Sosok Iqbal Anak Kuli Bangunan Lolos Kedokteran UI, Sering Nazar Puasa Daud, Belajar Jadi Gaya Hidup
Arie Noer Rachmawati June 22, 2025 04:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah Iqbal, anak kuli bangunan lolos kedokteran Universitas Indonesia.

Ia ternyata memiliki kebiasaan unik yakni bernazar puasa sunnah Daud.

Bahkan belajar menjadi gaya hidupnya sejak kecil. 

Iqbal Rasyid Achmad Faqih mendadak menjadi sorotan publik setelah kisahnya viral di media sosial.

Ia dikenal sebagai anak dari seorang kuli bangunan yang berhasil lolos seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), salah satu program studi paling bergengsi di tanah air.

Puncak perhatian publik terjadi ketika Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI, Dwiana Ocviyanti, datang langsung ke rumah Iqbal di Kelurahan Kebun Geran, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, pada Selasa (17/6/2025).

Kedatangan beliau diabadikan dalam sebuah video yang kemudian dibagikan ke media sosial, salah satunya oleh akun Facebook Imam Santoso.

Postingan tersebut telah dibagikan lebih dari 1.100 kali dan ditonton lebih dari 15 ribu orang.

Setelah ditelusuri, Iqbal merupakan alumni MAN Insan Cendekia (IC) Kabupaten Bengkulu Tengah.

Ia adalah anak kedua dari pasangan Agus Hermanto (54) dan Suhaima (52).

Lantas, bagaimana kisah perjuangan Iqbal, siswa berprestasi dari MAN IC Bengkulu Tengah yang kini resmi menjadi mahasiswa FK UI?

MASUK KEDOKTERAN UI - Iqbal Rasyid Achmad Faqih, lulusan MAN Insan Cendekia di Bengkulu Tengah itu diterima masuk Fakultas Kedokteran UI lewat jalur seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) 2025.  Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI Prof Dwiana Ocviyanti sampai sambangi rumahnya.
MASUK KEDOKTERAN UI - Iqbal Rasyid Achmad Faqih, lulusan MAN Insan Cendekia di Bengkulu Tengah itu diterima masuk Fakultas Kedokteran UI lewat jalur seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) 2025. Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI Prof Dwiana Ocviyanti sampai sambangi rumahnya. (Instagram @santosoim)

Bersaing dengan Ribuan Peserta

Lulus melalui jalur tes, Iqbal mengaku perjuangannya menembus Fakultas Kedokteran UI tidaklah mudah.

Ia harus bersaing dengan lebih dari 3.000 peserta lainnya.

Sadar bahwa targetnya bukan main-main, Iqbal menyiapkan diri jauh-jauh hari sebelum ujian.

Langkah pertamanya adalah mencari tahu nilai ambang batas (passing grade) untuk program studi impiannya itu.

Iqbal membeli kumpulan soal secara daring, rutin mengikuti try out dan mengevaluasi hasilnya.

Ia juga mempelajari pola soal-soal dari tahun-tahun sebelumnya agar lebih siap.

"Selain itu juga saya siapkan materi, lihat soal-soal tahun kemarin, tidak lupa salat, berdoa, baru kemudian tes," kata Iqbal.

Ujian dilaksanakan secara daring di Universitas Bengkulu (Unib).

Namun saat itu, Iqbal dalam kondisi kurang fit.

Ia bahkan tidak sempat sarapan karena takut sakit perut di tengah ujian.

Akibatnya, saat ujian berlangsung hingga siang hari, ia merasa lapar dan kehilangan konsentrasi.

"Karena takut sakit perut makanya saya tidak sarapan, tapi saat di penghujung waktu itu saya merasa lapar sehingga membuat kurang fokus," ujarnya.

Meski sempat pesimis, Iqbal tetap lulus.

Ia meraih skor 757—hanya sedikit di atas nilai ambang batas kelulusan, yaitu 750.

Kelulusan itu menjadi awal dari langkah besarnya menuju cita-cita masa kecilnya.

Dari Rumah Sederhana

Di sebuah rumah kecil beratap seng di ujung gang sempit, Iqbal tinggal bersama keluarganya.

Saat ditemui Tribun Bengkulu, Agus, ayah Iqbal, baru saja pulang bekerja.

Bajunya masih lusuh, tangan berdebu, dan aroma keringat masih menempel di tubuhnya.

Ia menyambut tamu dengan senyum lelah, namun penuh kebanggaan.

Di dalam rumah, Suhaima baru selesai salat Ashar, masih mengenakan mukena.

Sehari-hari, ia mengurus rumah dan mengajar mengaji anak-anak tetangga.

Di sudut ruangan, seorang nenek duduk tenang di kursi roda.

Mereka tinggal berempat: ayah, ibu, Iqbal, dan nenek dari pihak ibu.

Tidak ada metode pengasuhan modern, tidak pula ada bimbingan belajar mahal.

Namun satu pesan selalu disampaikan Suhaima kepada anaknya.

“Ke mana pun Iqbal, saya selalu ingatkan untuk tidak pernah meninggalkan salat, termasuk saat dia di MAN IC,” ujarnya.

ANAK KULI LOLOS UI - Iqbal Rasyid saat ditemui TribunBengkulu.com di rumahnya Kamis (19/6/2025). Iqbal merupakan anak kuli bangunan yang lulus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dan sempat didatangi langsung oleh Wakil Dekan FK UI.
ANAK KULI LOLOS UI - Iqbal Rasyid saat ditemui TribunBengkulu.com di rumahnya Kamis (19/6/2025). Iqbal merupakan anak kuli bangunan yang lulus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dan sempat didatangi langsung oleh Wakil Dekan FK UI. (Tribun Bengkulu/Beta Misutra)

Penuh Rasa Ingin Tahu Sejak Kecil

Sebelum masuk TK, bahkan sebelum berusia lima tahun, Iqbal sudah bisa membaca dan mengaji.

Ibunya mengajarkan huruf demi huruf, ayat demi ayat, dengan penuh kesabaran.

Buku pertamanya bukan dongeng asing, melainkan kisah-kisah teladan para nabi.

“Cara-cara khusus itu nggak juga,” ucap Suhaima, merendah.

“Cuma anak ini memang daya ingin tahunya itu tinggi, dan dari kecil dia memang suka baca.”

Iqbal gemar membaca buku milik kakaknya yang kala itu duduk di bangku SMP.

Ia tak ragu membuka lembaran yang belum diajarkan di sekolah.

Peta-peta dunia, nama negara, dan luas wilayah menjadi bagian dari “permainan” pikirannya sejak dini.

Iqbal dikenal sebagai anak yang supel, sopan, dan rendah hati.

Setiap bertemu orang yang lebih tua, ia selalu mencium tangan.

Cara bicaranya rapi dan menyenangkan. 

Ada ketulusan yang tidak dibuat-buat.

Ia menempuh pendidikan di MAN Insan Cendekia (IC) Bengkulu Tengah, sekolah unggulan berbasis akademik dan keislaman.

Di sana, karakter dan kecerdasannya semakin terasah.

Orang-orang di sekelilingnya ikut terkejut saat mengetahui Iqbal lolos seleksi FK UI.

Belajar Jadi Gaya Hidup

Bagi Iqbal, belajar bukan sekadar kewajiban, melainkan gaya hidup.

Ia sering mengajak teman-temannya belajar bersama di rumah, bahkan hingga menginap.

"Kadang sama teman-temannya ngerjain soal sampai nginap," kata Suhaima.

Mereka bergantian belajar, kadang di rumah Iqbal, kadang di rumah teman.

Iqbal juga tetap menjaga akhlak dan ibadah sejak kecil.

“Anaknya sopan, kalau mau ke mana-mana selalu pamit. Saya selalu ingatkan, di mana pun berada jangan lupa salat,” ujar Suhaima.

Nazar dan Puasa Daud

Ada kebiasaan unik yang dilakukan Iqbal sejak SMP.

Setiap punya target besar, ia akan bernazar puasa sunnah jika berhasil mencapainya.

Termasuk saat seleksi masuk FK UI, ia kembali bernazar.

Setelah pengumuman kelulusan keluar, Iqbal segera menunaikan nazarnya: puasa Daud selama dua minggu berturut-turut.

"Ini Iqbal baru selesai membayar nazarnya," kata Suhaima.

Perjalanan Iqbal ke Fakultas Kedokteran UI bukan sekadar pencapaian akademik.

Ia adalah simbol dari harapan yang lahir dari lorong-lorong sempit bernama keterbatasan.

Di rumah kecil dengan atap seng dan lantai semen yang mulai retak itu, harapan besar telah tumbuh.

Bukan hanya untuk keluarga Iqbal, tetapi untuk siapa pun yang percaya bahwa kemiskinan bisa dikalahkan oleh ilmu dan ketekunan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.