Hari ini spesial karena Jakarta memasuki usia 498 tahun! Banyak cerita selama Jakarta hadir hampir 5 abad, termasuk kuliner Betawi yang populer di kalangan masyarakat. Ternyata banyak yang semakin langka.
Sejak dulu, suku Betawi mendominasi masyarakat yang tinggal di Jakarta. Kekayaan yang mereka wariskan secara turun temurun, salah satunya adalah kuliner Betawi.
Menariknya, kuliner Betawi merupakan wujud nyata dari keunikan Jakarta, yaitu pertemuan berbagai suku bangsa, budaya, dan tradisi. Kuliner Betawi mendapat pengaruh dari berbagai negara mulai dari India, China, Korea, Belanda, Inggris, hingga Portugis.
Dalam rangka HUT Jakarta ke-498, tak ada salahnya kilas balik mengenali kuliner-kuliner khas Betawi. Banyak di antaranya ternyata semakin langka karena semakin jarang yang membuatnya, akibat teknik atau bahan yang sulit didapat dan kurangnya peminat di kalangan generasi muda.
Merangkum berbagai sumber, ini 7 kuliner Betawi yang semakin langka:
Sayur Babanci konon merupakan wujud akulturasi budaya Betawi-China. Nama 'Babanci' diambil dari penggabungan 'baba' dan 'cici'. Meski namanya 'sayur', hidangan ini lebih mirip gulai berkuah kuning kental. Bahan utamanya adalah daging atau tetelan sapi.
Untuk bumbu halusnya sangat banyak, bisa mencapai puluhan jenis rempah. Sayur Babanci paling enak dinikmati dengan ketupat nan lembut. Saat ini, hanya sedikit penjual atau rumah makan yang menawarkan Sayur Babanci.
![]() |
Betawi punya minuman tradisional bernama Aer Manis. Bagi orang Betawi asli, aer manis merupakan lambang suka cita dan penyambutan istimewa kepada tamu. Aer Manis dibuat dari rebusan sereh hingga daun jeruk. Warnanya cokelat pucat mirip teh.
Ada juga yang suka menambahkan sukade atau manisan kulit jeruk dan tangkwe atau manisan labu ke Aer Manis. Selain nikmat, Aer Manis diyakini punya banyak khasiat sehat karena kandungan bahan-bahan alaminya.
Bubur Ase merupakan kuliner Betawi yang melambangkan perkumpulan 3 budaya yaitu China, Eropa, dan Timur Tengah. Hal ini tergambar dari komponen yang ada pada semangkuk Bubur Ase.
Pengaruh China terdapat pada penyajian bubur, penambahan tauge, tahu, dan kecap. Kemudian ada smoor atau semur yang erat dengan kuliner khas Belanda. Sementara banyaknya rempah yang dipakai menunjukkan pengaruh Timur Tengah. Saat ini, menemukan Bubur Ase bukan perkara mudah karena semakin sedikit yang membuatnya.
![]() |
Kuliner Betawi lain yang kian jarang ditemukan, Es Selendang Mayang. Minuman manis ini punya ciri khas adonan berlapis-lapis dan berwarna-warni yang terbuat dari tepung beras dan sagu aren.
Es Selendang Mayang semakin nikmat dengan paduan kuah santan dan sirup gula merah atau sirup cocopandan. Kalau penasaran mencicipinya, di event Pekan Raya Jakarta (PRJ) masih kerap ditemui penjual Es Selendang Mayang.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Nama kudapan Betawi 'Ali Bagente' agaknya sangat asing di telinga generasi milenial, apalagi generasi Z. Ali Bagente konon mendapat pengaruh dari budaya China, Arab, dan Jawa. Zaman dulu, Ali Bagente banyak dibuat dan disajikan oleh masyarakat Betawi keturunan Arab.
Kudapan ini terbuat dari kerak nasi yang diambil dari sisa memasak nasi. Untuk memberikan rasa manisnya, biasanya ditambahkan saus gula merah atau kinca.
Jika Bubur Ase rasanya gurih, Bubur Jali-jali punya rasa manis legit. Bahan utamanya merupakan tanaman jali atau hanjeli yang saat ini sulit ditemukan karena semakin langka.
Untuk membuatnya, biji jali direndam semalaman. Selanjutnya dimasak di dalam panci dengan tambahan sedikit garam. Biji jali dimasak sampai empuk dan mekar. Baru kemudian dimasak dengan santan dan gula merah.
![]() |
Warnanya cokelat mirip kue keranjang atau justru cerah putih-pink, inilah Kue Sengkulu. Kue tradisional khas Betawi ini terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan. Biasanya disajikan dengan kelapa parut yang gurih.
Saat ini Kue Sengkulun semakin sulit didapat, padahal sangat enak dijadikan kudapan teman minum teh atau kopi. Jejak sejarahnya juga kuat, konon mendapat pengaruh China.