GPS Ungkap Burung Kuntul Terbang 38 Jam Nonstop dari Australia ke Papua Nugini
kumparanSAINS June 18, 2025 09:23 AM
Burung kuntul sukses bikin ilmuwan tercengang dengan kegigihannya terbang selama 38 jam tanpa henti dari Australia ke Papua Nugini. Perjalanan ini tercatat berkat GPS yang dipasang di tubuh hewan tersebut.
Data GPS mengungkap, burung kuntul yang lepas landas dari Australia menghabiskan waktu 38 jam di udara nonstop sebelum akhirnya mendarat di Papua Nugini, perjalanan yang memakan waktu lebih dari 3 jam menggunakan pesawat terbang.
Apa yang dilakukan burung kuntul ini tak memecahkan rekor apa pun. Sebab, jika dibandingkan dengan burung walet, mereka bisa terbang tanpa henti selama 10 bulan, sebuah rekor yang tampak mustahil dilakukan makhluk hidup. Meski begitu, bagi spesies burung air besar, upaya yang dilakukan kuntul tidak bisa dianggap remeh.
Di jurnal Pacific Conservation Biology, para peneliti melacak 18 burung kuntul muda yang terbang meninggalkan sarangnya di Australia. Mereka adalah dua spesies kuntul besar (Ardea alba) dan kuntul berbulu (Ardea plumifera). Kedua burung ini punya warna putih salju, dan burung jantan memiliki bulu hias yang khas disebut aigrettes yang dikeluarkan saat musim kawin untuk menarik perhatian betina.
Burung kuntul berbulu lah yang berhasil melakukan penerbangan mengesankan dari Australia ke Papua Nugini tanpa henti. Data yang diambil dari semua hewan tersebut mengungkap beberapa pola aneh dalam cara mereka menyebar. Data menunjukkan bahwa semua burung kuntul berbulu terbang ke utara, sementara burung kuntul besar mengepakkan sayap ke segala arah, termasuk selatan.
Burung kuntul berbulu juga umumnya terbang lebih cepat dan menempuh jarak lebih jauh dibandingkan burung kuntul besar. Secara keseluruhan, detail yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pergerakan mereka dapat membantu peneliti untuk melindungi spesies yang penting ini dengan lebih baik.
“Informasi ini berguna untuk upaya konservasi spesies dan pengelolaan air dan lahan basah karena membantu kita memahami pendorong respons spesies di lapangan dan metrik terkait (misalnya kelimpahan dan perkembangbiakan) pada skala spasial dan temporal yang relevan,” papar para peneliti dalam studinya.
“Dengan demikian, hal ini membantu dalam evaluasi respons dan penentuan prioritas tahap kehidupan spesies dan lokasi kritis untuk pengelolaan. Identifikasi waktu pergerakan, jarak, dan lokasi persinggahan selama penyebaran berguna untuk pengambilan keputusan terkait lokasi dan waktu alokasi sumber daya pengelolaan.”
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.