TRIBUNJATIM.COM - Ternyata tidak sembarangan sosok Juliana Marins WNA yang meninggal dunia karena jatuh di jurang Rinjani.
Juliana Marins merupakan seorang pendaki yang dilaporkan terjatuh di Gunung Rinjani
Juliana terperosok di sebuah jurang yang dikenal oleh para pendaki merupakan lintasan 'neraka' bagi banyak pendaki.
Kematian Juliana Marins akhirnya menuai berbagai sorotan termasuk bagi warga tempatnya tinggal, Brazil.
Pantas saja akun Presiden Prabowo diserbu oleh warga Brazil, ternyata sosok pendaki ini di negaranya tidak sembarangan.
Juliana Marins yang tengah jadi sorotan setelah dinyatakan tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Belakangan terkuak bahwa Juliana Marins ternyata bukan sosok sembarangan.
Hal itulah yang menyebabkan kasus kematiannya di Gunung Rinjani membuat warga Brasil heboh.
Di media sosial, netizen Brazil bahkan menyerbu akun Instagram Presiden Prabowo Subianto.
Netizen Brazil tak terima dengan penanganan Tim SAR di Indonesia yang dianggap lamban saat menyelamatkan nyawa Juliana Marins.
Untuk diketahui, Juliana Marins dikabarkan terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).
Juliana terpantau dalam drone masih dalam kondisi selamat pada Minggu (22/6/2025) berada di kedalaman ratusan meter.
Lalu dua hari kemudian, Juliana dinyatakan meninggal dunia yakni pada Selasa (24/6/2025).
Fakta terkait kematian Juliana diungkap langsung oleh Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana.
"Korban (Juliana) ditemukan pada kedalaman sekitar 400 meter dari titik awal jatuhnya. Diperkirakan dalam kondisi meninggal dunia," ungkap Widiyanti Putri Wardhana.
Atas kabar kematian Juliana Marins, netizen Brasil ramai mengurai komentarnya di media sosial.
Tak cuma itu, bahkan kini muncul akun Instagram dengan pengikut 1 juta lebih yang dibuat warga Brasil.
Akun bernama @resgatejulianamarins itu mengurai rasa dukanya atas kematian Juliana Marins yang miris.
Bukan hanya itu, akun Twitter Yankiser juga gencar menyuarakan kekecewaannya atas kematian Juliana.
Akun tersebut marah pada pihak Indonesia yang gagal menyelamatkan nyawa Juliana.
"Juliana Marins sayangnya ditemukan meninggal dunia. Belasungkawa saya untuk keluarganya dan semoga kisah ini tidak pernah terulang! Ini adalah hari yang menyedihkan bagi Brasil dan dengan segala pengabaian yang dilakukan oleh pihak berwenang Indonesia terhadap kehidupan manusia. Semoga ia beristirahat dengan tenang," tulis akun Yankisner.
Belakangan mulai terkuak, sosok asli Juliana Marins yang rupanya tidaklah sembarangan.
Juliana Marins ternyata bukan sosok sembarangan.
Gadis 26 tahun itu rupanya cukup tenar di negaranya sebagai seorang selebgram.
Hal itu terlihat dari jumlah pengikut Juliana Marins yang mencapai 349 ribu.
Dalam akun Instagram-nya itu, Juliana kerap membagikan aktivitasnya sebagai penari pole dance.
Tak cuma hobi, Juliana ternyata kerap mengikuti kompetisi pole dance termasuk Festival de Pole Dance Brazil.
Selain dikenal sebagai penari dan selebgram, Juliana Marins juga seorang penjelajah.
Sebelum datang ke Indonesia, Juliana sempat menjelajahi Vietnam.
Di unggahan terbarunya, Juliana membagikan momen saat mendatangi Vietnam pada April lalu.
Sebelumnya lagi, Juliana sempat melancong ke Thailand pada Maret 2025.
Atas kabar kematian Juliana, netizen Brasil ramai mengurai ucapan duka cita.
Terlebih di postingan terakhirnya, Juliana sempat membagikan foto sedang berada di Nusa Penida.
"Ju, aku akan selalu mencintaimu. Tenang dalam damai di tempat terindah ya orang baik,"
"Aku sangat mengagumi kamu. Kamu hidup seperti kehendakmu. Menghiasi dunia dengan senyuman manis. Semoga kamu mendapatkan surga dan kedamaian. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,"
"Sosoknya damai, semoga tenang dalam damai Princess,"
Sebelumnya seperti diketahui, seorang turis asal Brasil, Juliana Marins (26), dilaporkan terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu (21/6/2025).
Peristiwa ini menyita perhatian publik karena proses evakuasi yang kompleks serta lokasi jatuh yang ekstrem.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya di akun resmi Basarnas, Selasa, (24/6/2025) malam, memastikan korban ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.
Berikut kronologi kejadian jatuhnya turis asal Brasil, Juliana Marins di “jalur neraka” Gunung Rinjani berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun.
- Pendakian Menuju Puncak
Juliana Marins melakukan pendakian ke Gunung Rinjani bersama enam orang rekannya dan seorang pemandu lokal. Mereka memilih jalur Sembalun dan pada Sabtu (21/6/2025) dini hari.
Juliana melanjutkan perjalanan menuju puncak bersama lima pendaki lain dan pemandu.
Saat tiba di titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan merasa kelelahan dan diminta oleh pemandu untuk beristirahat.
Pemandu kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak bersama kelima pendaki lainnya, meninggalkan Juliana sendirian di titik istirahat.
- Hilangnya Kontak dan Penemuan Awal
Saat Juliana tidak kunjung menyusul rombongan, pemandu memutuskan kembali ke lokasi tempat Juliana terakhir beristirahat.
Namun, Juliana tidak ditemukan di sana. Dari titik tersebut, pemandu melihat cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak.
Ia menduga cahaya itu berasal dari Juliana yang terjatuh dan segera menghubungi otoritas untuk meminta bantuan.
- Tim SAR Diterjunkan
Laporan pertama diterima sekitar pukul 06.30 WITA pada Sabtu, (21/6/2025). Tanggapan cepat datang dari tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), serta SAR Lombok Timur.
Tim SAR segera bergerak menuju lokasi dengan membawa peralatan vertical rescue. Pada pukul 12.00 WITA, tim telah mencapai Pos 4 dan mulai mendekati lokasi dugaan jatuhnya korban.
Meski begitu, evakuasi belum dapat dilakukan segera karena medan ekstrem dan cuaca buruk.
- Penemuan dan Dugaan Kematian
Tiga hari pascakejadian, pada Selasa (24/6/2025), Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengonfirmasi bahwa Juliana diduga telah meninggal dunia.
Pernyataan tersebut berdasarkan hasil pencarian tim SAR yang menggunakan drone thermal milik Kantor SAR Mataram.
“Korban ditemukan pada kedalaman sekitar 400 meter dari titik awal jatuhnya. Diperkirakan dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Widi dalam siaran pers.
Tim SAR mengaku kesulitan mengevakuasi tubuh Juliana karena kondisi geografis yang sangat terjal dan cuaca yang tidak bersahabat.
Operasi SAR dilanjutkan dengan bantuan helikopter, drone thermal, dan dua pendaki profesional berpengalaman.
- Kepastian Kondisi Korban
Usai operasi lanjutan, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya di akun resmi Basarnas, Selasa, (24/6/2025) malam, memastikan korban ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.
Syafii menjelaskan, 7 orang penyelamat dari tim SAR gabungan telah berhasil menjangkau kedalaman 400 meter, pada Selasa sore, pukul 16.52 WITA.
Kemudian, pada pukul 18.00 WITA, satu orang penyelamat dari Basarnas atas nama Hafid Hasadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter.
Petugas lalu memeriksa korban, dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
- Proses Evakuasi Jasad Korban
Selanjutnya, pukul 18.31 WITA, tiga personel tambahan dari potensi SAR diturunkan untuk mendekati korban di kedalaman 600 meter.
Mereka melakukan proses wrapping survivor sebagai persiapan evakuasi.
Total tujuh orang tim penyelamat bermalam di lokasi dengan sistem flying camp, di mana tiga orang berada di anchor point (kedalaman 400 meter) dan empat lainnya bersama korban.
Karena cuaca buruk dan jarak pandang terbatas, evakuasi ditunda dan dijadwalkan dilanjutkan pada Rabu (25/6/2025) pukul 06.00 WITA.
Evakuasi akan dilakukan dengan metode lifting (pengangkatan vertikal), lalu korban ditandu menyusuri jalur pendakian ke Posko Sembalun.
Dari sana, korban akan dievakuasi secara medis menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata menyatakan keprihatinannya atas insiden ini. Menpar Widianti menegaskan bahwa keselamatan wisatawan merupakan prioritas utama.
Ia memerintahkan seluruh instansi terkait untuk memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) serta pengawasan terhadap aktivitas pemanduan di destinasi ekstrem seperti Rinjani.
“Seluruh instansi diperintahkan memperkuat SOP dan pengawasan pemanduan. Kami juga terus berkoordinasi dengan Kedutaan Brasil dan keluarga korban untuk memastikan transparansi informasi,” tegasnya.
Tragedi ini menjadi peringatan penting mengenai pentingnya protokol keselamatan yang ketat, terutama di destinasi wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan pengawasan agar peristiwa serupa tidak terulang.