TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump buka suara terkait serangan rudal Iran ke pangkalan udara negaranya yaitu Al Udeid yang berada di ibu kota Qatar, Doha, pada Senin (23/6/2025).
Trump justru berterima kasih kepada Iran lantaran serangan tersebut menjadi 'pemberitahuan awal'.
Bahkan, dia juga mendorong Iran terkait perdamaian di kawasan Timur Tengah setelah eskalasi konflik dengan Israel semakin memuncak.
Trump turut mengungkapkan juga akan mendorong Israel agar perdamaian terealisasi.
"Saya ingin berterima kasih kepada Iran karena telah memberi kami pemberitahuan lebih awal, yang memungkinkan tidak ada nyawa yang melayang, dan tidak ada yang terluka."
"Mungkin Iran sekarang dapat melanjutkan perdamaian dan keharmonisan di kawasan ini, dan saya akan dengan antusias mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama," katanya dalam sebuah unggahan di Truth Social, Selasa (24/6/2025).
Trump juga menegaskan pihaknya tidak melakukan serangan balik ke Iran setelah negara pimpinan Ayatollah Ali Khamenei itu menyerang Al Udeid.
"Saya senang melaporkan bahwa tidak ada orang Amerika yang terluka, dan hampir tidak ada kerusakan yang terjadi. Yang paling penting, mereka telah mengeluarkan semuanya dari ‘sistem’ mereka, dan mudah-mudahan tidak akan ada lagi kebencian," kata Trump.
Sebelumnya, sikap serupa juga sempat disampaikan Trump usai AS menyerang tiga fasilitas nuklir milik Iran pada Minggu (22/6/2025).
Menurut pejabat AS dikutip dari laporan Axios, Trump telah menghubungi Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, sesaat setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran.
"Presiden tidak ingin melanjutkan serangan. Dia siap jika Iran melakukan serangan balasan, tetapi ia sudah menyampaikan kepada Netanyahu bahwa ia menginginkan perdamaian," kata pejabat tersebut.
Pejabat Israel pun mengonfirmasi sikap 'melunak' dari Trump tersebut. Namun, pejabat itu menegaskan, AS tidak keberatan jika Israel melakukan serangan kembali ke Iran.
"Amerika sudah menyampaikan dengan jelas bahwa mereka ingin mengakhiri putaran ini. Mereka tidak keberatan jika kami melanjutkan serangan, tapi untuk mereka, sudah cukup," kata pejabat tersebut.
Di sisi lain, wanti-wanti Trump soal perdamaian kepada Iran juga sempat disampaikannya sehari sebelum serangan AS ke fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025).
Trump juga mengancam Iran jika tidak ingin berdamai, maka serangan lanjutan akan dilancarkan.
“Iran, pengganggu Timur Tengah, sekarang harus berdamai. Jika tidak, serangan berikutnya akan jauh lebih besar dan lebih mudah,” kata Trump.
“Ini tidak dapat terus berlanjut. Akan ada perdamaian atau tragedi bagi Iran, jauh lebih besar daripada yang telah kami saksikan selama delapan hari terakhir. Ingat, masih banyak target yang tersisa," sambungnya, dikutip dari Aljazeera.
Tanggapan Khamenei dan IRGC soal Serangan Iran ke Pangkalan AS di Qatar
Serangan Iran ke pangkalan udara AS di Qatar pun telah dikomentari oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam pernyataan resminya, Khamenei menegaskan serangan tersebut menjadi wujud bahwa Iran tidak menyerah terhadap agresi apapun.
Selain itu, Khamenei juga menegaskan Iran tidak menerima menjadi target negara manapun.
"Kami tidak akan menyerah pada agresi apapun. Ini adalah logika di balik bangsa Iran," katanya dikutip dari cuitannya di akun X pribadinya.
Terpisah, Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menegaskan serangan ke Al Udeid menjadi wujud bahwa pangkalan dan aset militer AS di Timur Tengah justru menjadi sebuah titik lemah alih-alih kekuatan.
"Agresi musuh Amerika sekali lagi mengungkap bahwa kejahatan Zionis adalah kelanjutan dari skema AS."
"Oleh karena itu, kami menekankan bahwa dalam pertahanan nasional ini, pangkalan AS dan aset militer bergerak di wilayah tersebut bukanlah titik kekuatan, melainkan kerentanan utama dan kelemahan utama dari rezim yang suka memanas-manasi ini," kata IRGC.
IRGC juga mewanti-wanti jika serangan terus dilancarkan ke Iran, maka militer AS di Timur Tengah bakal runtuh. Selain itu, serangan ini juga menjadi awal untuk penghapusan negara Zionis.
“Tekad angkatan bersenjata kami yang kuat dan populer sedemikian rupa sehingga setiap pengulangan tindakan permusuhan akan mempercepat runtuhnya struktur militer AS di kawasan ini, mengarah pada mundurnya mereka secara memalukan dari Asia Barat, dan berkontribusi pada realisasi aspirasi bersama umat Islam dan bangsa-bangsa yang mencari kebebasan di seluruh dunia: penghapusan rezim kanker Zionis," sambungnya.
(Yohanes Liestyo Poerwoto)