Pertamina NRE Akuisisi 20 Persen Saham Perusahaan EBT Filipina Senilai Rp 1,9 T
kumparanBISNIS June 19, 2025 03:40 PM
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) and Citicore Renewable Energy Corporation (CREC), perusahaan energi terbarukan (EBT) asal Filipina, menandatangani perjanjian pengambilan bagian saham baru (share subscription agreement).
Kerja sama strategis ini menandai kepemilikan Pertamina NRE atas 20 persen saham CREC dengan total investasi senilai USD 120 juta atau setara Rp 1,96 triliun (kurs Rp 16.410 per dolar AS).
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE John Anis dan CEO CREC Oliver Tan, serta disaksikan oleh Pth Direktur Utama Pertamina Salyadi Saputra.
John Anis mengatakan, kerja sama strategis ini menjadi milestone tidak saja bagi Pertamina NRE dan CREC tapi juga bagi Indonesia dan Filipina.
Bagi Pertamina NRE, kerja sama ini akan meningkatkan portofolio energi hijau sekaligus pertukaran pengetahuan serta teknologi untuk meningkatkan kapabilitas dalam pengembangan energi hijau.
"Bagi Indonesia, kerja sama ini akan saling membuka peluang lebih luas keduanya untuk investasi mempercepat pengembangan energi terbarukan sesuai dengan Asta Cita pemerintah,” ujarnya dalam sambutannya, Kamis (19/6).
Sebagai pengelola aset strategis negara, Danantara Indonesia mendukung langkah Pertamina, sebagai bagian dari mandat investasinya untuk mendorong transisi energi dan pembangunan berkelanjutan.
Konferensi pers kerja sama Pertamina NRE and Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) menandatangani perjanjian pengambilan bagian 20 persen saham baru, Kamis (19/6/2025).  Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers kerja sama Pertamina NRE and Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) menandatangani perjanjian pengambilan bagian 20 persen saham baru, Kamis (19/6/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Dukungan ini merupakan bentuk pelaksanaan peran Danantara Indonesia dalam mengarahkan investasi nasional ke sektor-sektor prioritas, termasuk energi hijau.
"Kenapa ini menarik untuk Danantara, karena masuk ke dalam kriteria ekonomi yang juga diminta oleh Pak Presiden, dengan return of investment yang baik, dengan juga profitability yang baik, plus tadi itu bukan hanya dari ekonomi tapi juga dari segi pengembangan human capital dan juga kerja sama antar dua negara," tutur John.
Sementara itu, Chairman CREC, Edgar Saavedra, menyampaikan perusahaan merasa perlu mencari peluang kolaborasi baik dengan pemerintah maupun dengan perusahaan lain di industri energi terbarukan baik di dalam maupun luar negeri.
"Bersama Pertamina NRE, kami akan menciptakan solusi energi bersih yang responsif dan kolaboratif untuk Filipina maupun Indonesia," kata Edgar.
Khususnya bagi Indonesia, kerja sama ini memberikan manfaat investasi strategis, antara lain pengembangan sumber daya manusia terkait Pembangunan PLTS di Indonesia, implementasi percepatan konstruksi pabrik panel surya hingga 1 megawatt peak (MWp) per hari.
Kemudian, mendukung target pembangkitan listrik berbasis EBT sebesar 60 persen pada tahun 2034 sebagaimana tertuang dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL), hingga meningkatnya penyerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Grup Citicore saat ini mengoperasikan PLTS dengan total kapasitas terpasang sebesar 287 megawatt (MW). Perusahaan memiliki target untuk mencapai 5 MW dalam 5 tahun, dengan di mana 1 MW akan tercapai tahun ini.
Selain itu, portfolio CREC meliputi proyek pembangkit Listrik tenaga angin (PLTB) dengan total kapasitas mencapai 803 MW. Empat dari proyek ini, mencapai 543 MW, berada di tahap pengembangan.
Kerja Sama Investasi Energi Terbarukan dan Kredit Karbon
Ilustrasi - Rumah generator Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (21/11/2018). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi - Rumah generator Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (21/11/2018). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Pada kesempatan yang sama, kedua entitas juga menandatangani framework agreement (perjanjian kerangka kerja) untuk investasi energi terbarukan di Indonesia dan pengembangan kredit karbon dari proyek-proyek energi terbarukan.
Melalui kerja sama ini keduanya sepakat melakukan penjajakan potensi pengembangan PLTS dan PLTB di Indonesia, serta pengembangan dan perdagangan kredit karbon.
Deputi Menteri Energi Filipina Mylene Capongcol menggaris bawahi peran kunci dari kemitraan ini dalam memperkuat kerja sama energi di tingkat regional.
“Filipina tidak hanya akan mencapai targetnya, tapi juga menunjukkan bahwa kami mendukung secara aktif terhadap kerja sama energi dan Pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara,”
Kerja sama ini merupakan bentuk implementasi dari nota kesepahaman tentang energi yang telah ditandatangani antara Indonesia dan Filipina pada Januari 2024. Dengan kolaborasi strategis ini, kedua negara saling membuka peluang untuk mempercepat transisi energi melalui investasi energi terbarukan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.