Merepost Dagangan Milik Teman: Aktualisasi Nilai Pancasila di Media Sosial
Mutiara Ulfa June 20, 2025 07:41 PM
Di tengah berkembangnya dunia digital, media sosial kini tidak hanya menjadi ruang berbagi momen atau hiburan semata. Ia dapat menjadi wadah untuk menunjukkan solidaritas dan kepedulian antarsesama. Kepedulian itu terwujud dalam bentuk repost, yaitu tindakan membagikan ulang unggahan orang lain ke akun pribadi. Meski tampak sederhana, repost dapat membawa dampak besar. Selain itu, pengalaman pribadi saya membuktikan bahwa repost di media sosial merupakan jalan untuk mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila di kehidupan nyata.

Menebar Dukungan Lewat Repost

Suatu hari saya melihat story Instagram dari teman kuliah yang membuka pre-order jajanan mochi. Saya tahu betul, ia menjual mochi bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena terdesak keadaan. Ia sering kekurangan uang untuk biaya hidup sehari-hari. Di tengah padatnya jadwal perkuliahan, ia memutuskan untuk berjualan demi mencari uang tambahan.
Melihat story jualannya, perasaan saya campur aduk. Ada rasa iba dan dorongan kuat dalam diri untuk memberikan dukungan. Kalau saja saya punya banyak uang, tentu saya akan memborong dagangannya. Tapi kenyataannya, saya hanya mampu membeli beberapa biji mochi saja. Saya pun berpikir keras apakah ada cara lain yang bisa saya lakukan untuk membantu selain membeli?
Lalu saya menyadari bahwa saya bisa membantu dengan cara mempromosikan jualannya. Tanpa banyak pertimbangan, saya langsung merepost story produk mochi miliknya ke akun Instagram saya. Di atas gambar mochi yang tampak menggugah selera, saya menambahkan tulisan singkat: “Dibeli, guys! Mochinya enak, ada isian strawberry-nya.” Dan memang benar, saya sudah pernah mencobanya. Mochi buatannya enak, lengkap dengan isian stroberi yang segar dan manis.

Tindakan Kecil yang Bermakna

Respons dari repost yang saya bagikan di media sosial tidak langsung besar. Tak sampai lima orang yang membalas. Namun usaha saya tidak berhenti di situ. Saya mengajak teman-teman lain untuk ikut membagikan story jualan tersebut. Lambat laun, repost itu menyebar lebih luas dan pesanan mulai berdatangan.
Sejak mochinya banyak yang memesan, teman saya terlihat lebih semangat berjualan. Ia menyampaikan beribu terima kasih karena repost tersebut membuat produknya mulai dikenal dan dibeli banyak orang. Ia merasa didukung, dan dukungan itu memberinya semangat baru.
Melihat antusiasmenya yang kembali tumbuh, saya merasa ikut bahagia. Dari sini saya belajar bahwa bantuan kecil lewat repost yang saya lakukan ternyata berdampak luar biasa bagi teman saya.

Aktualisasi Nilai Kemanusiaan

Saat melihat teman saya berjualan mochi karena himpitan ekonomi, yang muncul dalam hati saya adalah empati. Saya tidak memandang dia dengan rasa kasihan belaka, tetapi mencoba memahami dan merasakan apa yang mungkin dia alami: rasa lelah, tekanan hidup, dan harapan untuk tetap bisa bertahan. Saya sadar bahwa saya tidak memiliki kekuatan finansial yang besar, tapi saya tidak ingin diam. Saya memilih menggunakan kemampuan yang saya miliki, yakni media sosial untuk membantu melariskan dagangannya.
Tindakan yang saya lakukan ini lahir dari kesadaran kemanusiaan, dari keinginan untuk memperlakukan sesama dengan adil dan beradab. Sila Kedua tidak hanya berbicara tentang tidak menyakiti orang lain, tetapi juga tentang berusaha meringankan beban orang lain dengan cara yang penuh hormat dan empati.

Aktualisasi Nilai Persatuan

Dalam konteks digital, persatuan tidak hanya berbentuk slogan atau ajakan formal. Ia bisa terwujud dalam semangat saling bantu antarsesama pengguna media sosial. Ketika saya mengajak teman-teman lain untuk ikut membagikan story jualan teman saya, saya tidak hanya sekadar menyebarkan informasi, tetapi turut memperkuat rasa kebersamaan.
Tindakan saling repost, memberi komentar penyemangat, atau membantu promosi adalah bentuk gotong royong modern. Wujudnya bukan dengan tenaga, tetapi dengan jejaring dan solidaritas digital. Di sini terlihat bahwa semangat persatuan sebenarnya tidak hilang oleh zaman. Ia hanya berganti wajah, dan media sosial menjadi sarana barunya. Dengan bergotong royong secara digital, saya merasa ikut menjaga kebersamaan dan solidaritas, sekaligus memperkuat jalinan sosial yang menjadi fondasi bangsa ini.

Aktualisasi Nilai Keadilan

Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam memulai atau menjalankan usaha. Banyak teman-teman sebaya yang memiliki ide, semangat, dan keterampilan, tetapi terkendala oleh minimnya modal atau akses promosi. Teman saya adalah salah satunya. Ia tidak punya dana besar untuk membuat iklan, tidak memiliki koneksi dengan influencer ternama, dan hanya mengandalkan story Instagram pribadinya. Tapi melalui repost yang saya dan teman-teman lain lakukan, peluang usahanya menjadi terbuka.
Dalam hal ini, repost menjadi cara yang menyetarakan akses. Ia memberi kesempatan bagi siapa pun untuk dikenal, dibantu, dan dihargai. Ini adalah bentuk nyata dari keadilan sosial, ketika lingkungan sekitar mau memberi dukungan agar semua orang punya peluang yang setara untuk berkembang.

Jangan Ragu untuk Repost Kebaikan

Repost di media sosial bukanlah tindakan sepele. Di balik satu repost, tersimpan makna solidaritas, empati, dan semangat gotong royong. Saat membagikan ulang unggahan teman atau usaha kecil, berarti kita sedang membantu mereka menjangkau lebih banyak orang, membuka peluang baru, dan bahkan mungkin menyelamatkan harapan yang hampir padam. Di era digital ini, tindakan kecil yang kita lakukan bisa memberikan dampak besar jika dilakukan dengan niat baik.
Dari pengalaman ini, saya berharap semoga semakin banyak anak muda yang tidak malu atau ragu untuk membantu mempromosikan dagangan temannya. Sebab, dukungan berupa repost di media sosial sangat berarti bagi teman yang sedang berjuang menjalankan usaha.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.