TRIBUNNEWS.COM - Khutbah Jumat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah shalat Jumat.
Bukan hanya formalitas sebelum pelaksanaan shalat, khutbah Jumat memiliki nilai ibadah yang tinggi dan diatur dengan syariat yang ketat.
Salah satu syarat sahnya shalat Jumat adalah terpenuhinya rukun-rukun khutbah Jumat yang dibacakan oleh khatib.
Berikut lima rukun khutbah Jumat yang wajib dipenuhi agar shalat Jumat dianggap sah menurut syariat Islam, dikutip dari Universitas Islam An Nur Lampung:
Rukun pertama adalah membaca kalimat hamdalah atau pujian kepada Allah SWT.
Kalimat seperti "Alhamdulillah" harus dibaca di kedua khutbah, baik khutbah pertama maupun khutbah kedua.
Tidak sah jika hanya dibaca pada salah satunya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan rasa syukur dan pujian kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
Khatib juga wajib membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW di kedua khutbah. Sholawat ini tidak boleh diganti dengan ucapan lain yang tidak mengandung makna pujian langsung.
Contoh yang sesuai adalah “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”.
Ini menjadi bentuk penghormatan kepada Rasulullah sebagai pembawa risalah Islam.
Rukun ketiga adalah menyampaikan wasiat takwa kepada jamaah.
Wasiat ini berisi ajakan untuk bertakwa, menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya.
Bentuknya bisa berupa kalimat nasihat atau pengingat spiritual agar jamaah memperbaiki diri dan meningkatkan iman.
Khatib juga wajib membaca minimal satu ayat Al-Quran yang maknanya jelas.
Ayat ini sebaiknya berisi pesan yang mengandung hikmah, janji Allah, peringatan, atau ajakan kepada kebaikan.
Pembacaan ayat lebih dianjurkan pada khutbah pertama dan harus diambil dari ayat yang utuh, bukan potongan yang membingungkan.
Pada khutbah kedua, khatib wajib menutup khutbah dengan doa untuk kaum Muslimin. Doa ini mencakup permohonan ampunan, keselamatan dari siksa, dan keberkahan hidup.
Contoh doa yang umum dibaca adalah “Allahumma ighfir lil Muslimin wal Muslimat” (Ya Allah, ampunilah kaum Muslimin dan Muslimat).
Doa ini harus mencakup kebaikan akhirat, bukan semata-mata urusan dunia.
(Widya)