Kelelawar dikenal sebagai hewan yang kerap membawa virus. Uniknya mereka tidak pernah sakit, bahkan dianggap kebal.
Pada 2023, Thomas Zwaka, peneliti dari Icahn School of Medicine mempelajari sel yang membuat kelelawar kebal dari virus. Temuan Zwaka cukup mengejutkan. Mereka menemukan banyak versi aktif serta beberapa protein.
"Sungguh mengejutkan berapa banyak urutan virus ini," kata Zwaka dalam situs Science pada 2023 silam.
Tambahnya, kelelawar juga tidak menahan perkembangan virus ini. Sebab, tubuh mereka bisa mengolah virus sebagai bentuk pertahanan diri dari virus lain.
Penelitian mengenai sistem imun kelelawar terus diperbarui. Baru-baru ini, penelitian dari University of Rochester menemukan kelelawar juga kebal terhadap kanker.
Beberapa spesies kelelawar memiliki umur yang sangat panjang untuk tubuh yang sangat kecil. Beberapa kelelawar dapat hidup hingga 40 tahun, hampir 10 kali lebih lama dari yang diperkirakan berdasarkan ukuran tubuh mereka.
Tubuh mungil itu juga mampu melawan kanker seiring bertambahnya usia. Sebuah studi baru menyelidiki bagaimana kelelawar tampaknya menghindari kanker yang menghambat rentang hidup mereka yang panjang.
Beberapa spesies kelelawar ditemukan memiliki banyak salinan gen penekan tumor yang dikenal yang disebut p53. Manusia hanya memiliki satu salinan.
Sementara hewan lain yang kebal kanker seperti gajah, memiliki hingga 20 salinan. Mutasi pada gen ini terkait dengan lebih dari setengah dari semua kanker pada manusia.
Namun, mekanisme yang terlalu agresif dalam membunuh sel jelas juga tidak diinginkan. Untungnya, kelelawar mengimbanginya dengan enzim yang terlalu aktif yang disebut telomerase, yang memungkinkan sel mereka terus berkembang biak.
Jika diisolasi, aktivitas telomerase yang terlalu banyak akan menyebabkan peningkatan risiko kanker, tetapi peningkatan aksi p53 mengatasinya. Ini adalah tindakan penyeimbangan yang luar biasa sulit.
Puncaknya adalah efisiensi ekstrem sistem kekebalan kelelawar, yang tampaknya mampu membunuh sel kanker jahat secara efektif.
Ilmuwan masih sulit untuk mengetahui seberapa banyak hal ini dapat bekerja pada manusia. Tetapi tim tersebut mengatakan bahwa penelitian tersebut mengonfirmasi peran p53 dalam pencegahan kanker, yang memberikan bobot pada banyak obat yang sedang dikembangkan yang menargetkan gen tersebut.