TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron angkat suara menanggapi serangan Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat yang terletak di wilayah Qatar.

Dalam pernyataan, Macron menyampaikan solidaritas penuh kepada Qatar dan mendesak seluruh pihak untuk menahan diri serta kembali ke jalur diplomasi.

“Saya menyatakan solidaritas Prancis kepada Qatar, yang telah menjadi sasaran serangan dari Iran di wilayahnya,” tulis Macron melalui akun media sosial resminya, Selasa (24/6/2025).

Lebih lanjut, Macron menyatakan bahwa dirinya telah melakukan komunikasi intensif dengan otoritas Qatar serta mitra-mitra strategis di kawasan menyusul ketegangan yang meningkat.

"Saya tengah menjalin kontak erat dengan pihak berwenang Qatar dan para mitra kami di kawasan," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa spiral kekacauan di kawasan Timur Tengah harus segera diakhiri.

Macron menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menurunkan eskalasi, dan kembali ke meja perundingan.

"Saya menyerukan semua pihak untuk menunjukkan pengendalian diri secara maksimal, menurunkan ketegangan, dan kembali ke jalur diplomasi. Lingkaran kekacauan ini harus diakhiri,” tegas Macron.

Pernyataan ini muncul tak lama setelah Iran dilaporkan meluncurkan rudal ke arah pangkalan militer AS di Al Udeid Air Base, Qatar.

Diketahui, Al Udeid merupakan pangkalan militer terbesar Amerika di kawasan Teluk.

Serangan tersebut memicu kekhawatiran baru di antara negara-negara Barat mengenai potensi konflik terbuka antara Iran, Israel, dan sekutu-sekutunya.

Kementerian Pertahanan Qatar memastikan sistem pertahanan udara negara menangkal serangan rudal Iran dan tak ada korban jiwa maupun luka-luka akibat serangan tersebut. 

Kementerian juga menegaskan wilayah udara dan teritorial Negara Qatar dalam kondisi aman, dan Angkatan Bersenjata Qatar selalu dalam kesiapsiagaan tinggi untuk menghadapi setiap ancaman.

Masyarakat Qatar diimbau untuk tetap tenang dan terus mengikuti perkembangan informasi resmi dari otoritas terkait.

Serangan rudal Iran terhadap pangkalan militer AS sebagai bagian dari rangkaian ketegangan regional yang meningkat setelah serangan balasan Iran terhadap Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan.