TRIBUNNEWS.COM - Rangkaian laporan dari media Israel dan internasional mengungkap operasi intelijen besar yang diduga dilancarkan Israel dengan nama sandi “Operasi Narnia”.
Dalam misi rahasia ini, beberapa ilmuwan nuklir kunci Iran dilaporkan tewas secara bersamaan di lokasi berbeda—tanpa adanya jejak militer konvensional.
Menurut The Jerusalem Post dan Times of Israel, para korban merupakan tokoh penting dalam program pengayaan uranium Iran.
Mereka berperan mengembangkan sentrifugal generasi baru dan sistem pengayaan tingkat tinggi yang dipantau oleh IAEA.
Beberapa sumber menyebut penggunaan senjata non-konvensional, termasuk racun biologis, ledakan tersembunyi, atau alat mikroelektronik.
Sejauh ini, identitas ilmuwan tidak disebutkan secara resmi, namun laporan menyebut korban berasal dari kalangan senior teknokrat.
NDTV melaporkan bahwa operasi ini berlangsung dalam koordinasi lintas wilayah, dengan tim bayangan yang telah menyusup lebih dulu ke dalam jaringan lokal Iran.
Para target tidak dibunuh dalam satu lokasi, namun secara bersamaan di berbagai kota Iran—menunjukkan sinkronisasi tingkat tinggi.
Beberapa media menyebut bahwa metode yang digunakan adalah varian baru dari taktik Mossad, seperti yang digunakan dalam pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh tahun 2020.
Dalam beberapa kasus, kematian korban tampak seperti kecelakaan biasa atau akibat penyakit mendadak—menyulitkan penyelidikan awal otoritas Iran.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Iran belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kabar tewasnya ilmuwan mereka.
Sementara itu, Israel juga tidak memberikan komentar—sesuai kebijakan non-konfirmasi untuk setiap operasi intelijen di luar negeri.
Para analis menyebut, jika laporan ini benar, maka Israel telah mengalihkan fokus dari serangan rudal ke perang rahasia berpresisi tinggi.
Menurut analis militer Israel, Ron Ben-Yishai, operasi ini menunjukkan bahwa Israel tetap konsisten menjaga "garis merah" terhadap program nuklir Iran, meski dunia sedang terfokus pada konflik di Gaza dan Ukraina.
“Ini adalah sinyal bahwa Israel tidak akan menunggu negosiasi gagal atau IAEA lamban bergerak,” ujar Ben-Yishai kepada Times of Israel.
Operasi Narnia juga memunculkan kembali ingatan atas strategi Mossad sebelumnya:
Serangan tersembunyi ini muncul di tengah ketegangan terbuka antara Israel dan Iran pasca-serangan 13 Juni 2025.
Iran membalas serangan udara Israel dengan rudal dan drone ke wilayah selatan Israel, termasuk Beersheba.
Kini, selain serangan militer terbuka, publik juga menyadari bahwa medan konflik diam-diam di dunia intelijen pun terus berkembang.
Jika terbukti, Operasi Narnia menjadi bab terbaru dari perang bayangan Israel-Iran—perang yang dijalankan dalam sunyi, tetapi berdampak besar pada stabilitas regional.
( Andari Wulan Nugrahani)