BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto melalui Menteri Luar Negeri Sugiono memutuskan untuk menyiapkan proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran buntut kecamuk konflik Iran vs Israel, yang terjadi sejak Jumat (13/6).
Evakuasi ini dilakukan setelah pemerintah meningkatkan level kesiagaan dari siaga 2 menjadi siaga 1 di Kedutaan Besar RI (KBRI) di Teheran, Iran.
Namun, evakuasi tersebut tidak bisa dilakukan melalui jalur udara lantaran wilayah langit Iran saat ini dinyatakan tertutup. “Pesawat tidak bisa ke sana. Satu-satunya jalur (evakuasi) hanya lewat darat,” kata Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, Rabu (18/6).
Menurut data terbaru Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), terdapat 386 WNI yang saat ini berada di Iran, mayoritas di antaranya adalah pelajar dan mahasiswa yang tinggal di Kota Qom.
Dengan situasi yang terus memburuk, Kementerian Luar Negeri pun telah meningkatkan status kesiagaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran dari Siaga 2 menjadi Siaga 1.
“Dari perkembangan dua hari ini, di mana intensitas serangan Israel semakin meningkat, yang disasar juga bukan saja target-target militer, tetapi juga target-target sipil, maka saya memutuskan untuk meningkatkan level siaga,” ujar Sugiono dalam video yang dirilis Kamis (19/6).
Dengan jalur udara yang tertutup dan ancaman keamanan yang tinggi, Pemerintah Indonesia menyiapkan evakuasi WNI melalui jalur darat menuju negara-negara tetangga Iran.
Sugiono mengatakan, koordinasi telah dilakukan dengan sejumlah negara tetangga untuk memastikan kemudahan akses lintas perbatasan bagi WNI jika evakuasi darurat perlu dilakukan.
“Kami juga sudah melakukan komunikasi dengan negara tetangga Iran, sehingga pada saat evakuasi nanti, warga negara kita diberikan kemudahan melewati perbatasan di tengah situasi yang tidak memungkinkan,” ungkapnya.
Langkah-langkah kontingensi juga telah disusun oleh KBRI Teheran. Selain itu, pemerintah telah melakukan pertemuan virtual dengan WNI di Iran untuk menyampaikan informasi terkini dan prosedur evakuasi yang telah disiapkan.
“Kami mengimbau agar WNI selalu waspada dan selalu memonitor situasi,” ujar Judha Nugraha, Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri. Beberapa kasus sebelumnya menunjukkan betapa sulitnya mobilisasi warga akibat tertutupnya jalur udara.
Sebagaimana sebanyak 42 WNI peziarah di Yerusalem yang semula direncanakan pulang melalui Bandara Ben Gurion di Israel, akhirnya dipindahkan melalui jalur darat ke Yordania sebelum diterbangkan ke Indonesia.
Hal serupa juga terjadi pada dua WNI di Kota Qom, Iran. Mereka awalnya akan pulang melalui Bandara Internasional Teheran, tetapi harus menempuh jalur darat ke Pakistan untuk keluar dari wilayah konflik. Meski demikian, hingga saat ini, belum ada laporan WNI yang menjadi korban dalam konflik Iran-Israel.
Namun, pemerintah tetap mengimbau agar WNI menunda perjalanan ke wilayah rawan konflik, termasuk Iran, Israel, Suriah, Lebanon, dan Yaman. “Kami terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memastikan proses evakuasi dan penerimaan WNI berjalan lancar,” kata Judha.(kompas.com/tribunnews)