Pemakaian Kata “Acuh” dan “Hirau” yang Perlu Pencermatan
Mohamad Jokomono June 22, 2025 03:00 PM
(1)
Dalam realitas pemakaian bahasa sehari-hari, terkadang secara tidak sadar kita telah menggunakan kata dengan kurang teliti. Contohnya saat kita memakai kata “acuh” dan “hirau”.
Kalimat “Gadis teman adikku itu begitu cantik, tetapi dia acuh kepadaku saat bermain di rumah kami” misalnya. Kita akan cenderung memaknai kata “acuh” itu sebagai sikap yang kurang peduli.
Akan tetapi, kalau kita mencermati Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi VI Dalam Jaringan (KBBI VI Daring), lema “acuh” itu justru bermakna “peduli” atau “memperhatikan”.
Bila demikian, maka kehadiran adverba (kata keterangan) pengingkar “tidak” sangat perlu untuk mengiringi kata “acuh”. Gabungan kata “tidak acuh” dapat bermakna “tidak peduli” atau “tidak memperhatikan”.
Oleh karena itu, kalimat yang benar seharusnya “Gadis teman adikku itu begitu cantik, tetapi dia tidak acuh kepadaku saat bermain di rumah kami”.
(2)
Selanjutnya dengan kata “hirau”, misalnya dalam kalimat “Suami istri itu sedang bertengkar, sehingga saat tidur pun keduanya hirau satu sama lain, dan betukar punggung”.
Jika kita cek di KBBI VI Daring, lema “hirau” memiliki kesamaan arti dengan “acuh”. Kedua kata ini sama-sama mengandung arti “peduli”. Kembali kehadiran adverba pengingkar “tidak” sangat diperlukan dalam konteks ini.
Sebagaimana “tidak acuh”, arti yang terkandung “tidak hirau” adalah juga “tidak peduli”. Gabungan kata ini lebih tepat memainkan peran sintaksisnya pada kalimat:
“Suami istri itu sedang bertengkar, sehingga saat tidur pun keduanya tidak hirau satu sama lain dan bertukar punggung”.
(3)
Akan tetapi, ketentuan ini tidak berlaku untuk kata “abai”. Kehadiran adverba pengingkar “tidak” justru harus dijauhkan dari kata “abai”, jika arti yang dikehendaki adalah “tidak peduli”.
Sebab, menurut KBBI VI Daring, arti kata “abai” itu sendiri adalah “tidak peduli” atau “lalai”. Kehadiran adverba pengingkar “tidak” pada gabungan “tidak abai” justru akan menimbulkan arti yang sebaliknya, yaitu “peduli”.
Dengan demikian, kalimat “Dia telah abai dengan keselamatan jiwanya, karena mengemudikan mobil sambil mengetik jawaban chat WhatsApp dari koleganya”, adalah kalimat yang sudah benar.
Namun, bila yang dikehendaki adalah sikap peduli, maka diperlukan kehadiran adverba pengingkar “tidak”. Dan, gabungan kata “tidak abai” dapat masuk ke dalam kalimat “Lelaki itu tidak abai dalam memberi kasih sayang pada anaknya”.
Ada satu lagi kata, yang perlu kehati-hatian saat berhubungan dengan adverba pengingkar “tidak”, yaitu “bergeming”. Bila yang kita kehendaki sebagai efek maknanya adalah “diam saja”, maka tanpa harus mendahuluinya dengan kata “tidak”.
Sebab, menurut KBBI VI Daring, lema “geming” yang kemudian memunculkan sublema “bergeming” mempunyai arti “tidak bergerak sedikit juga; diam saja”. Dengan demikian gabungan kata “tidak bergeming” justru mengusung makna yang sebaliknya.
***
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.