TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara melangsungkan kegiatan sosialisasi vaksinasi dengue sebagai bagian dari komitmen daerah dalam memperkuat upaya pencegahan dan penanggulangan dengue pada Senin, 23 Juni 2025 lalu.
Langkah yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara dilakukan mengingat tingginya beban kasus dengue di wilayah Kutai Kartanegara, sekaligus untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan dini terhadap penyakit yang masih menjadi ancaman kesehatan sepanjang tahun.
Dengue masih menjadi tantangan besar dalam sistem kesehatan Indonesia. Sepanjang tahun 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 257.271 kasus dengue dengan 1.461 kematian di seluruh Indonesia. Selain itu, di tahun ini, sampai dengan 12 Juni 2025, terdapat 67.030 kasus dengue dengan 297 kematian. Di Provinsi Kalimantan Timur, dengue terjadi di seluruh kabupaten/kota, misalnya di tahun 2024 lalu Dinas Provinsi Kalimantan Timur mencatat sebanyak 10.571 kasus dengue, dan jumlah kematian 22 kasus, dengan Kutai Kartanegara menempati posisi jumlah kasus tertinggi yaitu sebanyak 2.802 kasus. Tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi turut memperparah penyebaran penyakit ini.
Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara, Edi Damansyah menyambut baik inisiatif vaksinasi dengue yang dilaksanakan di wilayahnya sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit yang lebih menyeluruh. “Pelaksanaan vaksinasi di Kutai Kartanegara merupakan langkah yang perlu didukung sebagai bagian dari upaya preventif yang lebih menyeluruh di tengah tingginya beban dengue di daerah kami,” ucapnya.
Bupati Edi meyakini bahwa penanggulangan dengue tidak bisa hanya bergantung pada satu pendekatan saja. Diperlukan strategi yang lebih kuat, terintegrasi, dan berkelanjutan—mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, pengendalian vektor, hingga perlindungan melalui vaksinasi.
“Ini adalah komitmen kami dalam melindungi masyarakat dari ancaman penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” katanya.
Tren dengue, lanjut Bupati Edi, di Indonesia dan sejumlah negara endemis lainnya terus menunjukkan ancaman serius. Selama periode 2020–2023 saja, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian akibat dengue tertinggi di Asia, yaitu sebanyak 1.238 kasus. Perlu diingat bahwa dengue bukanlah penyakit musiman. Virus dengue dapat menginfeksi siapa saja, kapan saja, sepanjang tahun dan anak-anak menjadi kelompok yang paling terdampak.
“Untuk itu, melalui program ini kita akan menyasar sekitar 1.550 anak sekolah dasar kelas 1-5 di Kecamatan Tenggarong. Kami optimistis inisiatif ini dapat menurunkan jumlah kasus di Kutai Kartanegara, sekaligus membangun ketahanan kesehatan masyarakat melalui perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” sebutnya.
Dukungan juga datang dari Kementerian Kesehatan melalui Direktur Penyakit Menular, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, yang menegaskan pentingnya integrasi pendekatan inovatif dalam penanggulangan dengue, “Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Dengue (Stranas) 2021–2025 telah menjadi pijakan kami dalam membangun kerangka kerja penanggulangan dengue yang lebih sistematis dan berbasis data.
Ia menyadari bahwa untuk mencapai tujuan besar yaitu ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030’, diperlukan langkah lanjutan yang lebih taktis, aplikatif, dan adaptif terhadap tantangan di lapangan. Saat ini, Kementerian Kesehatan tengah menyusun rencana kelanjutan dari Stranas tersebut—yang akan menekankan implementasi nyata di tingkat daerah, mendorong kolaborasi lintas sektor, serta memperkuat kapasitas deteksi dini, respons cepat, dan pencegahan melalui pendekatan inovatif.
“Kami percaya, pendekatan yang menyeluruh dan berbasis bukti akan membawa dampak signifikan dalam mengurangi beban penyakit ini. Kami sangat mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Langkah ini mencerminkan semangat kolaborasi dan komitmen kuat dari daerah dalam melindungi masyarakat dari ancaman dengue, serta menjadi contoh nyata praktik baik yang dapat direplikasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, Sp.Kj, M.Kes, MARS, menjelaskan bahwa perluasan vaksinasi dengue ke Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan langkah lanjutan yang didasarkan pada hasil positif dari pelaksanaan sebelumnya di dua kota besar di provinsi tersebut.
“Kami belajar dari keberhasilan pelaksanaan vaksinasi dengue di Balikpapan dan Samarinda, dengan cakupan vaksinasi yang mencapai hampir 100 persen pada kelompok sasaran. Hasil sementara menunjukkan bahwa anak-anak yang telah menerima vaksinasi tidak mengalami infeksi dengue, yang artinya tingkat perlindungan terhadap penyakit ini berhasil ditingkatkan,” jelasnya.
“Untuk itu, kami memperluas pelaksanaan vaksinasi ke Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai bagian dari strategi provinsi dalam memperkuat upaya pencegahan dengue. Namun tentu saja, vaksinasi tidak menjadi satu-satunya upaya yang kami lakukan dalam penanganan dengue. Program pengendalian vektor, seperti Gerakan 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, dan edukasi lintas sektor, tetap dijalankan secara konsisten. Vaksinasi hadir untuk melengkapi seluruh upaya yang selama ini telah dilakukan secara berkesinambungan,” sambungnya.
Dr. Jaya jug meyakini bahwa pendekatan holistik—menggabungkan pencegahan, edukasi, intervensi berbasis masyarakat, dan perlindungan melalui vaksinasi—akan membawa dampak nyata dalam menurunkan angka kasus dengue di Kalimantan Timur.
“Harapan kami, dengan kerja sama lintas sektor dan keterlibatan aktif masyarakat, kita dapat mencapai target penurunan insiden menjadi kurang dari 10 per 100.000 penduduk, dan mencapai nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” jelasnya.
Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Bio Farma, Sri Harsi Teteki menyampaikan dukungannya terhadap perluasan akses vaksin dengue di Indonesia, khususnya melalui sektor publik. Sebagai produsen vaksin dengan pengalaman lebih dari 130 tahun, Bio Farma telah menjadi bagian penting dari sistem imunisasi nasional dan mitra kepercayaan global dalam penyediaan vaksin, termasuk melalui kerja sama dengan UNICEF dan WHO.
“Kontribusi kami dalam pencegahan penyakit menular telah menjangkau tidak hanya seluruh wilayah Indonesia, tetapi juga lebih dari 150 negara di dunia. Kolaborasi dengan mitra internasional seperti Takeda merupakan bagian dari strategi kami dalam memperkuat ekosistem vaksin di Indonesia,” terangnya.
Dalam kerja sama ini, Bio Farma mengambil peran distribusi dengan tetap membawa standar mutu dan keahlian sebagai produsen vaksin yang telah teruji di tingkat global.
“Kami percaya bahwa kemitraan yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat merupakan fondasi utama dalam membangun sistem kesehatan yang kuat dan merata. Dengan kolaborasi yang tepat, Indonesia dapat bergerak lebih cepat dalam menanggulangi dengue, melindungi kelompok rentan, dan menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat penyakit ini,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menekankan pentingnya pencegahan sebagai upaya menurunkan angka keparahan dan kematian akibat dengue.
“Hingga hari ini, dengue masih menjadi ancaman nyata dan belum ada obat yang secara khusus dapat menyembuhkannya. Kami menyadari bagaimana penyakit ini memengaruhi ribuan keluarga setiap tahunnya—tidak hanya dalam bentuk angka, tetapi dalam kehilangan waktu, kesempatan, dan bahkan orang-orang tercinta. Ini menjadikan pencegahan sebagai kunci. Melalui pencegahan yang inovatif, kami ingin mengambil bagian dalam upaya kolektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini,” jelasnya.
“Kami berkomitmen untuk terus menjadi mitra jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan: pemerintah, asosiasi medis, tenaga kesehatan, akademisi, perusahaan/sektor swasta, dan tentu saja, pasien serta masyarakat,” sambungnya.
Andreas menghargai kesempatan yang diberikan untuk mendukung upaya Kabupaten Kutai Kartanegara dalam penanggulangan dengue. “Inisiatif ini mencerminkan kolaborasi yang dibutuhkan untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan bagi penguatan kesehatan masyarakat,” tutupnya.