SURYA.CO.ID, SURABAYA - Antusiasme para perempuan di Surabaya untuk mengikuti deteksi dini (screening) kanker leher rahim (ca serviks) cukup tinggi.
Bahkan, mereka tak ragu untuk menggunakan alat screening secara mandiri (self sampling) pada pemeriksaan berbasis HPV DNA dengan pendekatan hub‑and‑spoke tersebut.
Hal ini di antaranya terlihat pada kegiatan screening kanker serviks di Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya, Selasa (24/6/2025).
Dengan panduan Kader Surabaya Hebat (KSH) dan para tenaga kesehatan, target sasaran screening bersedia mengikuti berbagai tahapan pemeriksaan.
Di antaranya adalah Sukantiani. Perempuan 48 tahun tersebut mengaku tertarik mengikuti screening untuk mengetahui kondisi kesehatannya.
"Sebenarnya nggak ada keluhan bagaimana-bagaimana. Jadi cuma pengin tahu saja," kata Sukantiani ketika dikonfirmasi di sela pemeriksaan tersebut.
Perempuan warga Kelurahan Manukan Kulon tersebut, bahkan tidak ragu menggunakan alat self sampling.
Dengan pendampingan dari tenaga kesehatan setempat, dirinya mengaku tak kesulitan.
"Nyaman dan nggak ada rasa sakit. Ini tes mandiri pertama yang saya lakukan dan cenderung nggak ada kesulitan. Diberikan penjelasan singkat oleh nakes, langsung bisa," ujar Sukantiani.
Deteksi dini tersebut, merupakan upaya penting untuk mencegah dampak lebih berat dari kanker leher rahim. Mengingat, kanker serviks adalah penyebab utama kedua untuk kanker pada wanita di Indonesia, setelah kanker payudara (ca mamae).
Selama ini, dari total wanita yang terdiagnosis kanker ini, mayoritas di antaranya (70 persen) baru diketahui setelah berada pada stadium lanjut dari penyakit ini.
Karenanya, screening ini diharapkan dapat mengetahui lebih awal kondisi pasien, sekaligus memberikan tindakan secara lebih cepat dengan Termal Ablasi.
Terpilih menjalankan program tersebut, Kota Surabaya menjadi percontohan nasional dalam deteksi dini (screening) kanker leher rahim (serviks).
Menggunakan metode pengambilan sampel secara mandiri (self-sampling), screening tersebut dinilai lebih nyaman bagi perempuan.
Dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, proyek percontohan skrining kanker leher rahim berbasis HPV DNA dengan pendekatan hub‑and‑spoke juga bekerja sama dengan Roche Indonesia, Bio Farma dan Jhpiego.
Surabaya dan Sidoarjo dipilih sebagai representasi kota dan kabupaten.
Kepala Puskesmas Manukan Kulon, dr Lolita Riamawati, menjelaskan bahwa hingga saat ini screening tersebut telah menyasar 2.882 perempuan.
Ditargetkan, kegiatan kesehatan ini bisa menyentuh 5.500 perempuan di Manukan Kulon.
"Kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai sini, tapi ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan," ucap dr Lolita yang turut memandu jalannya screening tersebut.
Menurut dr Lolita, screening dengan self sampling turut meningkatkan antusias para perempuan mengikuti program tersebut.
"Pertama kali sebagian dari mereka nggak paham. Tetapi, dengan cara pemberian sosialisasi dan edukasi, mereka menjadi paham," jelasnya.
"Ada yang awalnya untuk cek itu takut akan hasilnya (menjadi positif), takut nanti sakit, malu juga karena dilihat orang, kayak begitu. Tapi, setelah kami berikan informasi bahwa ini prosesnya kayak begini, ternyata ini enggak dilihat orang, karena mereka bisa melakukan sendiri, mereka lebih berani. Nah dengan melakukan sendiri ini mereka lebih nyaman, lebih privasi, istilahnya untuk dia sendiri dan tidak malu lagi," imbuh dr Lolita.
Stigma negatif terkait screening saat ini telah hilang di masyarakat. Pihaknya pun optimis untuk mencapai target pemenuhan screening sebanyak 5.500 orang di Surabaya.
"Jadi kami tetap melibatkan peran serta dari tokoh masyarakat, terutama Kader Surabaya Hebat (KSH) sebagai kader di lapangan. Kemudian, dukungan dari lurah, RT, RW dan tokoh masyarakat lainnya. Sebab, kami tidak bisa hanya melibatkan satu tokoh di dalam kegiatan ini," tandasnya.
PT Roche Indonesia siap mendukung target pemerintah menuju 75 persen, dari semua perempuan berusia antara 30 dan 69 tahun melakukan skrining dengan tes DNA HPV.
Sebagai industri kesehatan yang bergerak di bidang farmasi dan diagnostik (in-vitro diagnostics), Roche Indonesia berperan aktif dalam menyediakan obat-obatan farmasi inovatif, serta mengembangkan tes diagnostik untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit menular, diabetes dan kanker.
Sebelum program tersebut dilaksanakan, pihak Roche Indonesia juga melakukan sosialisasi secara masif terlebih dahulu.
"Sebelum program ini dilakukan sejak April, kami melakukan sosialisasi sejak Januari, dengan menggandeng berbagai pihak. Sehingga, masing-masing pihak memiliki peran secara sistematis," kata Head of Government Affairs and Market Access PT Roche Indonesia, Mita Rosalina dikonfirmasi di Surabaya.
Memastikan kenyamanan target screening, kecepatan pemeriksaan dan akurasi hasil, Roche Indonesia turut menyediakan instrumen cobas 5800 lengkap dan kit (alat) tes self-sampling HPV DNA. Metode pemeriksaan dini infeksi HPV (penyebab utama kanker serviks) ini dilakukan sendiri oleh perempuan, tanpa perlu dilakukan langsung oleh tenaga kesehatan.
Sehingga, dengan lebih nyaman dan privat akan meningkatkan minat dan partisipasi wanita, khususnya yang merasa malu untuk screening.
Tak hanya itu, juga mudah dilakukan dan telah sesuai standar WHO dengan efikasi tinggi.
"Dengan tingginya animo masyarakat, kami masih optimistis target 5.500 tersebut tercapai. Program ini penting menuju target nasional yang telah dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan sebelumnya," tandasnya.