kepala Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Mojokerto, Bambang Eko Wahyudi mengatakan, sejumlah komoditas menjadi penyumbang kenaikan IFH salah satunya adalah emas perhiasan, yang mengalami kenaikan harga rata-rata selama periode Mei 2025.
Pemicu kenaikan IFH juga dipengaruhi oleh kenaikan komoditas di antaranya,
kelapa, tahu mentah, beras, tomat sayur, lipstik, tempe, buncis, tauge atau kecambah dan, kentang.
"Komoditas penyumbang kenaikan Indeks Fluktuasi Harga (IFH) tertinggi di Kabupaten Mojokerto pada Mei 2025 adalah emas perhiasan," kata Bambang, Senin (16/6/2025).
Bambang mengungkapkan, kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi akibat meningkatnya jumlah permintaan dari konsumen.
Kenaikan harga emas perhiasan seperti dikutip dari situs resmi logam mulia Antam, pada Senin (16/6), untuk 1 gram emas batangan kini mencapai Rp 1.968.000.
Menurutnya, pemicu utama yaitu kekhawatiran masyarakat terhadap potensi pelemahan nilai tukar rupiah, sehingga emas dipilih sebagai aset lindung
nilai (Safe Haven) untuk menjaga daya beli.
"Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan naiknya harga emas di pasar global akibat ketegangan geopolitik. Ketidakpastian ekonomi turut memperkuat tren kenaikan harga emas di pasar domestik," bebernya.
Meski demikian, lanjut Bambang,
Indeks fluktuasi harga (IFH) di Kabupaten Mojokerto tercatat
mengalami penurunan mencapai minus 0,41 persen, pada periode Mei 2025.
Data statistik IFH ini merujuk dari pengamatan sebanyak 357 komoditi, yang dibagi menjadi 11 kelompok dan 39 sub kelompok komoditi selama satu bulan penuh di wilayah Kabupaten Mojokerto.
Adapun komoditas utama yang memicu penurunan harga di antaranya cabai rawit, daging ayam ras, cabai merah, bawang putih, bawang merah, telur ayam ras, wortel, jeruk, bensin dan solar.
"Indeks fluktuasi harga di Kabupaten Mojokerto sebesar -0,41 persen, ini menunjukkan penurunan harga komoditas secara umum," jelasnya
Ia menyebut, penurunan IFH Kabupaten Mojokerto dipengaruhi turunnya harga cabai rawit akibat melimpahnya pasokan di pasar.
Terlebih, adanya peningkatan pasokan seiring panen raya di sejumlah daerah sentra produksi cabai di Jawa Timur yang meliputi Kediri, Blitar, Malang, dan Mojokerto (Dawarblandong) .
"Kondisi ini menyebabkan harga cabai rawit turun secara signifikan di tingkat pedagang maupun konsumen, yang memicu penurunan IFH di Kabupaten Mojokerto," pangkas Bambang.
Untuk diketahui, laju Indeks Fluktuasi Harga (IFH) tahun kalender di Kabupaten Mojokerto, dari bulan Januari 2025 hingga bulan Mei 2025 sebesar
1,33 persen.
Kemudian, laju Indeks Fluktuasi Harga (IFH) tahun ke tahun (YoY) periode bulan Mei 2024 sampai bulan Mei 2025 sebesar 1,93 persen.
Pemkab Mojokerto juga telah menyusun strategi dalam menghadapi potensi kenaikan IFH usai Hari Raya Idul Adha 2025.