Gaikindo: Industri Otomotif Thailand dan Vietnam Juga Lesu
kumparanOTO June 23, 2025 07:40 AM
Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi menyebut kondisi industri otomotif yang tengah mengalami pelemahan tidak hanya terjadi di Tanah Air. Namun negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam juga merasakannya.
"Bahkan kalau kita lihat sebetulnya leader untuk market domestic dan produksi di Asia Tenggara itu sebetulnya produksinya ada di Thailand, nah mereka hancur lebih dalam daripada Indonesia," buka Nangoi di Jakarta pekan ini.
Pun Vietnam, diakuinya kondisi pasar negara di barat kawasan ASEAN itu juga sedang dalam keadaan tidak bagus. Menurut Nangoi, hanya Malaysia satu-satunya yang mampu meraih hasil positif, meski kenaikannya tidak terbilang banyak atau sekitar satu persen.
"Terus terang terlalu banyak faktor, yang saya sebut terlalu banyak faktor adalah kemarin Donald Trump bicara ABC, ini jadinya. Kemudian yang terjadi berikutnya, Pakistan dan India bersitegang. Nah ini terlalu dekat nih dengan Asia Tenggara, sekarang Timur Tengah ada Israel dengan Hamas mulai agak sedikit mereda, eh Iran malah lebih gede lagi," terangnya.
Wakil Presiden (Wapres) ke-13, Ma'ruf Amin meninjau Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 didampingi Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi (batik hijau) di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (18/7). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden (Wapres) ke-13, Ma'ruf Amin meninjau Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 didampingi Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi (batik hijau) di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (18/7). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dirinya menambahkan, pengaruh lainnya datang dari manuver kondisi geopolitik seperti kelompok negara G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis condong berpihak ke Israel. Sementara China dan Rusia ke arah Iran.
"Jadi kita masih perlu tahu mudah-mudahan tidak (terjadi) perang yang lebih besar. Karena kalau sampai terjadi perang, itu bisa-bisa perang dunia ke-3 meletus. Kalau itu terjadi, ya selesai lah (kondisi ekonomi) sebetulnya," jelas Nangoi.
Hubungannya tentu saja berpengaruh pada perekonomian global yang sedang tidak stabil. Menurunnya daya beli yang terus berlanjut sejak beberapa waktu terakhir membuat performa industri otomotif, baik di dalam negeri maupun secara global, ikut terdampak.
Tekanan itu juga tercermin dari data penjualan yang dirilis Gaikindo. Secara wholesales (dari pabrik ke diler), penjualan pada Mei 2025 tercatat hanya 60.613 unit. Angka itu turun 15,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 71.391 unit.
Sejumlah host live streaming melakukan penjualan kendaraan secara live pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE-BSD City, Tangerang, Rabu (17/7). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah host live streaming melakukan penjualan kendaraan secara live pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE-BSD City, Tangerang, Rabu (17/7). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Tren serupa juga terlihat di segmen retail (penyaluran dari diler ke konsumen). Penjualannya hanya menyentuh 61.339 unit alias melandai 15,1 persen secara tahunan atau year-on-year.
Menghadapi situasi ini, Gaikindo berupaya mendorong pemulihan industri otomotif lewat penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang akan digelar pada 24 Juli hingga 3 Agustus mendatang di ICE BSD, Tangerang.
Walaupun situasi industri saat ini menghadapi rintangan dan tantangan, Nangoi optimistis bahwa antusiasme dari peserta pameran tetap tinggi. Terlebih, GIIAS jadi salah satu cara untuk menumbuhkan pasar otomotif di dalam negeri.
“Lebih dari 60 peserta, kalau tidak salah ada 63. Komersial ada 43 merek mobil, 4 karoseri besar, sepeda motor ada 16 merek. Dan ini juga menjadikan pameran terbesar dan terlengkap di luar China,” tegasnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.