Kepolisian Daerah (Polda) Riau gencar melakukan kampanye penyelamatan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Pelalawan. Melalui sentuhan buaya, Polda Riau mengajak masyarakat untuk menyelamatkan Tesso Nilo.
Kampanye ini digaungkan oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan di Rumah Singgah Tuan Kadi, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, pada Sabtu (21/6/2025) malam. Herry Heryawan yang ditemani Rocky Gerung mengkampanyekan penyelamatan Tesso Nilo melalui kaus bergambar gajah yang dia kenakan dengan tulisan 'Tesso Nilo Rumahku'.
Melalui Festival Budaya Melayu ini Irjen Herry Heryawan tak hanya membangkitkan semangat untuk memelihara adat dan budaya, tetapi juga semangat untuk merawat dan menjaga alam. Festival yang digelar di Rumah Singgah Tuan Kadi setiap Sabtu malam ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat kolektif dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Herry Heryawan mencoba menarik anak muda untuk terlibat dalam aksi nyata menyelamatkan Taman Nasional Tesso Nilo.
Irjen Herry Heryawan menunjukkan konsistensinya dalam upaya penyelamatan lingkungan. Aksi penanaman pohon terus diglorifikasi di pelbagai kesempatan.
Dengan semangat menjaga lingkungan, Irjen Herry Heryawan berkolaborasi dengan Pempriv Riau, TNI, Forkopimda, civitas akademika, pemerhati lingkungan hingga kaum pelajar. Upaya ini terus digaungkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak perambahan hutan dan kebakaran hutan dan lahan Lkarhutla).
![]() |
Beberapa hari yang lalu, Irjen Herry Heryawan bahkan menyatakan dirinya berdiri untuk keadilan gajah yang berada di Tesso Nilo. Hal itu ia sampaikan saat dirinya memfasilitasi pertemuan antara massa dengan Gubernur Riau Abdul Wahid.
Kadang-kadang rekan-rekan (pendemo) datang ke sini minta keadilan. Tadi (massa) sampaikan merasa kita (seolah-olah) membuat masyarakat tidak adil, membuat masyarakat merasa terpojok, masyarakat terzolimi, masyarakat kehilangan hak hidupnya," kata Herry Heryawan, dalam video tersebut, dilihat detikcom, Sabtu (21/6).
Namun kemudian Herry Heryawan juga meminta hak yang sama atas gajah terhadap massa tersebut. Karena menurut Herry Heryawan, gajah dan hewan lain yang hidup di Tesso Nilo juga punya hak yang sama atas hutan yang menjadi rumah mereka.
"Saya berdiri di sini perwakilan dari gajah. Gajah-gajah ini kan nggak bisa ngomong, yang ada di sana, lingkungan hidup yang ada di sana kan nggak bisa ngomong padahal mereka makhluk hidup sama dengan kita," katanya.
Dari lahan seluas 18 ribu hektare lebih, kawasan hutan lindung di Taman Nasional Tesso Nilo kini hanya tersisa sekitar 12 ribu hektare saja. Selain digunakan untuk lahan sawit, kawasan TNTN juga perlahan 'lenyap' karena diduduki oleh masyarakat yang mendirikan rumah bahkan sekolah dan musala.