Potensi AS Bergabung dengan Israel untuk Serang Iran, Para Pejabat Arab Sudah Memprediksi
Pravitri Retno W June 17, 2025 10:32 AM

TRIBUNNEWS.COM - Tiga pejabat Arab telah memprediksi kemungkinan besar Amerika Serikat (AS) akan bergabung langsung dengan Israel untuk menyerang Iran.

Berbicara dengan Middle East Eye, ketiga pejabat Arab itu mengatakan mereka berhubungan dengan Gedung Putih, dan dalam beberapa kasus, menjadi penengah antara AS dan Iran.

Meski tak merujuk informasi intelijen spesifik yang mengatakan AS akan segera memasuki konflik ini, tetapi Presiden AS, Donald Trump, tampaknya semakin dekat untuk "mendukung" Israel.

"Trump semakin dekat untuk melibatkan AS secara langsung. Tidak hanya dalam hal pasokan," kata salah satu pejabat Arab, Senin (16/6/2025).

Sejak Israel memulai pengeboman ke wilayah Iran, Trump berulang kali menyampaikan pesan, meskipun tidak konsisten, terkait peran yang telah dan dapat dimainkan oleh Washington.

Trump sempat membahas konflik Iran dan Israel tersebut dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di mana mereka berbicara tentang mengakhiri perang.

Akan tetapi, Trump saat diwawancarai oleh Atlantic menyatakan penolakan terhadap pendukungnya  yang menganut prinsip "Amerika yang utama" yang telah lama berpendapat Washington seharusnya tidak mendanai perang Israel.

"Bagi mereka yang mengatakan mereka menginginkan perdamaian - Anda tidak dapat memperoleh perdamaian jika Iran memiliki senjata nuklir," kata Trump, yang mengisyaratkan penghentian program nuklir Iran merupakan persyaratan bagi perdamaian.

"Jadi bagi semua orang hebat yang tidak ingin melakukan apa pun terhadap Iran yang memiliki senjata nuklir - itu bukanlah perdamaian," lanjut Trump.

Sementara itu, dalam wawancara dengan ABC News, Trump mengatakan ada kemungkinan AS "bisa terlibat" dalam permusuhan, sebelum menambahkan bahwa Washington tidak terlibat langsung "pada saat ini".

Kemudian dalam pernyataan terbarunya, Trump memberikan desakan kepada Iran untuk mengevakuasi warganya dari Teheran.

Alasannya adalah terkait penolakan Iran terhadap kesepakatan untuk mengekang pengembangan senjata nuklir.

"Iran seharusnya menandatangani 'kesepakatan' yang saya minta mereka tandatangani. Sungguh memalukan dan membuang-buang nyawa manusia."

"Sederhananya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah mengatakannya berulang kali! Semua orang harus segera meninggalkan Teheran!" tulis Trump di platform media sosial Truth Social miliknya.

Media Iran segera melaporkan ledakan dan tembakan pertahanan udara besar-besaran di Teheran pada Selasa pagi.

Dilansir media Asriran, pertahanan udara juga diaktifkan di Natanz, lokasi instalasi nuklir utama yang berjarak 320 km

Di Israel, sirene serangan udara meraung di Tel Aviv setelah tengah malam dan ledakan terdengar saat rudal Iran menargetkan negara itu lagi.

Pejabat Iran melaporkan 224 kematian, sebagian besar warga sipil, dalam lima hari, sementara Israel mengatakan 24 warga sipil tewas.

Dikutip dari Reuters, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan hampir 3.000 warga Israel telah dievakuasi karena kerusakan akibat serangan Iran.

Sumber-sumber Reuters mengatakan Teheran telah meminta Oman, Qatar, dan Arab Saudi untuk mendesak Trump agar menekan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, supaya menyetujui gencatan senjata segera.

Sebagai balasannya, Iran akan menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi nuklir, menurut dua sumber Iran dan tiga sumber regional.

"Jika Presiden Trump sungguh-sungguh dalam diplomasi dan ingin menghentikan perang ini, langkah selanjutnya akan sangat penting," kata Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi.

"Israel harus menghentikan agresinya, dan jika agresi militer terhadap kami tidak dihentikan sepenuhnya, tanggapan kami akan terus berlanjut," tegasnya.

Netanyahu mengatakan kepada wartawan pada Senin, Israel berkomitmen untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh program rudal balistik dan nuklir Iran.

"Jika ini dapat dicapai dengan cara lain—baguslah. Namun kami memberinya kesempatan 60 hari," ungkap Netanyahu.

Harga minyak melonjak lebih dari 2 persen di awal perdagangan Asia pada Selasa, setelah peringatan evakuasi Trump, membalikkan kerugian di hari Senin, di tengah laporan Iran sedang berusaha mengakhiri permusuhan.

Negara-Negara Teluk Bisa Terseret

Seorang analis Emirat di UEA, yang memiliki hubungan dekat dengan proses pengambilan keputusan pemerintahnya, mengatakan para penguasa Teluk "mungkin tidak mendukung intervensi AS dalam hal mengizinkan akses wilayah udara atau penggunaan pangkalan".

Akan tetapi, kata analis tersebut, para penguasa Teluk tidak dapat mencegah AS untuk mengakses wilayah udara mereka.

Sejauh ini, jet tempur Israel diyakini telah menggunakan wilayah udara Suriah dan Irak saat menyerang sejumlah lokasi di Republik Islam tersebut.

Pada Jumat, Kementerian Luar Negeri Irak mengajukan pengaduan kepada Dewan Keamanan PBB atas pesawat tempur Israel yang melanggar wilayah udara negara itu untuk melancarkan serangan.

Iran telah berulang kali mengatakan, jika diserang langsung oleh AS, Iran akan menargetkan pangkalan-pangkalan Amerika di Teluk.

Sejauh ini, Iran menahan diri untuk tidak mengebom aset-aset Amerika di kawasan itu, dan tidak juga menargetkan instalasi energi Teluk mana pun. 

"Jika AS memasuki (konflik) itu berarti Teluk ikut terlibat dalam konflik tersebut," kata Bader Al-Saif, seorang profesor di Universitas Kuwait, kepada MEE.

"Akan sulit untuk memisahkan negara-negara Teluk tidak peduli seberapa keras kita berusaha."

"Sekarang skenario ini tampaknya akan terjadi, taruhan terbaik kita adalah melindungi diri kita sendiri semaksimal mungkin... itu berarti melindungi pangkalan-pangkalan AS secara potensial," tambahnya. 

Pejabat regional mengatakan ada kemungkinan negara-negara Teluk tidak memiliki tujuan yang sama dan mereka kemungkinan akan menanggapi secara berbeda tergantung pada bagaimana mereka memandang ketahanan pemerintah Iran.

UEA, yang menikmati hubungan paling dekat dengan Israel dan lebih tegas terhadap Iran, dapat mendukung intervensi, salah satu pejabat Arab mengatakan kepada MEE.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.