Militer Israel Bersumpah Terus Beroperasi di Dalam Iran, Teheran: AS Tunduk pada Agenda Netanyahu
Hasiolan Eko P Gultom June 22, 2025 09:32 PM

Militer Israel Berjanji Terus Beroperasi di Dalam Iran, Teheran: AS Tunduk pada Agenda Netanyahu

 

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel (IDF), Minggu (22/6/2026) mengumumkan kalau mereka akan melanjutkan operasi militernya di dalam wilayah Iran.

Pengumuman Israel ini sekaligus mengonfirmasi kalau masih ada "target tambahan" di Iran yang belum diselesaikan. 

Tindakan ini, kata pernyataan IDF, dilakukan dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat.

Dalam konferensi pers, juru bicara tentara Israel, Evy Deferin mengatakan:

"Kami memiliki target lain, dan kami akan terus bekerja hingga kami mencapainya," mengacu pada serangan yang sedang berlangsung di wilayah Iran.

Militer Israel juga mengonfirmasi bahwa serangan udara AS baru-baru ini yang menargetkan fasilitas nuklir Iran dilakukan dengan koordinasi penuh dengan pasukan Israel.

Juru bicara IDF itu menggambarkan operasi tersebut sebagai bagian dari upaya untuk "menghilangkan ancaman eksistensial". 

Deferin menambahkan, pasukan Israel telah melakukan beberapa serangan terhadap fasilitas nuklir Isfahan dan mencegat sebagian besar rudal yang diluncurkan oleh Iran pada Minggu pagi.

Ia menekankan kalau militer Israel  "siap dan siaga untuk menghadapi setiap perkembangan dan memenuhi tujuan penuhnya."

SERANGAN AS - Asap hitam mengepul dari lokasi di sebuah fasilitas pengayaan nuklir Iran setelah diserangan pesawat tempur Amerika Serikat (AS), Minggu (22/6/2025) dini hari. Ini menjadi keterlibatan langsung AS dalam perang Iran melawan Israel.

Menlu Iran: Washington Tunduk pada Agenda Perang Netanyahu

Terkait situasi yang terjadi, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengeluarkan serangkaian pernyataan keras pada Minggu, menyusul serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

Araghchi menyebut serangan AS itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan provokasi berbahaya dengan konsekuensi yang luas.

Dalam komentar yang disiarkan di media pemerintah dan dibagikan secara luas secara daring, menteri luar negeri Iran mengutuk serangan tersebut.

"Kami mengutuk keras serangan AS terhadap fasilitas nuklir," katanya.

Dia menambahkan bahwa Iran "tidak akan pernah berkompromi terhadap kedaulatan dan kemerdekaan wilayah Iran serta rakyat Iran."

Ia juga mengatakan, "Pemerintah AS memikul tanggung jawab penuh atas konsekuensi berbahaya dari agresi ini."

Menteri luar negeri Iran juga menegaskan kalau serangan AS itu menargetkan fasilitas nuklir damai, non-senjata, yang menurutnya masih berada di bawah pengawasan badan internasional. 

"Tindakan militer terhadap fasilitas nuklir damai di Iran merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional," ia memperingatkan.

Iran, katanya, akan menanggapi dengan segala cara yang tersedia.

"Kami akan menggunakan segala cara yang mungkin dan diperlukan untuk menghadapi agresi Amerika dan Israel," katanya.

Selain itu, dia juga mengkritik Washington karena diduga tutnduk dan manut pada agenda Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Washington telah menyerah pada keinginan penjahat perang Netanyahu dalam memenuhi keinginan ekspansionisnya."

Mengacu pada Presiden AS Donald Trump, menteri tersebut mengatakan, "Trump tidak hanya menipu Iran, tetapi juga negaranya sendiri."

Iran Tak Lagi Mau Berunding dengan AS Soal Nuklir

Ia menegaskan bahwa Teheran masih memiliki semua opsi untuk melindungi dirinya sendiri.

"Kami masih memiliki semua opsi untuk mempertahankan keamanan, kepentingan, dan rakyat kami."

Meskipun terjadi eskalasi, ia menyatakan keterbukaan bersyarat terhadap diplomasi.

"Pintu menuju diplomasi harus tetap terbuka, tetapi kita harus menanggapinya berdasarkan hak kita yang sah untuk membela diri."

Namun, ia menepis seruan baru untuk perundingan, dengan mengatakan, "Tidak ada gunanya meminta Iran untuk kembali ke meja perundingan sekarang."

Menteri luar negeri Iran juga mendesak Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk secara resmi mengutuk serangan AS tersebut.

"Amerika Serikat telah menggagalkan negosiasi yang kami lakukan dengan negara-negara Eropa dan tidak menunjukkan rasa hormat terhadap hukum internasional apa pun," katanya

Ia menambahkan bahwa Iran menghadapi agresi dari negara-negara berkekuatan nuklir sementara Iran sendiri tetap menjadi negara non-nuklir.

"Iran diserang oleh negara-negara berkekuatan nuklir, sementara kami tidak memiliki senjata nuklir," katanya seraya menegaskan kembali komitmen Iran terhadap Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).

Namun, ia mempertanyakan efektivitasnya.

"Kami tetap berkomitmen pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, tetapi perjanjian ini tidak dapat lagi melindungi kami... NPT telah gagal melindungi kami."

Bakal Bertemu Rusia

Dalam catatan terakhirnya, menteri tersebut mengungkapkan rencana untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan menunjuk pada keselarasan strategis Teheran dengan Moskow.

"Saya akan bertemu dengan presiden Rusia besok, dan kami memiliki kemitraan strategis dengan Rusia," katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa Rusia dan Cina tengah berupaya untuk memperkenalkan resolusi di Dewan Keamanan PBB yang bertujuan menghentikan serangan terhadap Iran, meskipun ia mengakui, "situasinya kini telah berubah."

"Perilaku AS merupakan ancaman yang merusak perdamaian dan keamanan internasional," katanya.

 

(oln/rntv/*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.