IHSG Diproyeksi Merah karena AS Serang Iran, Saham Energi Bakal Jadi Primadona
kumparanBISNIS June 22, 2025 06:20 PM
Eskalasi konflik Israel dan Iran yang kemudian melibatkan Amerika Serikat (AS) berpotensi menekan pasar keuangan global, salah satunya pasar saham di Indonesia.
AS secara resmi ikut menyerang Iran bersama Israel pada Sabtu (21/6) waktu setempat. Presiden AS Donald Trump mengumumkan di situs media sosial Truth Social bahwa AS telah menyerang fasilitas nuklir di Iran.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada pembukaan perdagangan besok, Senin (23/6), di tengah konflik di Timur Tengah yang memanas.
Felix menjelaskan, konflik Timur Tengah terbaru khususnya setelah keterlibatan AS dalam serangan terhadap Iran, menjadi sentimen negatif yang kuat untuk pasar global, termasuk Indonesia.
"Secara umum, IHSG berpotensi melemah pada pembukaan perdagangan besok, karena pasar akan mencermati potensi lanjutan dari konflik tersebut, terutama dampaknya ke harga minyak, stabilitas kawasan, serta respons geopolitik negara-negara besar lainnya," jelasnya saat dihubungi kumparan, Minggu (22/6).
Dia memprediksi level support psikologis penting IHSG berada di 7.150 dan 7.100, dengan resistance sementara di area 7.250–7.300. Jika ketegangan terus memanas dan membuat arus keluar dana asing berlanjut, kata dia, tekanan bisa lebih dalam.
"Di sisi lain, kalau pasar melihat konflik ini cepat mereda dan tidak mengganggu suplai energi global secara langsung, tekanan bisa sedikit terbatas," imbuh Felix.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (20/6), IHSG berada di zona merah, ditutup turun 61,501 poin (0,88 persen) ke posisi 6.907,138.
Kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasok energi dan lonjakan harga minyak mentah, menurut Felix, bisa membuat pelaku pasar lebih defensif dan menahan diri dari aksi beli di aset berisiko.
Tim penyelamat dan keamanan bekerja di lokasi bangunan yang hancur setelah serangan rudal dari Iran di Tel Aviv, Israel, Minggu (22/6/2025). Foto: Tomer Appelbaum/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat dan keamanan bekerja di lokasi bangunan yang hancur setelah serangan rudal dari Iran di Tel Aviv, Israel, Minggu (22/6/2025). Foto: Tomer Appelbaum/REUTERS
Secara historis, dia melihat bahwa eskalasi konflik seperti perang Iran dan Israel ini biasanya mendorong kegiatan 'flight to safety', di mana dana investor cenderung keluar dari pasar saham dan beralih ke aset safe haven seperti emas dan dolar AS.
Dengan begitu, dia memprediksi saham-saham komoditas energi baik itu di sektor migas maupun pertambangan akan menjadi primadona karena naiknya harga komoditas akibat konflik geopolitik.
"Maka dari itu, sektor komoditas terutama energi seperti MEDC, ELSA, dan lain-lain, serta logam mulia seperti ANTM, MDKA, dan lainnya, mungkin akan mendapat sedikit angin positif dari sisi harga komoditas, meski tetap dibayangi oleh tekanan market secara keseluruhan," ungkap Felix.
Felix menyarankan agar investor tetap wait and see, sambil mencermati perkembangan lanjutan dari respons negara-negara Timur Tengah serta pernyataan resmi dari AS dan sekutunya. "Strategi defensif dan selektif terhadap saham yang berorientasi pada ekspor atau punya kinerja solid di tengah ketidakpastian bisa dipertimbangkan dalam jangka pendek," tuturnya.
Potensi Aksi Jual
Sementara itu, Ekonom Global Markets dari Bank Maybank, Myrdal Gunarto, menyebutkan sejauh ini konflik di Iran berdampak negatif, terlihat dari indikator dari pasar keuangan yang merespons negatif seperti volatility index hingga harga minyak mentah yang cenderung naik.
"Ada kemungkinan saya melihat investor mengambil langkah aman dengan lakukan aksi jual di pasar emerging market seperti Indonesia, dan kemungkinan juga mereka juga pasti pindahkan aset ke kategori safe haven seperti emas," jelasnya.
Dengan demikian, Myrdal memprediksi IHSG akan terkoreksi, meskipun dia menilai koreksi tersebut masih akan terbatas sebab para investor menunggu kelanjutan dari eskalasi konflik di Iran.
"Saya melihat untuk besok IHSG pasti kemungkinan akan koreksi. Tapi koreksinya juga kelihatannya sih enggak banyak, masih relatif tipis," ungkap Myrdal.
Selain itu, Myrdal juga memproyeksikan saham-saham di sektor energi memiliki prospek yang bagus ke depannya. Para investor, kata dia, cenderung akan memindahkan portofolionya dari sektor perbankan hingga retail ke energi maupun CPO.
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
"Entah itu energi seperti minyak, batu bara lalu juga termasuk produk mineral ya, Antam nih kayaknya menarik juga, terus juga komoditas CPO kelihatan sahamnya juga bakal menarik besok," tutur Myrdal.
Dia juga melihat bahwa para investor masih akan menunggu kelanjutan konflik di Timur Tengah dan seberapa luas pihak yang terlibat dan dampaknya kepada perekonomian.
"Kalau hanya melibatkan Iran Israel, Amerika tanpa ada melibatkan pihak lain, misalkan China Atau Rusia, ya kelihatannya sih terbatas. Walaupun ya ada kenaikan harga minyak, tapi sementara saja," pungkas Myrdal.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.