Antara Kebiasaan Pikun dan Malaikat Penjaga Motor: Sebuah Komedi Kehidupan
Indah Titania Harahap June 18, 2025 07:40 PM
Lupa mencabut kunci motor mungkin adalah hal yang terlihat sepele, sekali dua kali, manusiawi. Tapi kalau sudah menjadi rutinitas harian? Itu bukan lagi sekedar lupa. Itu adalah bakat alam. Saya dengan rendah hati, adalah salah satu pemilik bakat itu.
Entah kenapa, setiap kali saya turun dari motor, otak saya seolah langsung mencoret langkah utama “mencabut kunci” dari daftar kewajiban hidup. Motor saya tinggal parkir, kunci masih menggantung manis, terbuka lebar bagi siapa pun yang ingin mencoba peruntungan.
Anehnya, dengan bakat alam tersebut motornya tidak pernah hilang. Bahkan saat saya meninggalkannya dari pagi hingga sore, seperti suatu kejadian yang membuat saya benar-benar malu. Seorang bapak-bapak penjaga rumah sakit tempat saya magang, yang tampaknya sudah hafal wajah dan kebiasaan saya, menemukan kunci motor saya lagi dan lagi, beliau berkata, “Dek, ini sudah ketiga kalinya saya yang nemuin kunci motor kamu. Kamu tuh kalau motornya hilang, gak kasihan sama orang tuamu?.”
Saya cuma bisa nyengir dan berterima kasih. Campur aduk antara malu, bersyukur, dan tersentil. Kalimat beliau sederhana, tapi langsung menampar keras ke arah hati. Saya memang belum bisa beli motor sendiri. Itu hasil kerja keras orang tua. Dan saya? Masih saja lalai, seperti tidak tahu betapa berharganya kendaraan itu.
Kebiasaan ini bahkan sudah jadi bahan bercandaan teman-teman. Sampai akhirnya, ketika saya mau pergi merantau, seorang sahabat membelikan saya gantungan kunci. Tapi bukan sembarangan gantungan kunci. Ukurannya besar, mencolok, dan sedikit lebay. Katanya, “Biar pas turun motor, lutut kamu kejedot gantungannya. Jadi inget buat nyabut kunci.” Logikanya memang kasar, tapi niatnya tulus. Saya ketawa lalu menyimpannya. Sekarang gantungan kunci itu selalu ada di motor saya, sebagai alarm visual sekaligus pengingat akan kepikunan saya yang akut.
Meski begitu, saya kadang merenung. Bagaimana mungkin motor saya belum pernah hilang? Di zaman sekarang, rasanya terlalu aneh untuk dianggap kebetulan. Mungkin memang ada malaikat penjaga motor yang selalu siap siaga. Atau mungkin, ini cara semesta memberi saya waktu untuk belajar bertanggung jawab, pelan-pelan, tapi pasti.
Hidup memang kocak. Komedi kecil yang disusun dari kesalahan berulang, ditegur dengan lembut oleh orang asing, lalu dibalut oleh perhatian teman-teman. Dari situ saya belajar, bahwa kadang kesalahan bukan hanya untuk ditertawakan, tapi juga untuk direnungkan. Dan dalam tawa itu, terselip pelajaran, bahwa tidak semua hal bisa terus dibiarkan hanya karena “belum terjadi apa-apa.”
Sekarang saya masih sering lupa, walau sudah lebih jarang. Setidaknya, gantungan kunci besar itu kini menggantung sebagai simbol bahwa saya pernah ceroboh, dan bahwa saya sedang berusaha menjadi lebih hati-hati. Dan jika kamu suatu hari melihat motor dengan gantungan kunci sebesar botol minum, kemungkinan besar itu saya.
Karena begitulah hidup, penuh lupa, tapi juga penuh orang baik, nasihat tulus, dan pelajaran yang datang lewat cara yang lucu. Inilah komedi kehidupan saya, antara pikun dan perlindungan yang entah datang dari mana. Tapi saya bersyukur. Setidaknya, tuhan masih sayang dan motornya belum hilang.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.