Sikap Amerika Serikat (AS) di tengah konflik Israel dan Iran terus menjadi perhatian dunia. AS pun sempat membuat geger dunia lantaran ikut menyerang Iran beberapa waktu lalu.
Namun sikap AS itu ibarat dua sisi mata uang setelah tak lama justru mengklaim kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Simak rangkumannya di detikcom.
Minggu, 22 Juni lalu, Presiden AS Donald Trump dalam pidato singkat kepada rakyat AS usai membombardir 3 situs nuklir Iran justru mengatakan akan melakukan lebih banyak serangan jika Teheran tidak berdamai.
"Akan ada perdamaian atau akan ada tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir. Ingatlah bahwa masih banyak target yang tersisa," kata Trump dalam pidato larut malam kepada rakyat AS dilansir AFP, Minggu (22/6).
"Jika perdamaian tidak segera datang, kami akan menyerang target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan."
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengutuk serangan AS ke 3 fasilitas nuklir yang damai sebagai agresi militer brutal. Iran menganggap serangan AS tersebut tak termaafkan.
"Ini adalah pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prinsip-prinsip dasar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," kata Abbas Araghchi dalam pidatonya di Istanbul pada pertemuan puncak OKI dilansir Aljazeera, Minggu (22/6).
Araghchi mengatakan bahwa pemerintahan AS yang "suka berperang dan melanggar hukum" akan "bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi yang berbahaya dan untuk mencapai implikasi yang efektif dari tindakan agresinya".
|
"Menanggapi tindakan agresif dan kurang ajar AS terhadap situs dan fasilitas nuklir Iran, beberapa jam yang lalu, angkatan bersenjata Republik Islam Iran yang kuat menyerang pangkalan udara AS di Al-Udeid, Qatar," kata dewan tersebut dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Selasa (24/6).
Mereka juga menegaskan bahwa serangan itu tidak menimbulkan ancaman apapun bagi tetangganya di teluk. Lalu jumlah rudal yang digunakan, mereka klaim, sama dengan jumlah bom yang digunakan AS dalam menyerang fasilitas nuklir Iran.
"Tindakan ini tidak menimbulkan ancaman apa pun bagi negara sahabat dan persaudaraan kami, Qatar," tambahnya.
Terkini, Donald Trump mengklaim Iran dan Israel sepakat gencatan senjata. Ia mengklaim gencatan senjata itu berlaku enam jam setelah pengumuman itu berlaku.
"SELAMAT UNTUK SEMUA PIHAK!" tulis Trump di platform Truth Social miliknya, seraya menyatakan bahwa gencatan senjata akan dimulai setelah kedua negara menyelesaikan "misi terakhir mereka yang sedang berlangsung."
"Secara resmi, Iran akan memulai gencatan senjata terlebih dahulu. Pada jam ke-12, Israel akan menyusul memulai gencatan senjata. Dan pada jam ke-24, dunia akan menyambut secara resmi berakhirnya perang 12 hari," ujar Trump.
"Dengan asumsi semua berjalan sesuai rencana, dan saya yakin akan begitu, saya ingin mengucapkan selamat kepada Israel dan Iran atas ketahanan, keberanian, dan kecerdasan mereka untuk mengakhiri apa yang seharusnya disebut sebagai 'PERANG 12 HARI'," tulis Trump.
Trump mengklaim bahwa ia berhasil menengahi kesepakatan gencatan senjata ini melalui percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (23/06), menurut laporan Reuters.
Tim Trump juga menjalin komunikasi dengan pejabat Iran, mengutip seorang pejabat senior Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Israel bersedia melakukan gencatan senjata selama Iran tidak melancarkan serangan baru. Sementara itu, Iran disebut telah memberi sinyal positif untuk mematuhi kesepakatan tersebut.
Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dan utusan khusus AS Steve Witkoff juga disebut terlibat dalam komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan Iran.