Indeks Saham AS Diproyeksi Anjlok Besok Imbas Serangan ke Nuklir Iran
kumparanBISNIS June 23, 2025 06:40 AM
Para investor bersiap menghadapi aksi jual besar-besaran di pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, Senin besok setelah serangan AS terhadap Iran meningkatkan kemungkinan balasan dan harga minyak yang lebih tinggi.
Dikutip dari Reuters, Senin (23/6), situasi di Timur Tengah menjadi pusat perhatian pasar saat ini, karena investor menilai dampak keputusan mendadak Presiden Donald Trump bergabung dengan kampanye militer Israel melawan Iran terhadap sentimen, inflasi, dan suku bunga.
Kepala strategi pasar di Interactive Brokers di Connecticut, Steve Sosnick, mengatakan pasar saham pasti bereaksi negatif. Namun, seberapa besar reaksinya tergantung aksi balasan Iran dan harga minyak mentah.
"Yang sebenarnya kita lihat adalah efek sekunder, harga minyak, stabilitas pasar, kenaikan harga melalui ekonomi. Tidak ada saham penting global yang secara langsung terpengaruh oleh apa yang terjadi malam ini," jelasnya.
Indeks S&P 500 (.SPX) berada tepat di bawah titik tertingginya di Februari, telah pulih tajam dari aksi jual awal April, karena ketegangan terkait tarif telah mereda. Namun, indeks acuan AS tampaknya sedang beristirahat pada sekitar 2,7 persen di bawah titik tertinggi penutupannya di bulan Februari.
Indeks telah melewati 27 sesi perdagangan sejak berada dalam jarak 5 persen dari titik tertingginya di bulan Februari tetapi belum mencetak rekor baru.
Tim penyelamat bekerja di lokasi bangunan yang hancur setelah serangan rudal dari Iran di Haifa, Israel, Minggu (22/6/2025). Foto: Florion Goga/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat bekerja di lokasi bangunan yang hancur setelah serangan rudal dari Iran di Haifa, Israel, Minggu (22/6/2025). Foto: Florion Goga/REUTERS
Konflik Israel-Iran telah menyebabkan harga minyak naik tajam dan menyebabkan kehati-hatian di pasar. Sejauh ini, pasar minyak telah menyerap sebagian besar dampak dari gejolak geopolitik, dengan ekuitas yang relatif stabil.
Namun, investor saham tetap khawatir bahwa harga minyak yang lebih tinggi dapat memicu inflasi dan menggagalkan rencana pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pada Rabu, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil dan para pembuat kebijakan mengisyaratkan biaya pinjaman masih akan turun tahun ini. Namun, mereka memperkirakan laju keseluruhan pemangkasan suku bunga di masa mendatang akan lebih lambat daripada yang mereka lihat pada pertemuan bulan Maret.
Sementara para investor memperkirakan ketegangan di Timur Tengah akan memicu kegugupan jangka pendek di pasar saham dan beralihnya aset-aset yang lebih aman seperti dolar dan obligasi pemerintah, beberapa juga memperkirakan akan terjadi deeskalasi dalam situasi tersebut.
"Saya pikir ini akan sangat positif bagi pasar saham. Jadi ini akan meyakinkan, terutama karena tampaknya ini adalah situasi yang hanya terjadi sekali dan selesai, bukan seolah-olah (AS) sedang mencari konflik yang berlarut-larut," kata kepala investasi Siebert Financial, Mark Malek.
Investor juga akan mencermati serangkaian rilis data yang masuk, termasuk aktivitas bisnis AS dan penjualan perumahan pada hari Senin, angka keyakinan konsumen pada hari Selasa, dan Indeks Harga PCE pada Jumat.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.