Ancaman Terakhir Netanyahu: Israel Tak Segan Bakal Serang Iran jika Coba Bangun Program Nuklir Lagi
timtribunsolo June 25, 2025 04:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengancam Iran akan menyerang negara tersebut bila mencoba membangun program nuklir lagi, Selasa (24/6/2025).

Pernyataan Benjamin Netanyahu ini muncul gencatan senjata berlangsung beberapa jam.

Netanyahu tak segan-segan akan memperbarui permusuhan dengan Iran bila masih nekat membangun program nuklirnya.

"Israel akan bertindak dengan tekad yang sama jika Iran mencoba memulihkan program nuklirnya setelah kerusakan yang dialami fasilitasnya akibat serangan AS dan Israel," kata Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah mengumumkan berakhirnya perang 12 hari dengan Israel pada Rabu (25/6/2025).

Pezeshkian mengatakan, ia mengumumkan berakhirnya perang dengan Israel ini setelah tercapainya gencatan senjata.

"Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kita yang hebat, yang tekadnya membuat sejarah," kata Pezeshkian, dikutip dari IRNA.

"Kita menyaksikan tercapainya gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel," lanjutnya.

Pezeshkian mengatakan Israel telah dijatuhi "hukuman berat dan bersejarah" karena setuju menghentikan kampanye militernya.

Perang ini berakhir berkat kemauan dan kekuatan bangsa Iran yang besar," imbuhnya.

Setelah pengumuman berakhirnya perang, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan negaranya akan “menghormati” gencatan senjata dengan Iran.

"Saya tegaskan bahwa Israel akan menghormati gencatan senjata – selama pihak lain juga menghormatinya," kata Katz setelah menelepon Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, dikutip dari Al Jazeera.

Dalam sebuah posting di X, Katz mengatakan dia berterima kasih kepada AS atas "keputusan berani Presiden AS Donald Trump untuk bertindak bersama Israel melawan ancaman nuklir Iran".

"Hegseth memuji Israel dan (militer) atas pencapaian bersejarah yang dibuat," tambahnya.

Katz mengatakan keduanya juga “sepakat untuk memperdalam kerja sama keamanan AS-Israel yang erat”, menandakan keselarasan yang berkelanjutan antara sekutu setelah konflik 12 hari.

Israel Malu Ditegur Trump

Para pemimpin Israel "terkejut" dan "malu" dengan teguran keras Donald Trump terhadap Iran dan Israel.

"Mereka terkejut bahwa dia pergi dan melakukan semua itu di depan umum dan pada dasarnya menyerang mereka dengan sangat cepat," kata salah seorang sumber yang mengetahui diskusi tersebut, dikutip dari NBC News.

"Mereka baru saja mengakhiri perang ini dengan gembira dan kemudian ini semacam ... nick kecil," lanjutnya.

Orang tersebut memverifikasi penceritaan ulang peristiwa tersebut oleh Trump: Presiden mengatakan dia secara pribadi menghubungi Israel untuk mencegah mereka menyerang balik Iran.

Namun, meskipun gencatan senjata mengalami pagi yang sulit, saat Iran dan Israel saling menuduh melanggar kesepakatan, para pemimpin tinggi Israel yakin gencatan senjata akan bertahan.

Suasana di kalangan pemimpin Israel sangat gembira pada hari Selasa, kata orang tersebut.

Bahkan, lanjutnya, saat Israel terus memastikan seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan Amerika dan Israel terhadap program nuklir Iran.

Meskipun para pemimpin Israel secara teratur menyerukan prospek pergantian rezim Iran, para pemimpin negara itu merasa puas dengan “pencapaian besar” yang dicapai Israel sebelum gencatan senjata mulai berlaku beberapa jam yang lalu.

Di sisi lain, Trump tak ingin melihat rezim Iran berganti setelah dirinya mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Trump sebelum gencatan senjata, yang bahkan sampai membuat jargon MIGA (Make Iran Great Again).

"Tidak, saya tidak menginginkannya. Saya ingin semuanya tenang secepat mungkin. Perubahan rezim akan menimbulkan kekacauan," kata Trump, Selasa (24/6/2025).

"Dan, idealnya, kita tidak ingin melihat begitu banyak kekacauan. Jadi kita lihat saja bagaimana perkembangannya," kata Trump.

Trump bahkan memuji warga Iran sebagai orang yang pandai berdagang.

"Anda tahu, orang Iran adalah pedagang yang sangat baik, sangat ahli dalam berbisnis. Dan mereka memiliki banyak minyak," kata dia.

Tanpa rezim yang berganti dan juga tanpa nuklir, Trump yakin Iran akan baik-baik saja.

"Mereka seharusnya mampu membangun kembali dan melakukan pekerjaan dengan baik. Mereka tidak akan pernah memiliki senjata nuklir. Namun selain itu, mereka melakukannya dengan sangat baik," tandasnya.

Adapun dalam akun media sosial Trump, dia menyinggung soal nasib rezim Khamenei di Iran setelah negaranya diserang AS.

"Tidak tepat secara politik untuk menggunakan istilah 'Perubahan Rezim', tapi jika rezim Iran sekarang tidak mampu untuk MAKE IRAN GREAT AGAIN (membuat Iran hebat lagi), kenapa tidak akan ada perubahan rezim di sana? MIGA!" tulis Trump dalam akun medsos Truth.

(Whiesa/Reza Deni)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.