TRIBUNNEWS.COM – Di tengah berbagai konflik global, sistem pertahanan udara memainkan peran penting dalam menjaga kedaulatan dan keamanan sebuah negara.
Sistem ini dirancang untuk mendeteksi, melacak, dan mencegat berbagai ancaman udara seperti pesawat tempur, rudal, dan drone.
Dengan bantuan radar, sensor canggih, serta rudal pencegat, sistem ini mampu menghadapi ancaman secara berlapis: radar jarak jauh mendeteksi ancaman, sistem pelacakan menghitung lintasannya, dan rudal pencegat menetralkannya sebelum mencapai target.
Beberapa sistem, seperti Iron Dome, mengkhususkan diri menghadapi ancaman jarak pendek, sementara sistem seperti S-400 mampu menangani target dari jarak jauh.
Mengutip fairbd.net, berikut adalah 10 sistem pertahanan udara terbaik di dunia pada tahun 2025:
Berasal dari Israel, Iron Dome adalah sistem pertahanan udara jarak pendek dengan jangkauan hingga 70 kilometer.
Dikembangkan bersama oleh Israel Aerospace Industries dan Rafael Advanced Defense Systems, sistem ini menggunakan rudal pencegat Tamir dan radar untuk mendeteksi serta menghancurkan roket dan ancaman udara lainnya.
Iron Dome memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen dalam mencegat roket.
Saat ini, Israel dan Amerika Serikat adalah dua negara yang secara resmi mengoperasikan sistem ini.
Barak-8 adalah sistem rudal permukaan-ke-udara yang dikembangkan oleh Israel Aerospace Industries bersama DRDO India.
Sistem ini menawarkan pertahanan 360 derajat terhadap berbagai ancaman udara dan mampu menyerang beberapa target secara simultan dalam segala kondisi cuaca.
Rudal Barak-8 memiliki jangkauan sekitar 16 kilometer dan didukung oleh radar EL/M-2248 MF-STAR untuk pelacakan target secara akurat.
Dikembangkan oleh Amerika Serikat, Jerman, dan Italia, MEADS adalah sistem pertahanan udara mobile pengganti sistem Patriot.
MEADS memiliki cakupan pertahanan 360 derajat, dengan jangkauan hingga 40 kilometer dan kemampuan mencegat target pada ketinggian hingga 20 kilometer.
Sistem ini menggunakan radar multifungsi phased-array AN/MPQ-53 dan dilengkapi dengan 12 rudal pencegat.
Dikembangkan oleh Eurosam (perusahaan patungan antara MBDA Missile Systems dan Thales), Aster 30 SAMP/T adalah sistem pertahanan antipesawat mobile untuk perlindungan wilayah.
Digunakan oleh militer Prancis, Italia, dan Singapura, sistem ini mampu meluncurkan dua rudal secara bersamaan dan efektif menghadapi berbagai ancaman, termasuk rudal balistik taktis dan pesawat berkecepatan tinggi.
HQ-9 (Hong Qi 9) adalah sistem pertahanan udara buatan Tiongkok yang kerap dibandingkan dengan sistem S-300 Rusia.
HQ-9 mampu mencegat berbagai ancaman, termasuk pesawat, helikopter, UAV, rudal jelajah, hingga rudal balistik teater.
Sistem ini memiliki jangkauan maksimum 125 kilometer dan dapat menyerang target di ketinggian hingga 27 kilometer.
Patriot adalah sistem pertahanan udara segala cuaca yang dikembangkan oleh Raytheon dan Lockheed Martin.
Dengan jangkauan sekitar 170 kilometer dan ketinggian maksimum 24 kilometer, sistem ini mampu menghadapi rudal balistik taktis, rudal jelajah, serta pesawat tempur canggih. Rudalnya memiliki panjang sekitar 5 meter dan berat 700 kilogram.
THAAD adalah sistem pertahanan rudal balistik milik Amerika Serikat yang dirancang untuk menghancurkan rudal musuh saat berada di fase terminal (dekat dengan target).
THAAD memiliki jangkauan hingga 200 kilometer dan mampu mencapai ketinggian 150 kilometer.
Dalam 16 uji coba terakhirnya, sistem ini mencatatkan tingkat keberhasilan 100 persen.
S-300VM, dikenal juga sebagai Antey-2500, adalah sistem pertahanan udara dan rudal antibalistik jarak jauh buatan Rusia.
Sistem ini dapat menghadapi berbagai ancaman, mulai dari rudal balistik jarak menengah, rudal jelajah, hingga pesawat tempur dan amunisi presisi.
S-300VM memiliki jangkauan 200 kilometer dan ketinggian operasional hingga 30 kilometer.
Rusia diketahui telah memasok sistem ini ke Iran, meningkatkan kemampuan pertahanan udara negara tersebut secara signifikan.
David’s Sling adalah sistem pertahanan udara dan rudal antibalistik yang dikembangkan oleh Israel bersama Raytheon.
Mengisi celah antara Iron Dome dan sistem Arrow, David’s Sling mampu menangani rudal balistik jarak menengah hingga jauh.
Sistem ini menggunakan rudal pencegat Stunner dengan jangkauan hingga 300 kilometer dan ketinggian sekitar 15 kilometer.
S-400 Triumph adalah sistem pertahanan udara paling kuat di dunia saat ini.
Dikembangkan oleh Almaz Central Design Bureau Rusia, sistem ini mengintegrasikan radar, sistem pelacakan, rudal antipesawat, serta pusat komando dalam satu kesatuan.
S-400 dapat menghadapi berbagai jenis ancaman, termasuk pesawat siluman dan rudal jelajah, dengan ketinggian maksimum 56 kilometer.
Rudal pencegat utamanya, seperti 48N6E3 dan 40N6E, memungkinkan penanganan target kecepatan tinggi dan jarak jauh.
Rusia juga telah mulai mengirimkan sistem ini ke Iran, dan India termasuk negara yang telah mengintegrasikannya ke dalam sistem pertahanannya.
Rusia kini juga sedang mengembangkan versi yang lebih canggih, S-500 Prometheus, dengan jangkauan hingga 600 kilometer dan kemampuan antirudal balistik yang lebih superior.
StudyIQ juga merilis daftar sistem pertahanan udara paling canggih di dunia.
Hasilnya serupa dengan versi FAIR, namun disajikan dalam bentuk tabel.
Berikut daftarnya.
Peringkat | Sistem Pertahanan Udara | Negara Asal | Jangkauan Maksimum | Ketinggian Maksimum | Kecepatan Pencegat | Fitur Utama |
1 | S-400 Triumph | Rusia | 400 km | 56 km | Mach 14 | Pelacakan dan keterlibatan multi-target secara simultan |
2 | THAAD | Amerika Serikat | 200 km | 150 km | Mach 8+ | Pertahanan rudal balistik serang-bunuh dalam fase terminal |
3 | David’s Sling | Israel/AS | 300 km | ~15 km | Mach 7+ | Intersepsi presisi menggunakan rudal Stunner canggih |
4 | Patriot PAC-3 | Amerika Serikat | 160 km | 24 km | Mach 5 | Sistem yang telah teruji dalam pertempuran dengan rudal pencegat berpemandu radar |
5 | S-300VM/Antey-2500 | Rusia | 250 km | 30 km | Mach 7+ | Pertahanan rudal balistik dan jelajah bergerak |
6 | Aster 30 SAMP/T | Prancis/Italia | 120 km | 25 km | Mach 4.5 | Cakupan 360 derajat dengan pencegat kelincahan tinggi |
7 | HQ-9 | China | 200 km | 27 km | Mach 4.2 | Sistem jarak jauh dengan radar array bertahap |
8 | MEADS | AS/Jerman/Italia | 100 km | 20 km | Mach 4+ | Pertahanan 360 derajat yang modular dan mobile, dapat dioperasikan oleh NATO |
9 | Barak-8 | India/Israel | 100 km | 20 km | Mach 2+ | Kompatibilitas platform darat dan laut dengan pencari radar aktif |
10 | Iron Dome | Israel | 70 km | ~10 km | Mach 2.2 | Sistem intersepsi jarak pendek paling sukses di dunia |
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga memiliki sistem pertahanan udara canggih seperti negara-negara di atas?
Mengutip artikel di situs resmi Kementerian Pertahanan RI, kemhan.go.id, tertanggal 16 April 2021, TNI Angkatan Udara (TNI AU) pernah dipersenjatai dengan peluru kendali (rudal) SAM 75 buatan Uni Soviet pada era 1960-an.
Namun, rudal SAM 75 resmi dinonaktifkan pada awal tahun 1980-an.
Sebagai pengganti, TNI AU memutuskan untuk menambahkan sistem pertahanan udara NASAMS guna memperkuat pertahanan udara nasional.
NASAMS (Norwegian Advanced Surface to Air Missile System) adalah sistem pertahanan udara terintegrasi yang menggunakan rudal sebagai senjata utama untuk menghancurkan sasaran di udara. Sistem ini didukung oleh radar dan pos komando (Command Post) yang berfungsi untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan mengeksekusi target.
Kemampuan NASAMS mencakup eliminasi terhadap berbagai ancaman udara, termasuk rudal jelajah (cruise missile), rudal udara-ke-darat, pesawat tempur dan pembom tempur, wahana udara tak berawak (unmanned aerial vehicle), serta helikopter.
Kemampuan ini telah terbukti dan teruji di berbagai medan pertempuran dan digunakan oleh banyak negara di seluruh dunia.
NASAMS dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap aset-aset penting dan objek vital bernilai strategis dari serangan udara.
Sistem ini juga dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi, mengidentifikasi, dan melacak target, serta mendeteksi keberadaan jammer yang dapat mengganggu operasi sistem NASAMS.
Secara umum, NASAMS terdiri dari beberapa komponen utama: radar, peluncur rudal, pos komando, dan sistem komunikasi pendukung.
NASAMS diproduksi oleh Kongsberg Gruppen, perusahaan teknologi pertahanan internasional yang berbasis di Norwegia.
Pada Oktober 2017, Kongsberg dan Kementerian Pertahanan Indonesia menyepakati kerja sama pengadaan sistem NASAMS.
"Kami sangat senang bahwa Indonesia, sebagai negara pertama di kawasannya, memilih NASAMS untuk pertahanan dalam negerinya. Evolusi teknis yang berkelanjutan dan bertambahnya negara pengguna menegaskan bahwa NASAMS adalah sistem pertahanan udara paling modern dan canggih di dunia," ujar Eirik Lie, Presiden Kongsberg Defence & Aerospace saat itu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)